Relasi Irlandia-Palestina, "Kemesraan" yang Menyebalkan Israel



Mural solidaritas Palestina & Irlandia di kota Belfast, Irlandia Utara. (Sumber)

Irlandia adalah negara pulau kecil yang terletak di ujung barat laut Eropa. Sekilas, jika dilihat Irlandia & Palestina tampaknya tidak memiliki kaitan apapun karena posisi kedua negara yang berjauhan & dipisahkan oleh Benua Eropa. Selain itu, secara historis & budaya kedua negara tersebut juga berbeda jauh. Namun faktanya, tidak banyak yang tahu bahwa Irlandia sebenarnya memiliki relasi yang spesial dengan Palestina.

Rory Miller, seorang staf pengajar kelahiran Irlandia di Universitas London dengan spesialisasi bidang hubungan internasional kawasan Mediterania, memaparkan aneka hal tersebut dalam bukunya terbitan tahun 2005 yang berjudul "Ireland and the Palestine Question" tahun 2005.

Buku tersebut memaparkan sejumlah hal menarik mengenai posisi Irlandia dalam konflik Israel-Palestina serta latar belakang mereka dalam konflik tersebut. Jika disimpulkan secara singkat, dalam memandang konflik Israel-Palestina, Irlandia umumnya menempatkan diri mereka pada posisi pro-Palestina. Penasaran? Kalau iya, lanjutkan saja bacanya ke bagian berikutnya...



LATAR BELAKANG

Menurut Rory Miller dalam salah satu ceramahnya sebelum sekolah musim panas John Hewitt tahun 2005, ada beberapa alasan mengapa Irlandia menaruh perhatian tersendiri mengenai kasus Palestina. Berikut adalah aneka alasan tersebut :


1. Pengalaman Irlandia dalam Perjuangan Kemerdekaan & Pembagian Pulaunya

Sebelum paruh awal abad ke-20, Irlandia merupakan bagian dari wilayah jajahan Inggris. Dalam perkembangannya, pasca peristiwa "Kebangkitan Paskah" tahun 1916 di Dublin yang diikuti perjuangan bersenjata, upaya Irlandia untuk lepas dari Inggris semakin mendekati kenyataan.

Tahun 1920, melalui Traktat Anglo-Inggris, Inggris akhirnya setuju untuk memerdekakan sebagian besar wilayah Irlandia, namun tetap memasukkan wilayah Irlandia Utara sebagai bagian dari Inggris. Di mata kaum nasionalis Irlandia, kebijakan Inggris melalui traktat tersebut dianggap sebagai tindakan "pembagian paksa" yang bertentangan dengan keinginan mayoritas rakyat Irlandia.

Eamon De Valera. (Sumber)

Dengan melihat ada kesamaan historis di mana Irlandia merdeka tidak dengan wilayah utuh karena perjanjian pembagian wilayah yang dianggap terlalu sepihak, Irlandia memiliki opini tersendiri soal isu pembagian wilayah sebagai solusi bagi masalah Palestina.

Tahun 1937, Irlandia menolak proposal pembagian tanah Palestina dalam sidang Liga Bangsa-Bangsa sambil mengatakan melalui perwakilannya, Eamon De Valera, bahwa proposal tersebut adalah "kesalahan paling kejam". Lebih lanjut, salah satu buletin terbitan Kementerian Hubungan Luar Negeri Irlandia pada tahun 1938 menyatakan secara implisit bahwa Inggris ingin membagi wilayah Palestina seperti yang dilakukannya pada Irlandia beberapa tahun sebelumnya.


2. Hubungan yang Erat dengan Vatikan

Sebagai negara yang didominasi Katolik & berdiri dengan pondasi negara Katolik sekuler, bukan hal yang aneh jika Irlandia memiliki hubungan yang erat dengan Vatikan selaku pusat dari umat Katolik seluruh dunia. Oleh sebab itulah, Irlandia dalam kebijakan luar negerinya juga berusaha menyelaraskan diri dengan pandangan Vatikan yang menyerukan internasionalisasi Yerusalem sejak tahun 1948. Tahun 1949, Menlu Irlandia Sean MacBride berkata kepada parlemen Irlandia bahwa tempat-tempat suci di Yerusalem harus dilindungi & berada di bawah kendali dunia internasional.


3. Cara Pandang Komunitas Irlandia terhadap Kaum Yahudi & Israel

Cukup menarik untuk mengetahui bahwa pada awalnya Irlandia menaruh rasa simpati terhadap kaum Yahudi dalam usaha mendirikan negara & menentukan nasibnya sendiri karena sama-sama merasa sebagai kelompok yang terusir & terdiskriminasi dari tanahnya sendiri.

Sejak kerajaannya runtuh diserang oleh Kekaisaran Romawi beberapa abad sebelum masehi, kaum Yahudi terdiaspora & banyak dari mereka menerima perlakuan diskriminatif di negara-negara tempat mereka tinggal. Tak sedikit pula dari mereka yang menjadi sasaran pembantaian - pogrom, holocaust, & inkuisisi - di beberapa wilayah.

Namun seiring berjalannya waktu, opini masyarakat Irlandia - utamanya kelompok nasionalis - terhadap kelompok Yahudi Zionis langsung berubah drastis. Jika sebelumnya mereka menaruh simpati terhadap perjuangan kaum Yahudi untuk mendirikan negara, sejak kelompok Zionis menerima kebijakan pembagian tanah Palestina, kaum nasionalis Irlandia memandang Israel selanjutnya tidak lebih sebagai kaum kolonial & perampas tanah orang.

Demonstrasi mengecam aksi serangan Israel ke Jalur Gaza di Dublin, Irlandia. (Sumber)

Pasca pendirian Israel tahun 1948, mereka menganggap berdirinya Israel yang diprakarsai Inggris adalah bentuk pembungkaman nasionalisme Arab di wilayah tersebut. Sama halnya dengan pendirian Irlandia Utara yang berseberangan dengan kepentingan kaum nasionalis Irlandia yang ingin Pulau Irlandia merdeka seluruhnya.

Dukungan masyarakat Katolik Irlandia terhadap Palestina utamanya bisa terlihat di pemukiman komunitas Katolik Irlandia di Derry & Belfast, Irlandia Utara, yang notabene merupakan lokasi terjadinya konflik etnis antara kaum nasionalis Katolik pro-Irlandia dengan loyalis Protestan pro-Inggris (dikenal sebagai "The Troubles"). Di sana bisa ditemukan banyak mural (lukisan dinding) yang menggambarkan solidaritas Irlandia dengan Palestina. Pasca gerakan Intifada Kedua, bendera-bendera Palestina juga terlihat berkibar di sejumlah sudut wilayah kelompok nasionalis Katolik Irlandia.



SIKAP IRLANDIA DALAM ASPEK POLITIK

Irlandia sejak berdirinya menerapkan paham netral dalam politik internasionalnya, namun dalam hal Israel, pemerintah Irlandia mengambil sikap cenderung berseberangan dengan Israel. Sasaran utama dari pemerintah Irlandia adalah menghindari segala upaya yang menyiratkan pengakuan resmi terhadap keberadaan Israel & kekuasaannya atas wilayah Yerusalem.

Sikap tersebut juga terlihat dari kegiatan parlemen Irlandia (Dail) yang secara rutin membahas masalah mengenai Palestina. Suatu hal yang menarik karena jika dilihat, tampaknya tidak ada keuntungan politik atau ekonomi langsung yang bakal didapat Irlandia dengan sikapnya terhadap Palestina tersebut.

Rory Miller dalam salah satu sesi wawancara membuat suatu perumpamaan menarik mengenai sikap parlemen Irlandia terhadap Palestina & Israel. Jika seseorang melempar tepung ke arah para anggota parlemen Irlandia, tidak akan ada orang pro-Israel di dalamnya yang menjadi putih.

Dari 120 anggota Dail beserta ribuan anggota senat, tidak ada satupun dari mereka yang merupakan pendukung Israel yang konsisten. Miller menambahkan, hanya ada 2 kubu dalam parlemen Irlandia : mereka yang netral & mereka yang pro-Palestina. Sikap Irlandia tersebut selanjutnya mempengaruhi opini mereka terhadap hubungan bilateralnya dengan Israel.

Bagian dalam gedung parlemen Irlandia (Dail). (Sumber)

Tahun 1952 misalnya, presiden Irlandia mendapatkan nasihat untuk tidak mengirimkan nota belasungkawa atas meninggalnya pimpinan Israel, Weizmann. Contoh lainnya adalah Irlandia memberlakukan kebijakan untuk tidak memberikan ucapan selamat pada hari ulang tahun Israel.

Sikap Irlandia tersebut pada gilirannya membuat frustrasi para politikus senior Israel yang tidak memahami posisi Irlandia. Walter Eytan, dirjen senior Israel dalam hal hubungan internasional, tahun 1958 menyatakan Irlandia menolak memberi pengakuan resmi kepada Israel karena sejumlah alasan yang "berbau sentimen Irlandia".

Tahun 1963, Irlandia akhirnya memberi pengakuan resmi (de jure) atas Israel setelah memberi pengakuan tak resmi pada tahun 1949. Namun meskipun demikian, sikap Irlandia terhadap Israel tidak banyak berubah. Tahun 1963 misalnya, menyusul kematian Presiden Israel Ben-Zvi, tidak ada pernyataan berduka secara resmi dari Irlandia. Pemerintah Irlandia juga masih tidak memberikan ucapan selamat resmi pada hari ulang tahun Israel.

Sasaran Irlandia pasca pengakuan resminya atas Israel adalah mencegah Israel memakai jalur perdagangan untuk meminta pengakuan resmi lebih jauh. Baru pada bulan Desember 1974, Irlandia akhirnya meresmikan kedutaan besar non-residensiil dengan Israel. Menariknya, pengakuan resmi Irlandia atas Israel lantas diikuti pula dengan peningkatan hubungan antara Irlandia dengan negara-negara Timur Tengah.

Tahun 1974, Irlandia memperbarui & meningkatkan hubungan diplomatiknya dengan Lebanon (Januari), Qatar, Bahrain, Saudi Arabia (September), Kuwait, UEA (Oktober), & Mesir (Desember). Irlandia juga meresmikan kedutaan besar non-residensiil dengan Aljazair, Tunisia (1975), & Irak (1980). Setahun berikutnya, gedung kedubes permanen Irlandia dibuka di Iran.

Dengan melihat hal tersebut, Irlandia tampaknya berusaha mengimbangi peningkatan hubungan mereka dengan Israel dengan peningkatan hubungan lebih lanjut dengan negara-negara Timur Tengah yang mayoritasnya anti-Israel. Irlandia juga sempat menerima kunjungan resmi pemimpin PLO, Yasser Arafat, pada tahun 1993.

Politikus partai Sinn Fein, Gerry Adams (kiri) saat bersama
presiden Palestina, Mahmoud Abbas. (Sumber)

Tahun 1973, Irlandia diterima menjadi bagian dari EEC (cikal bakal Uni Eropa) & di sana, Irlandia menjadi salah satu negara paling vokal dalam masalah Israel-Palestina melalui sejumlah pernyataannya. Misalnya menunjukkan rasa frustrasi atas krisis pengungsi Palestina & mengecam pendudukan Israel di wilayah Tepi Barat serta Gaza.

Tahun 1973, Irlandia bersama Perancis & Italia juga memberikan suara dalam perumusan resolusi untuk membolehkan PLO berunding dalam penyelesaian kasus Palestina. Hal yang selama ini dihindari mayoritas negara Barat karena menganggap PLO adalah kelompok teroris. Selain itu, Irlandia - bersama Spanyol & Perancis - menjadi negara anggota UE yang menentang upaya UE untuk menyatakan Hizbullah sebagai "kelompok teroris".

Sikap Irlandia yang bersimpati terhadap Palestina & berseberangan dengan Israel juga bisa dilihat dalam keanggotaan mereka di PBB. Contoh dari hal tersebut bisa dilihat di mana sejak tahun 1959, Irlandia menjadi salah satu negara yang paling konsisten dalam mendanai program-program kemanusiaan PBB di Palestina. Antara tahun 1978 - 2001, Irlandia juga menempatkan ribuan tentaranya di perbatasan Israel-Lebanon di bawah payung operasi perdamaian PBB.



SIKAP IRLANDIA DALAM ASPEK NON-POLITIK

Walaupun menunjukkan sikap yang berseberangan dengan Israel, mayoritas dari sikap Irlandia tersebut umumnya sebatas lisan atau tindakan pasif. Sebabnya adalah Irlandia masih menghargai manfaat ekonomi & teknologi dari menjalin hubungan dengan Israel. Selain itu, sebagai negara kecil anggota Uni Eropa, Irlandia juga merasa kebijakan internasionalnya haruslah tetap sejalan dengan sikap Uni Eropa.

Sikap lebih radikal ditunjukkan oleh golongan kiri & nasionalis Irlandia dalam menunjukkan dukungan kepada Palestina & kecaman terhadap Israel. Tahun 2004, gerakan International Solidarity Movement (ISM; Gerakan Solidaritas Internasional) menyerahkan petisi berisi tanda tangan puluhan ribu masyarakat Irlandia, 275 pejabat tinggi Eropa, & 50 pejabat terpilih di Irlandia kepada PM Irlandia untuk melakukan boikot ekonomi terhadap Israel. Dukungan juga datang dari kepala senat Irlandia, Mary O'Rourke, yang menyatakan kalau dia mendukung boikot ekonomi sebelum Israel memperbaiki perlakuannya kepada rakyat Palestina.

Logo kelompok ISM. (Sumber)

Masih menurut Rory Miller, gerakan solidaritas Palestina di Irlandia memiliki basis pendukung yang lebih banyak dibandingkan negara-negara lain di Eropa. Hal yang cukup menarik mengingat jumlah populasi Muslim di Irlandia hanya sekitar 0,5 % dari total penduduk Irlandia yang mencapai 3,5 juta jiwa & nyaris tidak punya pengaruh penting dalam masyarakat Irlandia.

Dengan melihat data tersebut, opini bahwa masyarakat Irlandia menaruh simpati terhadap Palestina karena adanya tekanan dari komunitas yang seagama di dalamnya pun menjadi mentah. Gerakan serupa juga bisa ditemui di wilayah kelompok Katolik Irlandia di Irlandia Utara, utamanya Derry yang penduduk mayoritasnya memang berasal dari golongan Katolik Irlandia.

Menurut Dr. John Doyle dari “Centre for International Studies, School of Law and Government”, ada 2 komponen terpisah dalam nasionalisme Irlandia. Pertama, kebijakan luar negeri dari pemerintahan resmi Irlandia yang mencerminkan opini dari kelompok moderat Irlandia.

Kedua, nasionalisme Sinn Fein yang cenderung lebih radikal & menganggap ada kesamaan antara masalah Palestina dengan di Irlandia sehingga pada gilirannya mempengaruhi langkah politik mereka. Sinn Fein merupakan partai terpenting dalam sejarah awal Irlandia karena berperan penting dalam proses kemerdekaan Irlandia. Dalam praktiknya, para anggota Sinn Fein memang sangat vokal dalam mengkritik Israel.

KapalRachel Corrie" yang digunakan oleh aktivitas Irlandia
untuk mengangkut bantuan kemanusiaan ke Gaza. (Sumber)

Dukungan lain Irlandia dalam jalur non politik bisa dilihat juga ketika bulan Juni 2010 lalu, Irlandia mengirimkan ekspedisi kapal kemanusiaan Rachel Corrie ke Palestina menyusul tindakan blokade Israel terhadap Jalur Gaza.

Ekspedisi kapal kemanusiaan tersebut selain diikuti oleh aktivis kemanusiaan dari kalangan masyarakat umum juga diikuti oleh sejumlah politikus Irlandia. Sebelumnya pada tahun 2006, ketika Israel menginvasi Lebanon dengan dalih memberangus Hizbullah, kalangan akademisi Irlandia juga menyerukan boikot terhadap komponen-komponen pendidikan Israel.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



LIHAT JUGA 

Mural Solidaritas Palestina di Irlandia Utara



REFERENSI

CrethiPlethi - The Irish-Palestine Connection
Foreign Policy - Why the Irish Support Palestine (part 1)
Foreign Policy - Why the Irish Support Palestine (part 2)
Foreign Policy - Why the Irish Support Palestine (part 3)
Institute for Global Jewish Affairs - Ireland and the Palestine Question, 1948-2004
Miller, R.. 2005. "Ireland and Palestine Question". (file RTF)

  




COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



5 komentar:

  1. PERTAMAX [lol]

    hhhmmm...walapun ngasih dukungan pasif tapi masih lumayan lah dari pada ngga ngasih dukungan apapun.
    merasa senasib, menghujat, tapi masih ttp melakukan kerjasama dgn israel.. sama kek indo kali ye? hehehehe

    BalasHapus
  2. keduax! :D

    paling ngga, d mari ga ada kedutaan israel jeng
    :P

    BalasHapus
  3. iya palestina jg bnyk kristen bkn cm muslim

    BalasHapus
  4. jadi mempertimbangkan Irlandia utk tempat kuliah S2 hahaha...(padahal udh terlanjur mau daftar Australi)

    tp emg wajar kok Irlandia dukung Palestina. dia kan benci bgt sm segala sikap Inggris yg ngatur2 wilayah2 negara bekas jajahannya.

    dan emg mereka bener2 ga mau disamain sm org Inggris sih... utk banyak kasus.

    BalasHapus
  5. sebelumnya Ireland juga akrab sama Turki Utsmani ya?

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.