Yugoslavia, Negeri Multirasial yang Tinggal Kenangan



Bendera Yugoslavia di era republik sosialis.

Membicarakan sejarah Eropa Timur, rasanya tidak afdol kalau tidak membahas soal Yugoslavia. Saat Yugoslavia masih berdiri, negara tersebut memang memiliki banyak hal yang membuatnya menarik untuk dibahas. Mulai dari komposisi agama & suku bangsa penduduknya yang beragam, keberanian negara tersebut untuk mengambil posisi netral dalam panggung politik internasional, kehebatan tim nasionalnya di arena olah raga, hingga sosok pemimpinnya (Josip Broz Tito) yang kharismatik & dikenal dekat dengan Sukarno.

Saat Yugoslavia akhirnya runtuh, negara tersebut kembali jadi sorotan dunia karena proses keruntuhannya yang dipenuhi oleh aksi-aksi pembantaian antar etnis.

Negara yang dikenal dengan nama Yugoslavia pertama kali berdiri pada tahun 1918 sebagai negara kerajaan dengan nama awal "Kerajaan Serbia, Kroasia, & Slovenia." Saat Perang Dunia II meletus, Yugoslavia sempat dijajah oleh negara-negara anggota Blok Poros sebelum akhirnya merdeka pada tahun 1945 sebagai negara republik komunis dengan Josip Broz Tito sebagai pemimpinnya.

Di bawah kepemimpinan Tito, Yugoslavia menjelma menjadi negara kediktatoran yang makmur & terbuka, baik kepada negara anggota Blok Barat maupun Blok Timur. Saat Tito meninggal, Yugoslavia mulai dilanda krisis ekonomi & konflik etnis yang berujung pada timbulnya perang saudara sepanjang dekade 1990-an.

Dalam bahasa setempat, nama "Yugoslavia" berarti "tanah orang-orang Slavia Selatan" karena kelompok etnis utama yang menyusun Yugoslavia memang merupakan kelompok etnis Slavia / Slav. Berdasarkan agama mayoritas & budayanya, Slavia bisa dibagi lagi menjadi beberapa etnis : etnis Kroasia (mayoritasnya penganut Katolik), Bosniak (mayoritasnya Muslim), Makedonia, & Serbia (keduanya didominasi penganut Kristen Ortodoks).

Selain etnis Slavia, ada juga etnis Albania yang tidak termasuk dalam kelompok etnis Slavia di mana populasi mereka terkonsentrasi di daerah Kosovo. Di satu sisi, banyaknya etnis yang menghuni Yugoslavia membuat Yugoslavia menjadi negara yang unik & beragam. Namun di sisi lain, beragamnya etnis penghuni Yugoslavia juga menjadi penyebab utama berakhirnya riwayat negara tersebut.


Peta Yugoslavia saat masih berbentuk kerajaan.


YUGOSLAVIA DI ERA KERAJAAN

Negara Muda yang Penuh Pergolakan

Sebelum Perang Dunia I, wilayah yang kelak menjadi cikal bakal negara Yugoslavia adalah wilayah milik kekaisaran Austria-Hongaria. Pasca berakhirnya Perang Dunia I, Austria-Hongaria mengalami keruntuhan & wilayahnya terpecah menjadi negara-negara yang lebih kecil.

Beberapa negara pecahan tersebut adalah Serbia, Kroasia, & Slovenia yang semuanya berlokasi di Semenanjung Balkan. Ketiga negara tadi kemudian sepakat untuk melebur membentuk negara baru yang bernama "Kraljevina Srba, Hrvata, i Slovenaca" (SHS; Kerajaan Serbia, Kroasia, & Slovenia) pada tanggal 1 Desember 1918.

SHS memiliki bentuk pemerintahan monarki konstitusional dengan Beograd (Belgrade) yang terletak di negara bagian Serbia sebagai ibukotanya. Tidak lama sesudah pembentukannya, SHS langsung dihadapkan pada masalah mengenai gaya pemerintahan yang hendak diambil. Komunitas etnis Serbia ingin supaya SHS mengadopsi gaya pemerintahan sentralistik, sementara komunitas Kroasia ingin supaya SHS memberikan otonomi luas kepada daerah-daerah bawahannya.

Tahun 1920, Majelis SHS yang didominasi oleh komunitas Serbia akhirnya berhasil mengesahkan undang-undang (UU) baru yang mengubah SHS menjadi negara dengan gaya pemerintahan sentralistik. Hal tersebut tidak membuat komunitas Kroasia patah arang. Lewat partai politiknya yang bernama Hrvatska Seljacka Stranka (HSS; Partai Petani Kroasia), komunitas Kroasia tetap mencoba mengupayakan otonomi luas bagi daerah yang sedang mereka tinggali.

Tahun 1928, Stjepan Radic yang menjabat sebagai ketua HSS ditembak oleh anggota partai saingannya yang pro-Serbia. Peristiwa penembakan Radic langsung memicu kemarahan dari orang-orang Kroasia sehingga aktivitas perpolitikan di SHS sempat memasuki masa-masa krisis.

Supaya bisa mengembalikan stabilitas dalam negeri, Raja Alexander memutuskan untuk mengambil langkah-langkah radikal pada tahun 1929. Majelis SHS dibubarkan, aktivitas pemerintahan dipusatkan di tangan raja, & negara-negara bagian penyusun SHS dipecah menjadi provinsi-provinsi kecil. Raja juga mengubah nama resmi negara menjadi "Kerajaan Yugoslavia" (Kraljevina Jugoslavija). Baru pada tahun 1939, Kroasia akhirnya mendapatkan status otonomi khusus.


Dijajah Oleh Negara-Negara Fasis

Tahun 1941, di tengah-tengah berkecamuknya Perang Dunia II, Jerman yang dibantu oleh Italia & Hongaria melakukan invasi militer ke Yugoslavia. Pasca invasi, Jerman & negara-negara sekutunya melakukan pembagian atas wilayah Yugoslavia.

Yugoslavia utara menjadi milik Jerman & Hungaria. Pantai barat Yugoslavia menjadi milik Italia. Yugoslavia tenggara menjadi milik Bulgaria. Sementara wilayah Kroasia, Serbia, Montenegro, & Makedonia dimerdekakan sebagai negara boneka yang tunduk pada Jerman.

Pasukan Jerman di Yugoslavia. (incredibleimages4u.blogspot.com)

Di negara-negara boneka itulah, terjadi aksi-aksi pembantaian etnis yang dilakukan oleh kelompok ekstrimis setempat. Jika kelompok Ustasa yang pro-Kroasia melakukan pembantaian kepada etnis Serbia, maka kelompok Chetnik yang pro-Serbia melakukan pembantaian kepada etnis Kroasia & Bosniak.

Penjajahan yang dilakukan oleh Jerman & sekutu-sekutunya jelas tidak disukai oleh penduduk Yugoslavia. Sebagai akibatnya, muncullah pemberontakan di wilayah Yugoslavia yang dilakukan oleh Partisan, kelompok berhaluan komunis yang dipimpin oleh Josip Broz Tito.

Tidak seperti kelompok Ustasa & Chetnik yang melakukan perekrutan anggota dengan melihat asal-muasal etnisnya, Partisan bersedia merekrut anggota baru dari latar belakang etnis & agama manapun sehingga kelompok tersebut pun bisa mengalami pertambahan jumlah anggota dengan cepat. Dikombinasikan dengan masuknya aliran bantuan dari negara-negara Sekutu musuh Jerman, Partisan pun berhasil tumbuh menjadi kelompok perlawanan yang begitu disegani oleh lawan-lawannya.

Bulan April 1945, pasukan Partisan berhasil menguasai seluruh wilayah Yugoslavia & memaksa pasukan Jerman untuk angkat kaki. Bulan November 1945, Yugoslavia menggelar pemilu untuk menentukan komposisi keanggotaan Majelis Konstituen Yugoslavia.

Hasilnya, partai Narodni Front (NOF; Front Rakyat) yang dimotori oleh Tito berhasi keluar sebagai pemenang pemilu dengan perolehan suara 90 %. Tak lama berselang atau tepatnya pada tanggal 29 November 1945, Majelis Konstituen membubarkan Kerajaan Yugoslavia & mendeklarasikan berdirinya "Republik Rakyat Federal Yugoslavia". Sejak saat itu, perjalanan panjang Yugoslavia sebagai negara republik terbesar di Semenanjung Balkan pun dimulai.



YUGOSLAVIA DI ERA REPUBLIK

Dari Kawan Menjadi Lawan

Bulan Januari 1946, Majelis Konstituen Yugoslavia mengesahkan UU baru yang konsepnya menyerupai UU yang dijalankan di Uni Soviet. Lewat UU tersebut, 6 negara bagian yang menyusun Yugoslavia (Bosnia-Herzegovina, Kroasia, Makedonia, Montenegro, Serbia, & Slovenia) dijadikan negara bagian komunis yang tunduk pada pemerintah pusat yang berbasis di Beograd.

Untuk mencegah Serbia selaku etnis mayoritas di Yugoslavia menjadi terlampau dominan, wilayah Makedonia & Montenegro yang merupakan bagian dari Serbia dijadikan negara bagian sendiri. Sementara daerah Kosovo & Vojvodina yang juga berlokasi di Serbia diberikan otonomi khusus karena kedua daerah tersebut memiliki populasi etnis non-Serbia yang berjumlah besar.

Peta Yugoslavia saat berbentuk republik. (kosovo.net)

Baik Yugoslavia maupun Uni Soviet sama-sama mengusung ideologi komunisme, sehingga adalah hal yang wajar jika kedua negara tersebut memiliki hubungan yang dekat. Keduanya bahkan sempat mendirikan persekutuan komunis internasional yang bernama "Cominform" pada tahun 1948. Namun tidak lama sesudah itu, hubungan antara kedua negara justru malah memburuk karena Uni Soviet tidak menyukai praktik komunisme ala Yugoslavia.

Ketika hubungan antara kedua negara semakin memanas, negara-negara Eropa Timur yang bersimpati dengan Soviet lalu mencoret keanggotaan Yugoslavia dalam Cominform & melancarkan embargo ekonomi kepada Yugoslavia. Dikucilkan oleh sesama negara komunis, sejak tahun 1949 Yugoslavia mendekatkan diri kepada negara-negara Blok Barat.

Terputusnya hubungan Yugoslavia dengan negara-negara Blok Timur & memburuknya kondisi perekonomian dalam negeri memaksa pemerintah Yugoslavia untuk berpikit keras. Maka, sejak permulaan dekade 1950-an, Yugoslavia melakukan perubahan radikal dalam hal kebijakan ekonominya. Praktik kolektivikasi lahan dihapuskan & para petani diperbolehkan memiliki lahan sendiri dengan luas maksimal 10 hektar.

Sistem ekonomi terpusat ditinggalkan & sistem ekonomi manajemen mandiri pekerja diadopsi. Via sistem baru tersebut, serikat pekerja ikut dilibatkan dalam aktivitas pengambilan keputusan di perusahaan. Hasilnya manis. Yugoslavia menikmati pertumbuhan ekonomi yang pesat di sektor pertanian & industri yang pada gilirannya turut berdampak pula pada meningkatnya kualitas hidup rakyat Yugoslavia.

Suasana ibukota Beograd di tahun 1960. (staribeograd.com)

Di luar bidang ekonomi, Yugoslavia tetap mempertahankan gaya pemerintahan otoriternya. Partai politik Savez Komunista Jugoslavije (SKJ; Liga Komunis Yugoslavia) menjadi partai politik paling dominan di Yugoslavia selama beberapa dekade. Pemberitaan media dikontrol ketat. Propaganda bahwa Josip Broz Tito adalah sosok patriot yang tanpa cela digalakkan.

Sentimen berbau etnis dikekang & dilarang pengekspresiannya. Slogan "Persatuan & Persaudaraan" dikumandangkan untuk mencitrakan Yugoslavia sebagai negara yang solid walaupun komposisi etnis & agama penduduknya beragam. Polisi rahasia negara dikerahkan untuk melenyapkan pihak-pihak yang tidak sejalan dengan rezim Tito, baik yang tinggal di dalam maupun di luar negeri.

Sukses menstabilkan kondisi dalam negeri, Yugoslavia mencoba ikut ambil bagian dalam percaturan politik internasional yang saat itu sedang didominasi oleh persaingan antara Blok Barat & Blok Timur. Bersama dengan pemimpin negara-negara berkembang lainnya seperti Nehru (India), Nkrumah (Ghana), Nasser (Mesir), & Sukarno (Indonesia), Tito merintis pendirian Gerakan Non-Blok (GNB) dalam sebuah konferensi internasional di Beograd pada tahun 1961.

Tujuan pendirian GNB adalah untuk mencegah timbulnya perang berskala global akibat persaingan antara Blok Barat & Blok Timur. Tahun 1963, Yugoslavia mengganti nama resmi negaranya menjadi "Republik Federal Sosialis Yugoslavia". Empat tahun kemudian, Yugoslavia membuka perbatasan negaranya untuk warga negara asing manapun.


Tito (kiri) saat bersama Sukarno. (wikipedia.org)


Munculnya Benih-Benih Perpecahan

Tahun 1971, sebagai akibat dari melemahnya perekonomian Yugoslavia & memburuknya hubungan antara etnis Kroasia dengan Serbia, muncul demonstrasi yang dilakukan oleh kelompok nasionalis Kroasia di Zagreb, ibukota negara bagian Kroasia. Demonstrasi tersebut pada akhirnya memang berhasil ditumpas, namun Tito juga sadar kalau peristiwa serupa akan terulang lagi di masa yang akan datang jika dia tidak melakukan perubahan.

Maka, di tahun yang sama, dibentuklah lembaga Kepresidenan yang beranggotakan ketua SKJ (dalam hal ini Tito) & 23 orang perwakilan dari seluruh negara bagian serta daerah otonomi Yugoslavia. Tahun 1974, Tito dinobatkan menjadi presiden seumur hidup Yugoslavia & jumlah anggota Kepresidenan dipangkas menjadi hanya 9 orang (termasuk Tito).

Tanggal 4 Mei 1980, Tito akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya akibat menderita penyakit kronis. Sepeninggal Tito, pemerintah Yugoslavia dihadapkan pada masalah pelik berupa semakin menggunungnya jumlah hutang negara & semakin lebarnya kesenjangan sosial antara negara-negara bagian utara yang makmur dengan negara-negara bagian selatan yang tertinggal.

Semakin parahnya krisis yang menimpa Yugoslavia pada gilirannya turut berdampak pada melonjaknya inflasi & membludaknya pengangguran. Perdebatan panas pun mulai muncul di antara sesama anggota pemerintahan mengenai solusi untuk mengatasi krisis. Dikombinasikan dengan dendam lama warisan Perang Dunia II, hubungan antar etnis yang menghuni Yugoslavia semakin lama semakin memanas.

Tahun 1989, Slobodan Milosevic terpilih menjadi presiden negara bagian Serbia setelah ia menyatakan dukungannya pada etnis Serbia dalam konflik antara etnis Albania & Serbia di provinsi Kosovo. Tak lama kemudian, Milosevic berhasil menempatkan sekutunya menjadi perwakilan Montenegro, Vojvodina, & Kosovo dalam Kepresidenan sehingga mereka bersedia mendukung rencana Milosevic memperkuat kontrol pemerintah pusat atas negara-negara bagian Yugoslavia.

Slobodan Milosevic.

Tidak semua anggota Kepresidenan mendukung rencana Milosevic tersebut. Sebagai akibatnya, Kepresidenan Yugoslavia pun terpecah menjadi 2 kubu utama : kubu pro-Milosevic & kubu kontra-Milosevic yang terdiri dari perwakilan Kroasia, Slovenia, Makedonia, serta Bosnia-Herzegovina.

Bulan Januari 1990, di tengah-tengah berlangsungnya kongres luar biasa SKJ, perwakilan Kroasia & Slovenia menarik diri dari ruang sidang sebagai bentuk protes atas keinginan Milosevic mencabut otonomi negara-negara bagian Yugoslavia. Bulan Desember 1990, pemerintah negara bagian Slovenia menggelar referendum yang berhasil dimenangkan oleh golongan pendukung kemerdekaan.

Beberapa bulan kemudian atau tepatnya pada bulan Mei 1991, giliran pemerintah negara bagian Kroasia yang menggelar referendum yang juga dimenangkan oleh golongan pendukung kemerdekaan. Tidak ingin melihat Slovenia & Kroasia merdeka, pemerintah pusat Yugoslavia lalu mengirimkan pasukannya ke 2 negara bagian tersebut sehingga periode penuh darah di bumi Yugoslavia pun dimulai.



YUGOSLAVIA DI TAHUN-TAHUN TERAKHIRNYA

Tanggal 26 Juni 1991, pasukan Yugoslavia yang kini didominasi oleh etnis Serbia memulai invasi militernya ke Slovenia. 10 hari kemudian, perang di Slovenia berakhir dengan keberhasilan pihak Slovenia mempertahankan kemerdekaannya.

Namun sebenarnya ada faktor lain yang menyebabkan perang di Slovenia bisa cepat berhenti. Pasukan Yugoslavia ingin fokus melakukan operasi militer di Kroasia & Bosnia-Herzegovina karena letak geografisnya lebih dekat. Di kedua negara bagian tadi, jumlah penduduk beretnis Serbia juga lebih banyak daripada yang ada di Slovenia.

Konflik antara etnis Kroasia & etnis Serbia di Kroasia sendiri sudah berlangsung sejak bulan Maret 1991. Namun baru pada bulan Juli 1991, pasukan Yugoslavia terlibat langsung dalam konflik di Kroasia dengan memihak pada etnis Serbia.

Bulan September 1991, Makedonia memisahkan diri dari Yugoslavia. Namun pasukan Yugoslavia tidak melakukan invasi militer ke Makedonia karena Makedonia merupakan negara bagian termiskin di Yugoslavia & hanya sedikit penduduk Makedonia yang berasal dari etnis Serbia.

Gedung parlemen di Sarajevo, Bosnia, yang terbakar akibat serangan pasukan Yugoslavia. (Mikhail Evstafiev)

Negara bagian berikutnya yang menjadi arena pertumpahan darah adalah Bosnia-Herzegovina, setelah pada tahun 1992 pecah konflik segitiga antara etnis Bosniak, etnis Kroasia yang didukung oleh negara bagian Kroasia, & etnis Serbia yang didukung oleh pemerintah pusat Yugoslavia.

Timbulnya perang kemerdekaan di Bosnia praktis tinggal menyisakan Serbia & Montengro sebagai 2 negara bagian penyusun Yugoslavia. Bulan April 1992, keduanya setuju untuk mengubah nama resmi Yugoslavia menjadi "Republik Federal Yugoslavia".

Tahun 1994, komunitas etnis Bosniak & Kroasia yang awalnya saling memerangi setuju untuk bekerja sama pasca perundingan yang dilakukan di Zagreb. Bersatunya kedua etnis tersebut mulai membuat pasukan Yugoslavia kepayahan. Pada bulan Agustus 1995 contohnya, pasukan Yugoslavia dipaksa mundur dari Kroasia setelah tidak sanggup lagi menahan gempuran demi gempuran yang dilancarkan pasukan Kroasia.

Sementara di Bosnia-Herzegovina, kondisinya tidak jauh berbeda karena selain harus berperang melawan pasukan gabungan Bosniak-Kroasia, Yugoslavia juga harus menerima embargo internasional & serangan udara bertubi-tubi dari pasukan koalisi NATO. Sebagai akibatnya, pada bulan Desember 1995 Yugoslavia terpaksa setuju untuk mengakui kemerdekaan Bosnia-Herzegovina.

Tahun 1999, Yugoslavia kembali bergolak menyusul timbulnya pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok separatis Ushtria Clirimtare e Kosoves (UCK; Tentara Pembebasan Kosovo) yang seluruh anggotanya berasal dari etnis Albania. Seperti halnya konflik di tahun-tahun awal perpecahan Yugoslavia, pemerintah pusat Yugoslavia juga mengirimkan tentaranya untuk menumpas pemberontakan tersebut.

Kota Beograd saat dibom oleh pasukan udara NATO. (russia-insider.com)

Namun serangan udara yang dilakukan NATO membuat Yugoslavia terpaksa menarik mundur pasukannya & membiarkan Kosovo dikelola oleh PBB. Tahun 2003, Yugoslavia mengubah nama resminya menjadi "Serbia & Montenegro" sebagai cara untuk memberikan otonomi luas kepada masing-masing negara bagian. Pergantian nama tersebut sekaligus menandai berakhirnya riwayat negara dengan nama Yugoslavia.

Total, ada 6 negara baru yang lahir pasca runtuhnya Yugoslavia. Keenam negara tersebut adalah Bosnia-Herzegovina, Kroasia, Serbia, Slovenia, Makedonia, & Montenegro. Selain keenam negara tersebut, ada pula Kosovo yang baru saja memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 2008 lalu.

Namun, status Kosovo sebagai negara merdeka masih diperdebatkan karena proklamasi kemerdekaannya tidak diakui oleh Serbia selaku negara induknya. Sebagai akibatnya, hingga sekarang masih banyak negara yang belum mau mengakui kemerdekaan Kosovo & Indonesia termasuk salah satunya.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



BIODATA

Nama resmi : Kerajaan Yugoslavia; Republik Sosialis Federal Yugoslavia
Tahun aktif : 1918 - 2003
Ibukota : Beograd / Belgrade
Bentuk pemerintahan : monarki konstitusional (1918 - 1941), republik federal (1945 - 1992)
Luas wilayah : 247.542 km persegi (monarki), 255.804 km persegi (republik)
Mata uang : dinar Yugoslavia
Bahasa nasional : Serbo-Kroasia, Sloven, Makedonia



ARTIKEL TERKAIT

Makna Bendera Negara-Negara Pecahan Yugoslavia
Perang Bosnia
Perang Kroasia
Perang Kosovo
Perang Slovenia



REFERENSI

Allcock, J.B.. 2008. "Milosevic, Slobodan". Encyclopaedia Britannica, Chicago.

Allcock, J.B.. 2008. "Yugoslavia". Encyclopaedia Britannica, Chicago.

Bracewell, C.W.. 2008. "Croatia". Encyclopaedia Britannica, Chicago.

Curtis, G.E.. 1992. "Yugoslavia : A Country Study".
(www.loc.gov/item/91040323/)

Judah, T.. 2011. "Yugoslavia: 1918 - 2003".
(www.bbc.co.uk/history/worldwars/wwone/yugoslavia_01.shtml)

PBS. "A Kosovo Chronology".
(www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/kosovo/etc/cron.html)

Wikipedia. "International recognition of Kosovo".
(en.wikipedia.org/wiki/International_recognition_of_Kosovo)

Wikipedia. "Josip Broz Tito".
(en.wikipedia.org/wiki/Josip_Broz_Tito)

Wikipedia. "Socialist Federal Republic of Yugoslavia".
(en.wikipedia.org/wiki/Socialist_Federal_Republic_of_Yugoslavia)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



22 komentar:

  1. Bro , Keadaan social Juga dong bro . ada tugas nih jadi kaga bisa nyari deh ..!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Artikel saya fokus mengangkat aspek sejarahnya. Sebab kalau semua aspek saya taruh di artikelnya, nanti artikelnya jadi kelewat panjang.

      Saya kurang tahu artikel online berbahasa Indonesia yang membahas kondisi sosial Yugoslavia. Tapi kalau artikel luar negeri, anda bisa mencarinya dengan memakai kata kunci "yugoslavia social life" di Google.

      Atau alternatifnya, anda bisa mengunjungi situs Wikipedia atau Library of Congress (lcweb2.loc.gov).

      Hapus
  2. Kebetulan saya beberapa kali bertugas ke sana terutama saat perang. Negara Yugo ini kelewat makmur dan terlalu kuat militernya, yg paling jadi kekhawatiran adalah ' negeri ini mandiri dan tidak mudah dikendalikan oleh pihak Barat" Padahal dulu kota Sarajevo itu sangat indah, Bosnia punya lading pangan dan air yg lebih dari cukup menghidupi seluruh negeri, punya pangkalan2 udara rahasia yg tersimpan di perut gunung. Yugo sendiri punya pabrik mobil dan produksi persenjataan dan peralatan militer sendiri :) Jangan lupa kita punya Mesjid Indonesia "Istiqlal" di luar kota Sarajevo, masjid itu lebih dikenal dgn nama Mesjid Soeharto Ada warga kita turunan Pangeran Diponegoro generasi 7, 8, 9 yg tinggal di Beograd, Serbia :)

    BalasHapus
  3. Sangat membantu untk mengenal sejarah.

    BalasHapus
  4. terimah kasih.kami sangat terbantu untuk memahami sejarah.

    BalasHapus
  5. terimakasih sekarang saya tau sejarah negara kelahiran kakek buyut saya...

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Teman saya punya uang Dinar Yugoslavia, dimana bisa ditukarkan uang tsb , apa masih laku nggak..terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah tidak bisa ditukar, karena dinar Yugoslavia sekarang sudah tidak digunakan. Tapi uangnya masih bisa anda jual ke kolektor uang lama. Normalnya makin tua & langka pecahan uangnya, makin tinggi harga jualnya.

      Hapus
  8. Bro yogoslavia kan komunis kenapa dia tidak memihak uni soviet dalam perang dingin yang notabene meruapakan kiblat komunis terbesar? Dan kenapa malah mendirikan gnb?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena Yugoslavia tidak mau berada di bawah bayang-bayang Uni Soviet. Sejak masa Perang Dunia II, kelompok Partisannya Tito sudah terkenal akan kemandiriannya dalam memerangi pasukan fasis. Ketika perang berakhir & republik Yugoslavia berdiri, Tito tidak mau Uni Soviet terlalu mencampuri kebijakan Yugoslavia.

      Jadilah kemudian Yugoslavia dikucilkan oleh Uni Soviet & negara-negara Eropa Timur sekutunya. Soviet juga sempat beberapa kali melakukan percobaan pembunuhan kepada Tito, tapi semuanya gagal.

      Hapus
  9. Karena gaya Komunis Yugoslavia berbeda dengan Unisovyet, dan Stalin tidak suka itu. Maka sejak dikucilkan negara2 blok Komunis, Yugoslavia menerima bantuan dari negara2 Barat. biasa lah, selalu begitu.

    BalasHapus
  10. kenapa komunis yugoslavia dibilang ber`beda dari yang ada?emang apa yang beda?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di negara komunis semisal Uni Soviet, pengambilan keputusan & perencanaan di perusahaannya harus sesuai dengan kemauan pemerintah pusat. Tapi kalau di Yugoslavia, komunitas pekerja di masing-masing perusahaan punya hak untuk ikut menentukan kebijakan & menyumbang suara pas ada rapat. Sederhananya, sistem pengelolaan ekonomi di Yugoslavia itu lebih desentralistik.

      Kalau di luar segi ekonomi, Yugoslavia juga punya kebijakan perbatasan yang lebih lunak. Orang-orang Yugo diperbolehkan bepergian ke negara-negara non komunis (misalnya Jerman Barat) untuk bekerja & nyumbang devisa ke negara asalnya. Beda dengan negara-negara komunis tetangganya yang membatasi warganya supaya nggak leluasa pergi ke luar negeri (kebijakan Tirai Besi).

      Hapus
  11. Berarti apakah bisa dikatakan situasi terkini di negara-negara semenanjung Balkan ini sudah damai? Kalau ya, tergolong dalam positive peace atau negative peace?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Secara umum, Balkan sekarang sudah berada dalam kondisi damai & tidak lagi dilanda konflik skala besar. Tapi hubungan antar golongannya masih tetap rentan. Sebagai contoh, Serbia sampai sekarang masih enggan mengakui kemerdekaan Kosovo. Lalu Republik Srpska (negara bagiannya Bosnia yang penduduk mayoritasnya etnis Serb) sempat punya wacana untuk memerdekakan diri. Makedonia sekarang juga lagi dalam proses mengganti nama resminya jadi "Makedonia Utara" karena masalah sengketa dengan Yunani.

      Hapus
  12. Kak mau tanya, kalau Bendera Yugoslavia artinya apa ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau makna resminya, entahlah. Saya belum menemukan literatur yang menjelaskan soal itu. Yang jelas, warna biru-putih-merah dipilih karena warna-warna itu adalah simbol khas bangsa Slav yang terinspirasi dari motif bendera Rusia. Sementara simbol bintang merah menyimbolkan ideologi sosialisme.

      Sebelum Republik Yugoslavia berdiri, bendera dengan motif seperti ini awalnya digunakan sebagai benderanya kelompok Partisan di masa Perang Dunia II (bendera Kerajaan Yugoslavia motifnya sama, tapi tanpa simbol bintang). Waktu Perang Dunia selesai & Partisan jadi penguasa baru Yugoslavia, benderanya Partisan kemudian dijadikan bendera nasionalnya Yugoslavia yang baru.

      Hapus
  13. Aku suka sejarah .. 😙😙😙

    BalasHapus
  14. admin.. mau tanya berarti komunis yang diterapkan yugoslavia ini mirip" seperti komunis nya vietnam/rrc saat ini? atau ideologi komunis vietnam beda dengan kebanyakan komunis yg lain?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak. Vietnam & Cina sekarang memang masih diperintah oleh partai komunis, tapi sistem ekonominya sekarang lebih cenderung liberal karena sekarang banyak konglomerat & perusahaan swasta yang aktif di kedua negara.

      Kalau sistem manajemen pekerja itu konsepnya lebih mirip dengan koperasi atau serikat pekerja, karena semua pegawainya punya hak suara dalam rapat penentuan kebijakan perusahaan. Berbeda dengan perusahan swasta pada umumnya, di mana yang punya hak untuk menentukan kebijakan biasanya cuma pemilik modal / pemilik saham mayoritas.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.