Chechnya, Duri dalam Daging bagi Keutuhan Rusia



Pasukan Rusia di samping reruntuhan kota Grozny, Chechnya. (spundge.com)

Chechnya adalah nama dari daerah kecil berpenduduk mayoritas Muslim yang terletak di Kaukasus, daratan sempit & bergunung-gunung yang terletak di antara Laut Hitam & Laut Kaspia. Walaupun kecil, Kaukasus sangatlah strategis karena posisinya sebagai penghubung antara daratan Asia Barat di selatan dengan Eropa Timur di utara.

Posisi Kaukasus yang strategis lantas membuat daerah tersebut kerap dilanda konflik sepanjang perjalanan sejarahnya. Chechnya sebagai salah satu daerah penyusun Kaukasus juga tidak luput dari api peperangan.

Api peperangan yang dimaksud dalam artikel ini adalah Perang Chechnya, konflik bersenjata antara militer Rusia melawan kelompok separatis Chechnya. Berdasarkan waktunya, Perang Chechnya bisa dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Perang Chechnya Pertama (1994 - 1996) & Perang Chechnya Kedua (1999 - 2009).

Akar dari konflik ini sendiri adalah akibat adanya keinginan dari penduduk asli Chechnya untuk memerdekakan wilayahnya pasca runtuhnya Uni Soviet. Walaupun Perang Chechnya sudah berakhir & Chechnya tetap menjadi bagian dari Rusia, sisa-sisa anggota separatis Chechnya masih tetap melanjutkan perjuangannya hingga sekarang.



LATAR BELAKANG

Wilayah yang kita kenal sebagai Chechnya penduduk aslinya berasal dari suku bangsa Chechnya & Ingush. Selama berabad-abad, kedua suku bangsa tersebut gigih mengangkat senjata untuk menentang upaya penaklukkan bangsa-bangsa asing atas tanah mereka.

Namun pada abad ke-19, upaya mereka akhirnya terhenti setelah Kekaisaran Rusia sukses mengalahkan mereka & menaklukkan Chechnya. Tujuan Rusia menaklukkan Chechnya sendiri adalah untuk mengamankan jalur penghubung antara wilayah sebelah utara mereka dengan wilayah Kaukasus selatan.

Untuk meredam kemungkinan pemberontakan & memperkuat kontrolnya atas wilayah Kaukasus (termasuk Chechnya), pemerintah Rusia mengusir paksa sebagian penduduk Chechnya & Ingush keluar dari tanah yang ditinggalinya. Tanah yang sudah dikosongkan tersebut lalu diisi oleh orang-orang Cossack yang didatangkan dari luar Chechnya.

Peta lokasi Chechnya. (news.bbc.co.uk)

Menjelang akhir abad ke-19, orang-orang Rusia juga ikut berduyun-duyun mendiami Chechnya usai ditemukannya cadangan minyak di wilayah tersebut. Komposisi penduduk yang mendiami Chechnya pun menjadi semakin beragam, namun aksi-aksi penyerangan & sabotase yang dilakukan oleh milisi-milisi Chechnya masih tetap berlanjut.

Tahun 1918, pecah perang saudara di Rusia yang berakhir dengan kemenangan pihak komunis Bolshevik & pendirian republik Uni Soviet. Di era Uni Soviet pulalah, tekanan kepada bangsa Chechnya semakin menghebat. Ladang & hewan ternak milik petani Chechnya diambil paksa oleh pemerintah Uni Soviet sebagai bagian dari kebijakan kolektivikasi lahan. Mereka yang berani menentang kebijakan Soviet harus menghadapi resiko disiksa hingga dibunuh.

Untuk mencegah orang-orang Chechnya bersekutu dengan suku bangsa Kaukasus lainnya, pada tahun 1936 Uni Soviet menjadikan Chechnya sebagai negara bagian sendiri dengan nama "Republik Sosialis Soviet Otonom Chechnya-Ingush".

Awal dekade 1940-an, Perang Dunia II ikut menjalar ke wilayah Uni Soviet setelah wilayah barat negara tersebut diinvasi oleh Jerman & sekutunya. Situasi tersebut lantas dimanfaatkan oleh orang-orang Chechnya untuk memberontak.

Respon pemerintah Uni Soviet untuk meredam pemberontakan tersebut cenderung brutal. Serangan udara dilakukan secara membabi buta sehingga banyak warga sipil yang ikut menjadi korban. Pemerintah Uni Soviet juga mendeportasi ratusan ribu penduduk Chechnya ke Asia Tengah di mana banyak dari mereka yang harus meninggal dalam perjalanan akibat kelaparan & penyakit.

Tahun 1991, Uni Soviet mengalami keruntuhan & negara-negara bagian penyusunnya muncul sebagai negara baru. Chechnya juga tidak ikut ketinggalan mendeklarasikan kemerdekaannya dengan nama resmi "Republik Chechnya Ichkeria" (RCI). Dzhokhar Dudayev menjadi pemimpin pertama RCI.

Dzhokhar Dudayev. (eski.ihh.org.tr)

Namun tidak seperti negara bagian Soviet lainnya, kemerdekaan Chechnya langsung mendapat penolakan dari Rusia karena di era Soviet, Chechnya berstatus sebagai provinsi otonom dari negara bagian Rusia. Alasan lain Rusia menolak kemerdekaan Chechnya adalah akibat lokasinya yang strategis di Kaukasus & adanya kekhawatiran kalau membiarkan Chechnya merdeka akan memancing daerah-daerah Rusia yang lain untuk ikut memerdekakan diri.

Sebagai upaya untuk mencegah Chechnya memerdekakan diri sepenuhnya, Rusia menyusupkan sejumlah personil militernya ke dalam wilayah Chechnya untuk mengkudeta rezim Dudayev, namun gagal. Rusia lantas beralih mendukung kelompok-kelompok bersenjata di Chechnya yang tidak menyukai rezim Dudayev untuk melakukan sabotase & menciptakan kekacauan.

Dudayev lantas meresponnya dengan mengumumkan status darurat militer di seantero Chechnya. Frustrasi, pemerintah Rusia lantas mengambil opsi invasi militer sebagai langkah terakhir untuk menggagalkan kemerdekaan Chechnya.



PERANG CHECHNYA PERTAMA (1994 - 1996)

Penyerbuan yang Berujung Bencana

Tanggal 10 Desember 1994, Perang Chechnya Pertama akhirnya meletus ketika pasukan Rusia menerobos masuk ke wilayah Chechnya untuk menaklukkan Grozny, ibukota dari Chechnya. Rusia berharap bisa membukukan kemenangan cepat atas rezim Dudayev & kemudian memasang rezim pro-Rusia di sana.

Pasukan Chechnya yang loyal kepada Dudayev sempat mencegat pergerakan pasukan Rusia & berhasil menciptakan kerugian yang signifikan atas lawannya. Namun karena pasukan Rusia memang unggul dalam hal jumlah & kualitas persenjataan, pasukan Chechnya yang masih tersisa dipaksa mundur ke Grozny.

Menjelang pergantian tahun, Rusia memulai pengepungannya ke kota Grozny. Dalam pengepungan tersebut, Rusia juga melakukan serangan udara & tembakan artileri secara besar-besaran ke arah Grozny sehingga banyak penduduk sipil penghuni kota tersebut yang turut menjadi korban.

Peristiwa tersebut lantas memancing kritikan & kecaman kepada Rusia yang dianggap tidak memperhatikan keselamatan warga sipil di medan perang. Namun pemerintah Rusia berdalih kalau pasukan Chechnya-lah yang melarang warga sipil meninggalkan Grozny & menggunakan mereka sebagai tameng manusia.

Pengepungan di sekitar Grozny lalu diikuti dengan penyerbuan pasukan darat Rusia ke kota tersebut pada awal tahun 1995. Namun penyerbuan tersebut berhasil dipatahkan oleh pasukan Chechnya & Rusia harus kehilangan lebih dari 1.000 tentaranya.

Peta lokasi Grozny. (news.bbc.co.uk)

Rusia lantas beralih kembali ke taktik pemboman membabi buta memakai serangan udara & artileri untuk menghancurkan bangunan-bangunan yang bisa digunakan oleh pasukan Chechnya untuk bersembunyi. Hasilnya, pada tanggal 19 Januari pasukan Rusia berhasil menguasai Istana Kepresidenan Chechnya beserta seluruh wilayah Grozny bagian utara.

Pasca jatuhnya Grozny ke tangan pasukan Rusia, pasukan Chechnya lalu melanjutkan perlawanannya dengan memakai taktik defensif & serangan gerilya. Mereka juga menggunakan taktik penyanderaan warga sipil untuk menekan pemerintah Rusia & mengesankan pihak-pihak di luar medan konflik kalau pemerintah Rusia tidak bisa menjamin keselamatan warganya sendiri di tempat lain.

Salah satu contoh aksi tersebut adalah ketika pada bulan Juni 1995, sekelompok pejuang Chechnya yang dipimpin oleh Shamil Basayev menyandera 1.500 penghuni rumah sakit di Budyonnovsk, Rusia selatan.


Mundur dengan Kepala Tertunduk

Sebulan pasca peristiwa penyanderaan di Budyonnovsk, pemerintah Rusia & separatis Chechnya setuju untuk melakukan gencatan senjata. Sayang, gencatan senjata tersebut tidak bertahan lama setelah pada musim gugur di tahun yang sama, terjadi percobaan pembunuhan kepada Jenderal Anatoliy Romanov yang saat itu menjabat sebagai pemimpin pasukan Rusia di Chechnya.

Bulan Desember 1995, wilayah Chechnya yang dikuasai oleh militer Rusia menggelar pemilu untuk menentukan pemimpin baru Chechnya yang diakui oleh pemerintah Rusia. Dokur Zavgayev keluar sebagai pemenang pemilu, namun hasil pemilu tersebut tidak diakui oleh kubu separatis & tidak dianggap jurdil oleh organisasi pengamat luar negeri.

Tanggal 6 April 1996, pasukan separatis Chechnya melancarkan serangan besar-besaran ke kota Samashki & Grozny. Dalam waktu singkat, kedua kota tersebut berhasil dikuasai oleh pasukan Chechnya di mana mereka juga berhasil mengamankan stok kendaraan militer & persenjataan milik Rusia.

Pasukan tank Rusia di Chechnya. (rferl.org)

Sebulan kemudian, pasukan Chechnya melancarkan serangan mendadak ke konvoi kendaraan militer Rusia di dekat Shatoy & berhasil menewaskan ratusan tentara anggota konvoi. Pasukan Rusia sendiri bukannya gagal mencatat keberhasilan sama sekali pada periode ini. Tanggal 21 April 1996, Dzhokar Dudayev - presiden RCI - meninggal dunia setelah dirinya terkena hantaman rudal yang dilepaskan oleh militer Rusia.

Sudah 2 tahun sejak Perang Chechnya Pertama dimulai, namun konflik masih belum menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir. Jumlah tentara yang tewas & kerugian materi yang timbul di pihak Rusia semakin lama semakin bertambah. Bukan hanya itu, konflik juga mulai menjalar ke daerah-daerah tetangga Chechnya seperti Dagestan & Ingushetia.

Situasi tersebut lantas memaksa pihak Rusia untuk kembali melakukan perundingan dengan kubu separatis Chechnya. Hasilnya, pada bulan Agustus 1996 kedua belah pihak berhasil merumuskan kesepakatan damai Khasav-Yurt & Rusia setuju untuk menarik mundur pasukannya dari Chechnya. Perang Chechnya Pertama pun berakhir & RCI sukses mempertahankan statusnya sebagai negara merdeka.

Perang Chechnya Pertama merupakan aib bagi Rusia karena dalam perang tersebut, Rusia gagal mengalahkan kelompok separatis Chechnya. Rusia juga harus kehilangan banyak tentaranya dalam perang tersebut, di mana jumlah tentara Rusia yang tewas berkisar antara 3.826 hingga 14.000 jiwa.

Tingginya jumlah korban tewas & kerugian material di pihak Rusia tidak lepas dari kesalahan taktik yang digunakan militer Rusia & banyaknya personil wajib militer (wamil) yang nyaris tidak memiliki pengalaman tempur dalam keanggotaan pasukan Rusia di Chechnya. Di pihak Chechnya / RCI, jumlah korban tewas mencapai 117.000 jiwa di mana sebagian besarnya merupakan warga sipil.



PERANG CHECHNYA KEDUA (1999 - 2009)

Bermula dari Dagestan

Tidak lama sesudah Rusia menarik mundur pasukannya dari Chechnya, aksi-aksi kriminalitas & penculikan merajarela di seantero Chechnya sebagai akibat dari lemahnya kontrol yang dimiliki pemerintah pusat RCI. Sasaran dari aksi-aksi penculikan kebanyakan adalah bekas anggota wamil & tokoh-tokoh penting Rusia.

Salah satu aksi penculikan paling termahsyur terjadi pada bulan Maret 1999 di mana korbannya adalah Gennady Shpigun, anggota Kementerian Dalam Negeri Rusia. Di bulan yang sama, aksi kekerasan bersenjata di Chechnya juga mulai menjalar keluar menyusul terjadinya ledakan bom di pasar yang terletak di Vladikavkaz, 30 mil sebelah utara perbatasan Chechnya dengan Rusia.

Peta lokasi Chechnya & Dagestan. (theguardian.com)

Bulan Agustus 1999, milisi-milisi Islamis / mujahidin Chechnya melakukan penyerbuan ke wilayah Dagestan yang berlokasi di sebelah timur Chechnya. Tujuan penyerbuan itu sendiri adalah karena mereka berencana menyatukan Dagestan dengan Chechnya & mengubah keduanya menjadi negara Islam.

Penyerbuan tersebut lantas direspon Rusia dengan mengerahkan tentara & milisi pro-Rusia ke kawasan tersebut. Hasilnya, hanya dalam waktu beberapa minggu, pasukan Rusia berhasil mengalahkan milisi-milisi Islamis tadi. Namun peristiwa tersebut juga membuat Rusia semakin khawatir dengan perkembangan situasi di Chechnya yang semakin tidak terkendali & sulit diprediksi.

Dengan dalih membasmi sisa-sisa milisi Islamis yang sebelumnya menyerbu Dagestan, pasukan Rusia melancarkan invasi militer baru ke Chechnya sekaligus mengawali pecahnya Perang Chechnya Kedua. Seperti halnya Perang Chechnya Pertama, Perang Chechnya kedua juga diawali dengan serangan udara besar-besaran. Pasukan darat Rusia lalu memasuki wilayah Chechnya pada awal Oktober 1999.

Aslan Maskhadov yang sedang menjabat sebagai presiden RCI sebenarnya sempat menawarkan kerja sama dengan militer Rusia untuk menangkap milisi-milisi Islamis di wilayahnya. Namun tawarannya ditolak & operasi militer Rusia di Chechnya pun berlanjut.

Para pejuang Chechnya yang sedang berpose. (breachbangclear.com)

Belajar dari pengalaman buruknya semasa Perang Chechnya Pertama, dalam Perang Chechnya Kedua ini pasukan darat Rusia bergerak lebih lambat & waspada. Mereka melakukan serangan udara & artileri terlebih dahulu sebelum pasukan daratnya bergerak masuk ke wilayah sasaran. Rusia juga semakin giat menjalin kontak dengan penduduk asli Chechnya yang tidak mau dipimpin oleh Maskhadov.

Merespon semakin dekatnya posisi pasukan darat Rusia ke ibukota Grozny, Maskhadov lalu meminta seluruh rakyat Chechnya untuk melakukan "perang suci" kepada pasukan Rusia. Pasukan Rusia sendiri tidak langsung menggerakkan pasukan daratnya ke Grozny, melainkan merebut wilayah-wilayah di sekeliling Grozny terlebih dahulu.

Bulan Desember 1999, setelah melalui serangkaian pertempuran sengit untuk menguasai wilayah sekitar Grozny, pasukan darat Rusia memulai serangannya ke kota tersebut. Grozny akhirnya jatuh ke tangan Rusia pada bulan Februari 2000, namun dengan kondisi yang nyaris rata dengan tanah.

Bulan Juni 2000, pemerintah pusat Rusia menunjuk Akhmad Kadyrov sebagai pemimpin sementara Chechnya. Sukses menguasai Grozny, pasukan Rusia kini mengalihkan fokusnya ke prajurit-prajurit Chechnya yang masih melanjutkan perlawanan dari kawasan pegunungan. Periode ini kerap disebut sebagai dimulainya fase gerilya dalam Perang Chechnya Kedua.


Berlanjut ke Fase Gerilya

Dibandingkan dengan tahun pertama Perang Chechnya Kedua, intensitas konflik dalam fase gerilya sudah jauh berkurang. Namun kondisi keamanan di Chechnya & sekitarnya masih tetap mencekam.

Aksi-aksi penyerangan yang dilakukan oleh para pejuang anti-Rusia selama fase gerilya umumnya berupa pembunuhan rahasia, pemasangan ranjau di jalanan, & bom bunuh diri. Mereka juga memperluas daerah operasinya keluar Chechnya, termasuk ke ibukota Moskow. Tahun 2004 contohnya, milisi-milisi Chechnya sempat meledakkan bom di stasiun kereta api Moskow.

Selama fase gerilya, militer & intelijen Rusia melakukan aksi-aksi pembunuhan kepada tokoh-tokoh penting separatis Chechnya. Ketika semakin banyak tokoh sekuler yang tewas (Aslan Maskhadov contohnya, yang tewas dibunuh pada tahun 2005), sisa-sisa pejuang anti-Rusia di Chechnya semakin condong ke arah ekstrimisme agama.

Puncaknya adalah ketika pada tahun 2007, Dokka Umarov selaku presiden baru RCI mengumkan pembubaran RCI & pendirian Emirat Kaukasus sebagai penggantinya. Umarov juga mendirikan Front Kaukasus sebagai sayap militer dari Emirat Kaukasus. Menurut Dewan Keamanan PBB, Emirat Kaukasus memiliki hubungan dengan jaringan ekstrimis internasional Al-Qaeda.

Suasana kota Grozny di tahun 2012. (bbc.com)

Walaupun militer Rusia masih belum bisa menumpas Emirat Kaukasus, kondisi keamanan di Chechnya sudah dianggap jauh membaik. Buntutnya, pada tahun 2009 pemerintah Rusia memerintahkan penarikan mundur pasukan dari Chechnya sekaligus menandai berakhirnya Perang Chechnya Kedua.

Kota-kota yang sebelumnya hancur lebur akibat perang dibangun kembali dengan bantuan finansial dari pemerintah pusat Rusia. Daerah Chechnya dijadikan negara bagian dengan otonomi luas & memiliki undang-undangnya sendiri. Namun, Chechnya juga masih dirundung masalah berupa masih berlanjutnya perlawanan Emirat Kaukasus & masih banyaknya ranjau darat aktif yang berserakan di seantero Chechnya.

Seperti halnya Perang Chechnya Pertama, Perang Chechnya Kedua juga menimbulkan korban tewas yang tidak sedikit. Di pihak Rusia, jumlah korban tewas berkisar antara 7.000 - 11.000 jiwa. Sementara di pihak lawan, jumlah milisi anti-Rusia yang tewas diperkirakan mencapai lebih dari 16.000 jiwa.

Perang Chechnya Kedua juga mengakibatkan antara 30.000 - 50.000 warga sipil kehilangan nyawanya. Di luar masalah korban jiwa, Perang Chechnya Pertama & Kedua membawa dampak negatif lain berupa memburuknya situasi keamanan di Kaukasus utara & meningkatnya sentimen kebencian rakyat Rusia kepada orang-orang yang berasal dari Kaukasus.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
- Waktu : 1994 - 1996; 1999 - 2009
- Lokasi : (mayoritasnya di) Chechnya

Pihak yang Bertempur
(Negara)  -  Rusia
(Grup)  -  milisi-milisi pro-Rusia
       melawan
(Daerah)  -  Republik Chechnya Ichkeria (1994 - 2007), Emirat Kaukasus (sejak 2007)
(Grup)  -  milisi-milisi anti-Rusia

Hasil Akhir
-  Kemenangan pihak Rusia
-  Chechnya tetap menjadi bagian dari wilayah Rusia
-  Konflik skala kecil masih berlanjut hingga sekarang

Korban Jiwa
-  Rusia : 10.000 - 25.000 jiwa
-  milisi Chechnya : 33.000 jiwa
-  warga sipil Chechnya : 80.000 - 150.000 jiwa



REFERENSI

Finch, R.C.. 1996. "Why the Russian Military Failed in Chechnya".
(www.globalsecurity.org/military/library/report/1996/yrusfail.htm)

GlobalSecurity.org. "First Chechnya War 1994-1996".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/chechnya1.htm)

GlobalSecurity.org. "Second Chechnya War 1999-2006".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/chechnya2.htm)

Wikipedia. "Caucasus Emirate".
(en.wikipedia.org/wiki/Caucasus_Emirate)

Wikipedia. "First Chechen War".
(en.wikipedia.org/wiki/First_Chechen_War)

Wikipedia. "Second Chechen War".
(en.wikipedia.org/wiki/Second_Chechen_War)

Yevsyukova, M.. 1995. "The Conflict Between Russia and Chechnya".
(www.colorado.edu/conflict/full_text_search/AllCRCDocs/95-5.htm)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



12 komentar:

  1. saya suka blog ini :). tulisannya banyak yang segar :)

    BalasHapus
  2. ini blognya siapa y

    BalasHapus
  3. Semua informasi ada di sini

    BalasHapus
  4. sebenarnya konflik sdh bermula sejak ber abad2 lalu,sama sprti negara kita yng hrs berjuang ratusan thn.
    tapi sekarang keadaan disana sdh lebih baik sepertinya 🙂

    BalasHapus
  5. Perjuangan bangsa Chechnya sepertinya masih belum berakhir. Seperti yang dibahas oleh R.E.T, perlawanan bangsa Chechnya masih berlanjut terus. Salah satunya oleh Emirat Kaukasus yang memiliki hubungan dekat dengan Al-Qaeda.

    BalasHapus
  6. bangsa Chechnya harus menjadi contoh bagi bangsa yang ingin merdeka di masa kini. mantap

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bangsa Chechnya hingga sekarang masih berada dibawah kekuasaan Kremlin (Rusia) melalui bonekanya, Ramzan Kadyrov. Perjuangan rakyat Chechnya mulai melemah sejak terbunuhnya Dokka Omarov, Amirul Mukminin Emirat Kaukasus.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.