Perang Crimea, Gagalnya Ambisi Ekspansi Rusia



Lukisan mengenai pertempuran antara pasukan Rusia & pasukan Inggris di Inkerman, Crimea. (William Simpson)

Crimea / Krimea adalah nama dari semenanjung yang terletak di pantai selatan Ukraina. Pada tahun 2014 lalu, Crimea menjadi sorotan dunia internasional karena daerah tersebut menggabungkan diri secara sepihak ke Rusia biarpun Ukraina selaku negara pemilik sahnya menolak mengakui peristiwa tersebut.

Kenyataannya, bukan sekali itu saja Crimea menjadi sumber konflik antar negara. Beratus-ratus tahun silam atau tepatnya pada abad ke-19, Crimea juga menjadi saksi bisu dari salah satu konflik paling berdarah di Eropa Timur : Perang Crimea.

Perang Crimea adalah konflik bersenjata yang terjadi pada tahun 1853 - 1856 antara Rusia melawan koalisi Ottoman (Turki), Inggris, Perancis, & Sardinia. Tidak seperti namanya, Perang Crimea bukan hanya mengambil tempat di Crimea karena pertempuran-pertempuran dalam skala yang lebih kecil juga terjadi di luar Crimea, utamanya di Semenanjung Balkan & Laut Baltik.

Perang Crimea juga terkenal karena perang ini melambungkan nama Florence Nightingale, perawat Inggris yang terkenal akan usahanya yang gigih dalam merawat para tentara yang sakit & mengupayakan perbaikan di bidang penanganan orang sakit.


Peta lokasi Crimea di masa kini. (bbc.com)


LATAR BELAKANG

Sejak abad ke-16, Kekaisaran Rusia yang awalnya hanyalah sebuah kerajaan kecil di Eropa Timur berhasil mengalami perluasan wilayah dengan pesat berkat ekspansi militer yang dilakukannya. Hasilnya, pada pertengahan abad ke-19 Rusia memiliki wilayah yang membentang dari Eropa Timur hingga Alaska di Amerika Utara.

Biarpun memiliki wilayah yang luas, tidak banyak daerah pantai yang bisa digunakan oleh Rusia untuk aktivitas pelayaran skala besar karena setiap kali musim dingin tiba, daerah pantai Rusia akan dipenuhi oleh es sehingga tidak bisa digunakan oleh kapal laut. Satu dari sedikit daerah pantai milik Rusia yang airnya tidak pernah membeku sepanjang tahun adalah Laut Hitam yang berada di sebelah barat daya Rusia.

Problem utama bagi Rusia adalah sebagai akibat dari kondisi geografis Laut Hitam yang menjorok jauh ke dalam daratan, kapal-kapal dari & menuju Laut Hitam harus melewati Selat Bosphorus, lautan sempit yang memisahkan daratan Asia (Anatolia) dengan Eropa (Semenanjung Balkan) sekaligus menghubungkan Laut Hitam dengan Laut Marmara & Mediterania. Selat Bosporus sendiri pada saat itu sedang dikuasai oleh Kesultanan Ottoman, negara raksasa yang memiliki hubungan kurang baik dengan Rusia.

Rusia memiliki ambisi untuk mencaplok wilayah Ottoman yang berada di Semenanjung Balkan supaya bisa mendapat jaminan kekuasaan atas Selat Bosphorus. Alasan lain kenapa Rusia berambisi menjadikan wilayah-wilayah di Balkan berada di bawah pengaruhnya adalah karena mayoritas penduduk Balkan menganut agama Kristen Ortodoks, agama resmi Kekaisaran Rusia.

Pemimpin Rusia, Tsar Nicholas I. (mediawiki.middlebury.edu)

Rusia juga merasa percaya diri kalau mereka bisa mengalahkan Ottoman dalam perang terbuka karena militer Ottoman yang sekarang dianggap tidak sekuat beberapa abad sebelumnya akibat semakin pesat & meratanya perkembangan teknologi militer negara-negara Eropa. Kondisi yang membuat Kaisar Rusia, Tsar Nicholas I, berani memanggil Ottoman dengan sebutan "Sick Man of Europe" (Orang Sakit Eropa).

Supaya bisa mendapat sekutu untuk mewujudkan ambisinya, Rusia lalu melakukan pembicaraan dengan negara-negara Eropa lainnya seperti Inggris, Perancis, & Austria. Alih-alih setuju untuk membantu, pemimpin dari negara-negara tadi justru menolak keinginan Rusia & lebih suka membiarkan wilayah Ottoman tetap utuh.

Alasan utama kenapa negara-negara tadi menolak keinginan Rusia adalah karena jika Rusia sampai memperoleh akses langsung menuju Laut Mediterania, Rusia dikhawatirkan akan menjadi semakin kuat & semakin mudah mengancam eksistensi negara-negara Eropa Barat secara langsung.

Masing-masing negara juga memiliki alasan khususnya sendiri-sendiri untuk menolak rencana ambisius Rusia. Inggris memiliki wilayah jajahan di India & menganggap Ottoman sebagai partner dagang sekaligus jalur akses tercepat menuju India.

Jika Rusia sampai dibiarkan mengembangkan kekuasaannya hingga mencapai Mediterania, kepentingan Inggris yang melibatkan Ottoman & India dikhawatirkan akan terganggu. Sementara Perancis menolak rencana Rusia karena Perancis masih menyimpan dendam usai dikalahkan Rusia dalam Perang Napoleon.

Austria menolak rencana Rusia karena khawatir jika perang antara Rusia & Ottoman benar-benar pecah di kawasan Balkan, Austria tidak bisa lagi menggunakan Sungai Danube dengan aman karena muara sungai tersebut berada di Balkan. Selain negara-negara tadi, ada pula negara kerajaan bernama Sardinia yang wilayahnya mencakup Semenanjung Italia timur laut & Pulau Sardinia.

Sardinia tidak memiliki permusuhan khusus dengan Rusia, namun Sardinia nantinya ikut mengirim pasukan untuk membantu Inggris & Perancis. Sardinia berharap 2 negara tadi bersedia membantu Sardinia untuk menyatukan Semenanjung Italia lewat jalur militer di masa depan.

Peta wilayah di sekitar Laut Hitam (Black Sea) pada tahun 1850.  Daerah yang diarsir merah adalah negara Moldavia & Wallachia.

Kegagalan mendapatkan sekutu tidak mengecutkan niat Rusia untuk melanjutkan rencananya melakukan perluasan wilayah. Bulan Juli 1853, Rusia mengirimkan pasukannya untuk menduduki negara Moldavia & Wallachia yang terletak di sebelah utara wilayah Ottoman. Merasa terancam dengan pergerakan militer Rusia, Sultan Ottoman lalu meminta bantuan kepada negara-negara Eropa Barat.

Permintaan Ottoman tersebut langsung direspon oleh Inggris, Perancis, & Sardinia dengan mengirimkan pasukannya untuk membantu Ottoman. Namun akibat teknologi kelautan pada masa itu yang masih belum semaju sekarang, pasukan dari negara-negara yang bersangkutan memerlukan waktu berbulan-bulan sebelum tiba di wilayah Ottoman.



BERJALANNYA PERANG

Tanggal 5 Oktober 1853, Ottoman menyatakan perang kepada Rusia sekaligus menandai dimulainya Perang Crimea secara resmi. Pernyataan perang tersebut lalu diikuti dengan invasi pasukan Turki ke sisi utara Sungai Danube.

Diawali dengan jatuhnya Kalafat ke tangan Ottoman pada bulan yang sama, pasukan Ottoman berhasil melanjutkan tren keberhasilan usai mengalahkan pasukan Rusia di Oltenita yang terletak di sebelah barat Kalafat pada tanggal 4 November. Sayangnya Ottoman gagal menularkan tren positif tersebut ke front laut menyusul keberhasilan armada laut Rusia mengalahkan armada milik Ottoman di Sinope, pesisir selatan Laut Hitam, pada akhir November 1853.

Tahun 1854 diawali dengan invasi pasukan darat Rusia ke Dobruja, wilayah kekuasaan Ottoman yang terletak di sebelah selatan Sungai Danube. Invasi tersebut berhasil dibendung oleh pasukan Ottoman & pada bulan Juli 1854, giliran pasukan Ottoman yang melakukan invasi balasan ke wilayah Wallachia.

Merasa tidak sanggup menghentikan pergerakan pasukan Ottoman di wilayah tersebut, Rusia lalu menarik mundur pasukannya dari Wallachia & Moldavia pada akhir bulan yang sama. Pasca mundurnya pasukan Rusia, pasukan Austria yang sepanjang perang memposisikan dirinya sebagai pihak netral lalu memasuki wilayah Wallachia & Moldavia supaya tidak ada lagi pertempuran yang mengambil tempat di kedua wilayah tersebut.

Armada Ottoman & Rusia dalam Pertempuran Sinope (1853). (Ivan Ayvazovsky)

Walaupun pasukan Rusia sudah mundur dari Moldavia & Wallachia, negara-negara musuh Rusia memilih untuk tetap melanjutkan perang. Sasaran utama mereka adalah pelabuhan militer Rusia di Sevastopol, Crimea, pesisir utara Laut Hitam.

Negara-negara musuh Rusia berharap, kalau pelabuhan beserta armada kapal perang yang ada di sana berhasil dihancurkan, Rusia tidak akan memiliki cukup kekuatan untuk menguasai Laut Hitam & mencapai Laut Mediterania. Selain Crimea, kawasan Laut Baltik yang terletak di Eropa Utara juga menjadi daerah operasi pasukan Inggris & Perancis karena jika armada laut & pangkalan militer Rusia di Laut Baltik berhasil dihancurkan, jalan untuk menyerbu Saint Petersburg - ibukota Rusia - bakal terbuka lebar.

Pasukan koalisi anti-Rusia akhirnya tiba di pantai barat Crimea pada bulan September 1854. Di bulan yang sama, mereka langsung terlibat pertempuran dengan pasukan Rusia di Sungai Alma di mana pasukan koalisi berhasil keluar sebagai pemenang.

Pasca kekalahan tersebut, pasukan Rusia lalu mundur ke selatan & mengalihkan fokusnya ke Balaclava / Balaklava. Daerah di pantai selatan Crimea yang digunakan oleh pasukan koalisi sebagai tempat menaruh logistik yang dikirim lewat jalur laut.

Lagi-lagi pertempuran tersebut gagal dimenangkan oleh pasukan Rusia karena Balaclava berhasil dipertahankan oleh pasukan koalisi. Sukses mematahkan serangan pasukan Rusia ke Balaclava dengan korban jiwa mencapai 1.200 lebih di kedua belah pihak, pasukan koalisi memulai serangannya ke Sevastopol pada bulan Oktober 1854.

Namun, kombinasi dari minimnya stok artileri berkaliber berat yang dimiliki oleh pasukan kolisi untuk menembus Sevastopol, periode penyerangan yang berdekatan dengan musim dingin, kurang lancarnya suplai logistik untuk pasukan di Crimea, & adanya gangguan dari pasukan Rusia di wilayah lain Crimea membuat pasukan koalisi memerlukan waktu lama untuk merebut Sevastopol.

Peta kota-kota di Crimea. (understandinguncertainty.org)

Bulan September 1855, Sevastopol akhirnya jatuh ke tangan pasukan koalisi. Sebelum melarikan diri keluar Sevastopol, pasukan Rusia membakar kapal-kapal perang & fasilitas pelabuhan miliknya sendiri supaya tidak bisa dimanfaatkan oleh pasukan koalisi.

Walaupun pasukan koalisi sudah berhasil merebut Sevastopol, Rusia masih enggan mengibarkan bendera putih. Baru setelah Austria mengancam akan ikut melibatkan diri di pihak koalisi, Rusia setuju untuk melakukan gencatan senjata & menjalani perundingan damai dengan perwakilan negara-negara lawannya di Paris, Perancis, pada bulan Februari 1856.



KONDISI PASCA PERANG

Perundingan di Paris sukses menghasilkan perjanjian yang dikenal sebagai "Traktat Paris" pada tanggal 30 Maret 1856. Berdasarkan traktat tersebut, Laut Hitam dijadikan wilayah perairan yang steril dari kapal-kapal perang (termasuk kapal perang Rusia), status politik negara Moldavia & Wallachia dikembalikan seperti saat sebelum perang, Ottoman harus menjamin keamanan hak-hak penganut Kristen di wilayahnya, & daerah Bessarabia yang awalnya dikuasai Rusia harus diserahkan ke Ottoman. Diresmikannya Traktat Paris sekaligus menjadi akhir dari Perang Crimea yang sudah berlangsung selama 3 tahun.

Perang Crimea merupakan perang yang amat berdarah, bahkan untuk ukuran abad ke-19. Jumlah korban tewas di pihak koalisi mencapai 350.000 jiwa lebih, sementara di pihak Rusia jumlah korban tewasnya adalah sekitar 220.000 jiwa.

Ironisnya, mayoritas dari korban tewas tersebut bukan akibat terbunuh di medan konflik, melainkan akibat terserang penyakit-penyakit pencernaan yang mematikan seperti tifus & kolera. Kombinasi dari parahnya penanganan tentara Inggris yang sakit di Perang Crimea & kampanye gigih dari Florence Nightingale lantas mendorong pemerintah Inggris melakukan perbaikan besar-besaran di bidang keperawatan & sanitasi.

Para tentara yang sakit di Balaclava, Crimea. (William Simpson)

Di pihak Rusia, Perang Crimea jelas merupakan aib karena perang tersebut berakhir dengan kekalahan Rusia & kegagalan Rusia mencaplok wilayah Ottoman. Bukan hanya itu, karena anggaran Rusia terkuras untuk membiayai Perang Crimea, Rusia terpaksa menjual Alaska ke Amerika Serikat pada tahun 1867 dengan harga 7,2 juta dollar AS.

Namun, Rusia juga memetik pelajaran penting dari Perang Crimea karena perang tersebut sukses menyadarkan Tsar kalau militer Rusia memerlukan perbaikan & modernisasi. Beberapa tahun pasca berakhirnya Perang Crimea, Rusia membangun kembali armada militernya di Laut Hitam - tindakan yang sebenarnya melanggar isi dari Traktat Paris.

Di pihak Sardinia, keikutsertaan negara tersebut dalam Perang Crimea membuat Sardinia berhasil mendapatkan simpati dari Perancis. Buntutnya, ketika Sardinia melakukan kampanye militer melawan Austria untuk menyatukan Semenanjung Italia, Perancis bersedia membantu Sardinia mewujudkan ambisinya tersebut.

Di Eropa Tengah, terkurasnya kekuatan Perancis & Rusia akibat Perang Crimea memberi peluang bagi Kerajaan Prusia untuk tumbuh menjadi kekuatan baru di Eropa Tengah & mewujudkan penyatuan negara-negara Germanik menjadi "Kekaisaran Jerman" pada tahun 1871.

Perang Crimea juga melahirkan sejumlah hal baru yang jejaknya masih bisa kita rasakan sekarang. Sebagai contoh, nama "balaclava" nantinya menjadi sumber inspirasi untuk menyebut masker kain yang menutupi seluruh kepala & hanya menyisakan lubang di bagian mata.

Pengadopsian nama itu sendiri bisa terjadi karena selama di Crimea, pasukan Inggris menutupi kepalanya dengan masker kain supaya terlindung dari udara dingin. Pertempuran Balaclava juga melahirkan lukisan & puisi terkenal "The Charge of the Light Brigade" (Terjangan Pasukan Ringan) untuk mengenang banyaknya tentara berkuda Inggris yang tewas akibat kesalahan instruksi dalam pertempuran tersebut.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
-  Waktu : 1853 - 1856
-  Lokasi : (mayoritasnya di) Eropa Timur

Pihak yang Bertempur
(Negara)  -  Ottoman, Inggris, Perancis, Sardinia
        melawan
(Negara)  -  Rusia

Hasil Akhir
Kemenangan Ottoman & sekutunya

Korban Jiwa
-  Ottoman & sekutu : > 350.000 jiwa
-  Rusia : + 220.000 jiwa



REFERENSI

 - . 2008 "Crimean War". Encyclopaedia Britannica, Chicago.

 - . 2008. "Paris, Treaty of". Encyclopaedia Britannica, Chicago.

GlobalSecurity.org. "Crimean War (1853-1856)".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/crimean-war.htm)

Lambert, A.. 2011. "The Crimean War".
(www.bbc.co.uk/history/british/victorians/crimea_01.shtml)

Skull Masks. "What are the Origins of the Balaclava?".
(www.skullmasks.eu/what-are-the-origins-of-the-balaclava)

The Victorian Web. 2002. "Chronology of the Crimean War".
(victorianweb.org/history/crimea/chron.html)

Underwood, E.A.. 2008. "Nightingale, Florence". Encyclopaedia Britannica, Chicago.

Wikipedia. "Battle of Balaclava".
(en.wikipedia.org/wiki/Battle_of_Balaclava)

Wikipedia. "Crimean War".
(en.wikipedia.org/wiki/Crimean_War)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



7 komentar:

  1. saya salah satu lebah di koloni mu...nice post

    BalasHapus
  2. Bang....Makasih bang udah bahas tentang negeri kesukaan saya..kudoakan terus agar koloni ini maju terus


    Salam dari Kevin

    BalasHapus
  3. Terimakasih ulasanya saya senang membaca sejarah eropa dan cina

    BalasHapus
  4. saya browsing dengan uc browser via handphone dimana tampilan blog koloni lebah ini terlihat minimalis sekali
    mungkin admin/pengurus web berkenan menambahkan fitur random artikel to read sehingga saya tidak bingung mau pilih baca yang mana..

    thank you

    BalasHapus
  5. Sangat rame sekali baca cerita sejarah nya... Kren

    Bang nanti postingin ya tentang blog sejarah pasukan rusia...

    Sekian dan trima kasih... Sampai jumpa lagi...

    BalasHapus
  6. Turki Utsmaniyyah 👍

    BalasHapus
  7. Kek mana dengan perang opium pertama? Terus apakah ada hubungannya dengan perang krimea?

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.