Sejarah Negara Korea Selatan / Republik Korea




Bendera Korea Selatan.

Korea Selatan (Korsel) adalah nama dari negara yang - sesuai namanya - terletak di bagian selatan Semenanjung Korea. Di masa kini, Korsel dikenal sebagai salah satu negara Asia yang paling maju dengan iklim politik yang demokratis.

Namun jika kita menengok beberapa dekade sebelumnya, kondisinya ternyata sama sekali berbeda karena Korsel pada dekade 60-an lebih dikenal sebagai negara miskin & korup dengan kondisi sosial politik yang tidak stabil.

Bagaimana bisa Korsel yang awalnya memiliki kondisi demikian bisa berubah menjadi semaju sekarang? Artikel ini akan memaparkan lika-liku sejarah Korsel dari awal terbentuknya hingga bisa menjadi seperti sekarang.

Pasca berakhirnya Perang Dunia II di tahun 1945, wilayah Semenanjung Korea yang awalnya dikuasai oleh Jepang berpindah tangan ke negara-negara Sekutu. Jika wilayah bagian utara dikuasai oleh Uni Soviet, maka wilayah sebelah selatannya dikuasai oleh Amerika Serikat (AS).

Tahun 1948, daerah kekuasaan masing-masing negara lalu diberi kemerdekaan. Wilayah utara merdeka sebagai republik komunis, sementara wilayah selatan merdeka sebagai republik sayap kanan dengan Syngman Rhee sebagai presiden pertamanya. Wilayah selatan inilah yang sekarang kita kenal sebagai "Republik Korea" atau "Korea Selatan" (Korsel).

Karena Korea Utara (Korut) & Selatan sama-sama berambisi menyatukan seluruh Semenanjung Korea di bawah pemerintahannya masing-masing, hubungan antara kedua negara muda tersebut penuh dengan rasa saling curiga. Puncaknya adalah ketika pada tahun 1950, pasukan Korut melakukan serangan mendadak ke wilayah Korsel sekaligus memantik pecahnya Perang Korea.

Beruntung bagi Korsel, negara-negara anggota PBB yang bersekutu dengan AS langsung mengirimkan pasukannya untuk membantu militer Korsel sehingga ambisi Korut untuk menguasai seluruh semenanjung pun berhasil dibendung.

Tahun 1953, pihak-pihak yang terlibat dalam Perang Korea sepakat untuk melakukan gencatan senjata. Namun perang sebenarnya masih berlangsung secara resmi karena belum adanya kesepakatan damai yang permanen antara Korut & Korsel.

Maka, untuk mencegah kontak senjata berskala besar kembali meletus di kemudian hari, sebuah zona netral yang terletak di antara perbatasan kedua negara pun didirikan. Pasca berakhirnya Perang Korea, Korsel dihadapkan oleh masalah baru berupa timbulnya perselisihan antara Presiden Rhee dengan parlemen Korsel karena Rhee ingin berkuasa selama mungkin dengan memanipulasi konstitusi.


Peta lokasi Korea Selatan (South Korea). (bbc.com)


KUDETA & DIMULAINYA REZIM MILITER

Tahun 1960, Rhee terpaksa meletakkan jabatannya pasca timbulnya kerusuhan berdarah antara polisi & mahasiswa. Namun kondisi domestik Korsel tidak lantas langsung membaik karena faksi-faksi dalam pemerintahan Korsel kini malah saling sikut karena ingin memanfaatkan posisi lowong yang ditinggalkan oleh Rhee.

Ketika situasi politik tidak kunjung membaik yang semakin diperparah dengan maraknya praktik korupsi, sejumlah petinggi militer Korsel yang dipimpin oleh Park Chung Hee lantas nekat melakukan kudeta. Park kemudian naik menjadi presiden baru Korsel.

Tidak lama pasca kudeta, Park melakukan sejumlah reformasi penting. Tokoh-tokoh pemerintahan yang dianggap tidak kompeten diturunkan paksa dari jabatannya. Hubungan diplomatik dengan Jepang dipulihkan agar Korsel bisa mendapatkan dana pinjaman untuk melaksanakan pembangunan.

Sebuah badan keamanan khusus yang bernama KCIA (Korea Central Intelligence Agency; Agensi Intelijen Pusat Korea) dibentuk untuk mencegah terjadinya kudeta balasan terhadap rezim Park. Hasilnya, selain berhasil memulihkan stabilitas dalam negeri, secara perlahan tapi pasti Korsel mengalami modernisasi & pertumbuhan ekonomi yang mengesankan dengan ekspor hasil industri sebagai fokusnya.

Masa pemerintahan Park sendiri tidak benar-benar mulus karena sebagai akibat dari gaya pemerintahannya yang cenderung otoriter, sejak dekade 70-an rakyat Korsel turun ke jalan untuk memprotes pemerintahannya. Park lantas merespon aksi protes tersebut dengan cara melakukan penangkapan massal, namun gelombang aksi protes tetap tidak surut.

Park Chung Hee (kiri). (japanfocus.org)

Sebelumnya, pada tahun 1966, Park selamat dari percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh agen rahasia Korut. Keberuntungan Park sayangnya tidak berlanjut setelah pada tahun 1979 ia tewas akibat dibunuh oleh pemimpin KCIA, Kim Jae Kyu. Hal yang ironis mengingat tujuan Park mendirikan KCIA adalah untuk menjaga kelanggengan rezimnya.

Pasca tewasnya Park, Choe Kyu Ha lalu diangkat menjadi presiden baru Korsel. Setahun kemudian, menyusul timbulnya demonstrasi besar oleh para mahasiswa yang menginginkan demokratisasi penuh negaranya, Choe menerapkan hukum darurat militer, melarang partai-partai politik, & menutup paksa sejumlah universitas yang dituding menjadi basis gerakan mahasiswa pemberontak. Masih di tahun yang sama (1980), Korsel kembali mengalami pergantian kepemimpinan setelah Chun Doo Hwan terpilih menjadi presiden baru Korsel.



MENUJU KORSEL YANG LEBIH DEMOKRATIS

Tahun 1981, Chun memperbolehkan partai-partai politik Korsel kembali beroperasi, namun aktivitas publik masih tetap diawasi secara ketat. Chun sendiri tetap memegang jabatannya sebagai presiden setelah dirinya memenangkan pemilu yang digelar di tahun yang sama. Di bawah Chun, Korsel masih tetap melanjutkan tren pertumbuhan ekonomi & industrialisasi berskala nasional.

Namun seiring berjalannya waktu, pamor rezim Chun justru berangsur-angsur menurun akibat terjadinya rentetan skandal yang melibatkan anggota pemerintahannya. Tahun 1982 misalnya, terjadi skandal keuangan yang melibatkan anggota pemerintahan sehingga Chun harus mengganti separuh anggota kabinetnya.

Ketika pamor rezim Chun memasuki titik terendahnya, Chun lalu mencoba merumuskan konstitusi baru untuk mengembalikan iklim demokrasi di Korsel secara penuh sekaligus menarik kembali simpati rakyat Korsel.

Beberapa poin penting dari konstitusi tersebut adalah pemangkasan masa jabatan presiden dari yang awalnya 7 tahun menjadi hanya 5 tahun & berubahnya sistem pemilu presiden di mana kini presiden dipilih langsung oleh rakyat.

Hasilnya, pada tahun 1987 konstitusi tersebut disahkan setelah mayoritas rakyat Korsel menyatakan dukungannya via referendum. Dengan merujuk pada konstitusi baru tersebut, Roh Tae Woo yang berasal dari partai yang sama dengan Chun (PKD / Partai Keadilan Demokratis) terpilih sebagai presiden baru Korsel pada tahun 1988.

Pabrik kapal laut milik perusahaan Hyundai di kota Ulsan. (ship-technology.com)

Pasca terpilih, Roh berhasil memperkuat kedudukannya sendiri di pemerintahan setelah ia berhasil membujuk partai-partai rivalnya untuk melebur dengan PKD. Sementara untuk urusan hubungan luar negeri, masa pemerintahan Roh dicirikan dengan meningkatnya hubungan Korsel dengan negara-negara Blok Timur.

Tahun 1989 contohnya, Korsel menjalin hubungan diplomatik dengan Hongaria, Polandia, & Yugoslavia. Lalu memasuki dekade 90-an, giliran Uni Soviet & Cina yang berhasil dirangkul oleh rezim Roh.

Kombinasi dari hal-hal tadi sukses menjaga pamor PKD sehingga dalam pemilu yang digelar pada tahun 1993, Kim Young Sam yang berasal dari PKD terpilih sebagai presiden baru Korsel, sekaligus menjadi presiden pertama Korsel sejak dekade 60-an yang tidak memiliki latar belakang militer.

Berkat pertumbuhan ekonomi yang dialaminya sejak beberapa dekade silam, Korsel yang awalnya merupakan negara agraris miskin kini bertransformasi menjadi salah satu raksasa industri dunia. Iklim politik negara tersebut kini juga menjadi jauh lebih stabil & terbuka.

Namun bukan berarti Korsel tidak memiliki masalah sama sekali. Di dalam negeri, Korsel harus berhadapan dengan praktik oligopoli ekonomi yang dilakukan oleh para konglomerat lokal (chaebol). Meningkatnya standar hidup rakyat Korsel juga berdampak pada tingginya tekanan hidup & angka bunuh diri. Sementara di luar negeri, Korsel khawatir dengan tindak tanduk Korut yang agresif & memiliki stok senjata nuklirnya sendiri.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



BIODATA NEGARA

Nama resmi : Daehanminguk (Republik Korea)
Tahun aktif : 1948 - sekarang
Ibukota : Seoul
Bentuk pemerintahan : republik
Luas wilayah : 100.210 km persegi
Mata uang : won
Bahasa nasional : Korea



REFERENSI

 - . 2008. "Chun Doo Hwan". Encyclopaedia Britannica, Chicago. AS.

A.M. Savada & W. Shaw. 1990. "Economic Development".
(countrystudies.us/south-korea/15.htm)

Hazlehurst, J.. 2013. "Chaebols: Kings of the Conglomerates".
(www.campdenfb.com/article/chaebols-kings-conglomerates)

Szczepanski, K.. "South Korea | Facts and History".
(www.thoughtco.com/south-korea-facts-and-history-195724)

Wikipedia. "Korean War".
(en.wikipedia.org/wiki/Korean_War)

Y.I. Lew & W.I. Yu. 2008. "Korea, South". Encyclopaedia Britannica, Chicago. AS.
   





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



6 komentar:

  1. Korsel lebih berhasil daripada korut adalah pelajaran yg berharga bagi para teknokrat & birokrat negara kita

    BalasHapus
  2. dan sekarang korut dan korsel telah berdamai

    BalasHapus
  3. Karena Korea Selatan memiliki perekonomian lebih baik, negaranya lebih kuat, pendidikan masyarakatnya lebih maju dan kelompok masyarakat menengah lebih besar dibandingkan dengan Indonesia. Dari sisi lain Korea Selatan memiliki wilayah teritori yang lebih kompak, suku dan ras lebih sedikit, dengan hanya sedikit politisasi agama

    BalasHapus
  4. Min mnt dibuat artikel sejarah negara korea utara jg donk. Makasih

    BalasHapus
  5. Penjelasan yang dibuat padat dan jelas. terimakasih banyak.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.