Perang Napoleon, Ketika Perancis Menjadi Pengganyang Eropa



Pasukan Perancis dalam Pertempuran Leipzig. (Sumber)

Perang Napoleon (Napoleonic Wars; Guerres Napoleoniennes) adalah nama dari salah 1 perang yang paling berpengaruh di Eropa & bahkan dunia. Dalam perang ini, Perancis yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte harus berhadapan dengan koalisi negara-negara Eropa yang komposisinya bervariasi, namun selalu diisi oleh Inggris sebagai salah 1 anggota penyusunnya.

Perang Napoleon kerap dianggap sebagai ironi karena biarpun awalnya perang ini timbul sebagai wujud perlawanan atas konsep negara monarki & tirani kamu bangsawan, Napoleon yang awalnya getol mendukung pendirian republik justru kemudian malah menjadikan dirinya sendiri sebagai kaisar.

Ada beberapa versi mengenai kapan Perang Napoleon bermula. Salah satu versi menyebut kalau Perang Napoleon sudah dimulai sejak tahun 1799, ketika Napoleon menjadi pemimpin baru Perancis pasca kudeta.

Versi lain menyebut kalau Perang Napoleon baru dimulai pada tahun 1803, tahun di mana konflik senjata antara Perancis & Inggris kembali meletus pasca gencatan senjata setahun sebelumnya. Walaupun tidak ada kesepakatan yang jelas mengenai tahun dimulainya Perang Napoleon, semua pihak sepakat kalau Perang Napoleon berakhir pada tahun 1815 dengan Pertempuran Waterloo sebagai penutupnya.

Karena Perancis & negara-negara Eropa lawannya memiliki daerah koloni di luar Eropa, konflik militer antara kedua belah pihak juga mengambil tempat di benua lain. Contoh paling mudah bisa dilihat di Indonesia (atau pada masa itu dikenal sebagai Hindia Belanda).

Karena Belanda sejak tahun 1794 sudah dikuasai oleh Perancis, maka Perancis secara tidak langsung merupakan pemilik Hindia Belanda. Hal tersebut lantas dijadikan alasan oleh Inggris untuk menginvasi Hindia Belanda pada tahun 1811 & menguasainya hingga tahun 1815 dengan Thomas Stamford Raffles sebagai gubernur jenderalnya.



LATAR BELAKANG

Tahun 1789, terjadi peristiwa Revolusi Perancis yang mengakhiri riwayat Perancis sebagai negara monarki absolut (Perancis baru berubah menjadi republik seutuhnya pada tahun 1792). Akibat revolusi tersebut, para bangsawan & rohaniwan Perancis beramai-ramai melarikan diri keluar negeri karena khawatir bakal menjadi sasaran penangkapan & pembunuhan oleh para pelaku revolusi. Mereka yang mengungsi ini dikenal dengan sebutan "emigres" & mencoba mendirikan kembali dinasti Perancis yang lama dengan cara meminta bantuan raja-raja di luar Perancis.

Gayung bersambut karena raja-raja ini juga khawatir kalau Revolusi Perancis bakal turut menjalar ke wilayahnya & mengancam tahta mereka. Sebagai akibatnya, perang antara Perancis dengan kerajaan-kerajaan Eropa pun pecah pada tahun 1792. Dalam perang ini, Perancis harus berhadapan dengan Austria & Prusia (Jerman).

Awalnya pasukan gabungan Austria & Prusia berada di atas angin karena mereka berhasil memanfaatkan kondisi domestik Perancis yang masih belum stabil. Terlebih kedua negara tadi sejak tahun 1793 mendapat bantuan dari Inggris & Spanyol, sekaligus merintis berdirinya aliansi yang dikenal sebagai "Koalisi Pertama".

Lukisan mengenai penyerbuan Penjara Bastille semasa Revolusi Perancis. (Sumber)

Situasi Perancis yang tidak menentu lalu coba dimanfaatkan oleh golongan pendukung kerajaan untuk memberontak & melakukan percobaan kudeta pada tahun 1795. Namun pemberontakan tersebut berhasil ditumpas oleh pasukan pimpinan Napoleon Bonaparte.

Sukses menjinakkan benih-benih perlawanan di dalam negeri, Napoleon kemudian memimpin pasukan Perancis untuk mengalahkan negara-negara lawannya. Hasilnya, Semenanjung Italia bagian utara berhasil dikuasai pada tahun 1796. Setahun berselang, Austria & Prusia dipaksa mengibarkan bendera putih sambil menyerahkan sebagian wilayahnya di utara, sekaligus menandai berakhirnya perang antara Perancis melawan Koalisi Pertama.

Karena Inggris masih enggan mengibarkan bendera putih, pada tahun 1798 Napoleon kemudian memimpin pasukannya untuk menyerbu Mesir yang saat itu merupakan wilayah bawahan Ottoman. Harapannya, jika Mesir berhasil dikuasai, maka jalur transportasi antara Inggris dengan India - salah 1 koloni Inggris yang paling kaya - menjadi terputus.

Di pihak yang berseberangan, tindakan Perancis tersebut menjadi alasan terbentuknya Koalisi Kedua yang kali ini anggotanya mencakup Ottoman, Inggris, Rusia, & Austria. Hasilnya, Perancis gagal menguasai Mesir, namun berhasil mempertahankan kedudukannya di Eropa.

Ketika perang di Mesir masih berkecamuk, Napoleon sempat kembali ke Perancis pada bulan Agustus 1799 untuk ikut terlibat dalam kudeta menggulingkan pemerintahan berdaulat Perancis. Pasca kudeta, Napoleon terpilih menjadi kanselir Perancis yang baru. Tiga tahun berselang, Napoleon dinobatkan menjadi kanselir seumur hidup.

Tahun 1804, Perancis kembali menjadi monarki setelah Napoleon menobatkan dirinya sendiri sebagai kaisar. Dengan naiknya Napoleon sebagai pemimpin resmi Perancis beserta ambisinya untuk menjadikan Perancis sebagai penguasa Eropa, perang antara Perancis melawan negara-negara Eropa lainnya sejak periode ini dikenal dengan istilah "Perang Napoleon".


Napoleon Bonaparte. (Sumber)


BERJALANNYA PERANG

Berjaya di Darat, Merana di Laut


Keberhasilan Perancis di bawah Napoleon mengalahkan lawan-lawannya membawa kekhawatiran tersendiri bagi Inggris yang memprediksi kalau Perancis akan menginvasi Inggris begitu berhasil menguasai Eropa daratan. Maka, pada tahun 1803 Inggris pun kembali menyatakan perang kepada Perancis setelah keduanya sempat terlibat kesepakatan damai setahun sebelumnya.

Perancis sadar kalau Inggris merupakan negara kepulauan dengan angkatan laut terkuat di dunia sehingga untuk mengatasinya, Perancis pun mulai menempatkan ratusan ribu tentaranya di kota pesisir Boulogne sambil menyiapkan kapal-kapalnya di tempat lain. Sementara di luar Perancis, kapal-kapal Inggris menyerang kapal-kapal dagang milik Perancis.

Tahun 1805, Inggris akhirnya berhasil membentuk Koalisi Ketiga di mana kali ini negara-negara anggotanya mencakup Austria, Rusia, Swedia, & Inggris sendiri. Dimulai dengan invasi pasukan Austria ke Bavaria (sekarang termasuk wilayah Jerman bagian selatan), pasukan Perancis yang awalnya ditempatkan di Boulogne kemudian digerakkan ke Bavaria untuk berhadap-hadapan dengan pasukan Austria.

Sementara itu di sebelah selatan Spanyol, pasukan laut Inggris yang dipimpin oleh Horatio Nelson berhasil mengalahkan armada Spanyol & Perancis di lepas pantai Semenanjung Trafalgar, sekaligus menggagalkan rencana Napoleon untuk menginvasi Inggris.

Kalah di laut, pasukan Perancis masih menunjukkan kedigdayaannya di darat. Pasukan Austria berhasil dikalahkan & bahkan pada tanggal 12 November, pasukan Perancis sudah berhasil menduduki Wina, Austria.

Memasuki bulan Desember, pasukan Perancis yang jumlahnya lebih sedikit berhasil mengalahkan pasukan gabungan Austria & Rusia di dekat Austerlitz (sekarang termasuk wilayah Republik Ceko). Usai Pertempuran Austerlitz, Austria kehilangan belasan ribu tentaranya & terpaksa mengibarkan bendera putih.

Lukisan mengenai Pertempuran Trafalgar. (Sumber)

Namun mundurnya Austria dari medan perang tidak lantas membuat tensi perang menurun karena di tahun 1806, Inggris & Rusia berhasil menggandeng Prusia untuk bersekutu dengan mereka, sekaligus menandai terbentuknya Koalisi Keempat. Sebagai respon atas terbentuknya Koalisi Keempat, pada bulan Juli 1806 Perancis mendirikan negara sekutu bernama Konfederasi Rhine yang beranggotakan negara-negara kecil di wilayah Jerman bagian barat.

Sebulan kemudian, perang antara Prusia melawan Perancis akhirnya pecah. Perancis sekali lagi menunjukkan kedigdayaannya setelah pada bulan Oktober, Perancis berhasil menguasai 4/5 wilayah Jerman. Di tahun yang sama, pasca keberhasilan menguasai kota Berlin, Napoleon mengumumkan pemberlakuan Sistem Kontintental. Semacam perintah resmi untuk semua negara taklukan & sekutu Perancis agar tidak melakukan hubungan dagang dengan Inggris.


Bara di Semenanjung Iberia

Tahun berganti, wilayah taklukan Perancis sudah mencapai sebagian Polandia. Pasukan Rusia mencoba membendung laju pasukan Perancis, namun upaya mereka juga berakhir dengan kegagalan. Merasa frustrasi & khawatir karena tidak bisa mengalahkan Perancis, pada bulan Juli 1807 pemimpin Rusia & Prusia meresmikan kesepakatan damai dengan Perancis di Tilsit, Rusia barat.

Berdasarkan perjanjian damai ini, masing-masing pihak sepakat untuk berhenti melanjutkan konflik. Sebagai gantinya, Rusia & Prusia harus bergabung ke dalam Sistem Kontinental & membiarkan sebagian wilayahnya diubah menjadi negara sekutu Perancis. Dan khusus untuk Prusia, Perancis akan tetap menempatkan pasukannya di negara tersebut hingga Prusia membayar biaya ganti rugi perang sebesar 120 juta franc.

Pasukan Prusia. (Sumber)

Sukses memaksa Rusia melakukan boikot dagang dengan Inggris, Perancis kemudian memaksa Portugal untuk melakukan hal serupa. Ketika Portugal menolak, Perancis kemudian meresponnya dengan cara menginvasi Portugal pada bulan Oktober 1807 sehingga keluarga kerajaan Portugal terpaksa mengungsi ke Brazil. Namun keberhasilan menundukkan Portugal ternyata belum membuat Napoleon puas.

Pada bulan Mei 1808, Napoleon memaksa raja Spanyol turun tahta & kemudian menjadikan saudaranya sendiri yang bernama Joseph Bonaparte sebagai raja baru Spanyol. Tindakan Napoleon tersebut langsung memancing kemarahan & penolakan dari rakyat Spanyol sehingga timbullah pemberontakan di mana mereka yang memberontak mendapat bantuan dari militer Inggris.

Dengan memanfaatkan terpecahnya konsentrasi Perancis karena harus memadamkan pemberontakan di Spanyol, Austria melancarkan serangan kilat ke Bavaria, Italia utara, & Polandia pada bulan April 1809. Serangan Austria tersebut sekaligus mengawali kampanye militer Koalisi Kelima di mana selain Austria, negara lain yang menjadi anggota dalam koalisi tersebut adalah Inggris.

Namun untuk kesekian kalinya, Austria harus bertekuk lutut setelah Perancis berhasil mengalahkan Austria dalam pertempuran di Wagram, sebelah utara Wina, pada bulan Juli 1809. Walaupun menang, Perancis harus kehilangan lebih dari 30.000 tentaranya dalam pertempuran ini.

Sementara itu di sebelah timur, kebijakan Sistem Kontinental yang harus dijalankan oleh Rusia membawa dampak negatif pada Rusia karena Rusia jadi kesulitan mendapatkan komoditas-komoditas yang selama ini hanya bisa didapat dari para pedagang Inggris. Bukan hanya itu, tindakan Perancis mendirikan negara boneka Warsawa di sebelah barat Rusia juga mengundang rasa tidak suka dari Rusia.

Hubungan Perancis & Rusia semakin memburuk setelah Rusia membuka kembali pelabuhannya untuk kapal-kapal berbendera negara netral (termasuk Inggris) & menetapkan pajak tinggi untuk komoditas yang berasal dari Perancis. Kombinasi dari hal-hal tadi lantas berujung pada invasi militer Perancis ke Rusia pada tahun 1812.


Peta Eropa di tahun 1812.


Mimpi Buruk di Rusia

Pertempuran antara pasukan Perancis & Rusia akhirnya pecah pada bulan September 1812 di Borodino, sebelah barat Moskow. Hanya sehari setelah dimulainya pertempuran, pasukan Rusia mundur ke Moskow sehingga pasukan Perancis pun melakukan pengejaran.

Tanpa kesulitan berarti, pasukan Perancis akhirnya tiba di Moskow seminggu kemudian, namun kota tersebut ternyata sudah dikosongkan. Napoleon makin terkejut setelah pada malam harinya, kota tersebut dibakar secara sengaja oleh sekelompok kecil pasukan Rusia supaya pasukan Perancis tidak bisa menggunakan kota tersebut untuk beristirahat & menimbun logistik.

Hancurnya Moskow menjadi arang lalu diikuti dengan keluarnya perintah dari Napoleon untuk mundur ke Perancis pada bulan Oktober 1812. Di sepanjang perjalanan, pasukan Perancis yang sudah kelelahan & hanya memiliki sedikit persedian makanan diserang secara sporadis oleh pasukan Rusia.

Sebagai akibatnya, pasukan Perancis di Rusia yang awalnya berjumlah 680.000 personil jumlahnya menyusut jauh menjadi tinggal puluhan ribu akibat kelaparan, penyakit, & dibunuh atau ditangkap oleh pasukan Rusia. Kegagalan Perancis untuk menciptakan kemenangan meyakinkan atas Rusia sekaligus menjadi titik balik dalam Perang Napoleon karena negara-negara Eropa yang awalnya gentar kini mulai berani untuk ikut memerangi Perancis.

Pasukan Perancis saat meninggalkan kota Moskow yang terbakar. (Sumber)

Walaupun harus kehilangan banyak tentara pasca invasi ke Rusia, Napoleon berhasil menambah kembali jumlah tentara Perancis dalam kurun waktu yang relatif singkat. Memasuki bulan Oktober 1813, pasukan Perancis terlibat pertempuran di Leipzig (sekarang terletak di Jerman) melawan pasukan Koalisi Keenam  yang terdiri dari Rusia, Prusia, Austria, & Swedia.

Dalam pertempuran yang juga merupakan pertempuran darat terbesar di Eropa sebelum Perang Dunia I ini, pasukan Koalisi yang berjumlah 320.000 personil berhasil mengalahkan pasukan Perancis yang jumlahnya tidak sampai 200.000 personil.

Kekalahan Perancis di Leipzig sekaligus membuka jalan bagi pasukan Koalisi untuk menyerbu wilayah Perancis secara langsung. Perang di tanah Perancis berlangsung alot, namun pasukan Koalisi akhirnya berhasil menguasai Paris pada akhir bulan April 1814 & memaksa Napoleon turun tahta seminggu sesudahnya.

Napoleon kemudian diasingkan ke Pulau Elba yang terletak di sebelah barat Italia, namun ia tidak menghabiskan waktu lama di Elba setelah pada ia berhasil melarikan diri & tiba kembali di Perancis pada bulan Maret 1815. Setibanya di Perancis, Napoleon langsung disambut dengan gegap gempita oleh para tentara Perancis yang masih loyal kepadanya. Kabar mengenai kembalinya Napoleon lantas direspon oleh negara-negara rival lama Napoleon dengan membentuk Koalisi Ketujuh.

Pertempuran yang menentukan nasib Napoleon akhirnya terjadi pada tanggal 18 Juni 1815 di dekat desa Waterloo (sekarang terletak di Belgia). Akibat kalah jumlah tentara & adanya keputusan kontroversial dari Napoleon untuk menunda penyerangan hingga tanah di Waterloo tidak lagi becek, pasukan Koalisi berhasil mengalahkan pasukan Perancis & menangkap Napoleon untuk kedua kalinya.

Napoleon lalu diasingkan ke Pulau St. Helena di Samudra Atlantik. Kali ini, Napoleon tidak bisa melarikan diri & ia tetap tinggal di pulau tersebut hingga ajal menjemputnya pada tahun 1821. Diperkirakan sekitar 4 juta orang harus kehilangan nyawanya dalam Perang Napoleon.


Pasukan kavaleri Inggris dalam Pertempuran Waterloo. (Sumber)


KONDISI PASCA PERANG

Perang Napoleon merupakan salah 1 periode terpenting dalam perjalanan sejarah Eropa. Karena selama perang Napoleon menciptakan banyak negara baru untuk menjadi perpanjangan tangan kekuasaannya, berakhirnya perang dengan tumbangnya rezim Napoleon lalu diikuti dengan munculnya ide untuk menentukan kembali batas-batas baru antar negara Eropa. Ide tersebut lalu berujung pada digelarnya kongres di Wina pada tahun 1814 - 1815 oleh perwakilan negara-negara Eropa.

Sebagai contoh, Konfederasi Rhine yang terbentuk di masa Perang Napoleon dibubarkan menjadi negara-negara kecil yang tergabung dalam Konfederasi Jerman. Hasil lain dari Kongres Wina adalah adanya ide mengenai perimbangan kekuatan & pembatasan militerisasi yang berlebihan. Harapannya adalah dengan tidak adanya kekuatan tunggal di Eropa, maka tidak akan ada lagi ekspansi militer tak berkesudahan seperti yang dilakukan oleh Perancis semasa Perang Napoleon.

Contoh terbaik mengenai konsep perimbangan kekuatan ini bisa dilihat pada kasus Perang Crimea. Ketika Rusia terlibat perang dengan Ottoman untuk memonopoli Semenanjung Balkan, negara-negara Eropa yang mencakup Inggris & Perancis menerjunkan pasukannya untuk membantu Ottoman.

Dalam contoh lain, ketika Belgia melepaskan diri dari Belanda & ingin bergabung dengan Perancis, Inggris menolak rencana peleburan tersebut & meminta Belgia cukup menjadi negara merdeka yang urusan hankamnya ditanggung oleh negara-negara lain (salah satunya Inggris).

Lengsernya Napoleon meninggalkan kekosongan di kursi tahta Perancis. Raja Louis XVIII yang masih memiliki hubungan darah dengan Louis XVI - suami dari Marie Antoinette - kemudian naik menjadi raja baru Perancis atas restu dari negara-negara Eropa lainnya.

Sesudah itu, Perancis memasuki periode yang penuh pergolakan domestik & sempat beberapa kali mengalami bentuk pemerintahan dari monarki menjadi republik & sebaliknya. Selama periode yang tidak stabil ini, keponakan Napoleon yang bernama Louis Napoleon / Napoleon III sempat menjadi kaisar Perancis pada tahun 1852 hingga 1870.

Di luar Eropa, Perang Napoleon berdampak langsung atas fenomena kemerdekaan massal di Benua Amerika. Sebagai contoh, Haiti berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Perancis pada tahun 1804 dengan memanfaatkan terpecahnya konsentrasi Perancis & kurang familiarnya tentara Perancis dengan iklim tropis Haiti.

Di sebelah selatan, dengan dipimpin oleh putra mahkota Portugal yang bernama Pedro, Brazil sukses memerdekakan diri dari tangan Portugal pada tahun 1824. Spanyol yang daerah koloninya membentang dari Meksiko hingga Argentina juga harus kehilangan seluruh koloninya di Amerika (kecuali Kuba & Puerto Riko) pada dekade 1820-an.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



DAFTAR SEKUTU PERANCIS (TIDAK TERMASUK NEGARA BAWAHAN PERANCIS)

- Spanyol (1803 - 1813)
- Ottoman (1806 - 1812)
- Denmark-Norwegia (1807 - 1814)
- Rusia (1807 - 1812)



DAFTAR KOALISI ANTI PERANCIS

Koalisi Ke-1 (1792 - 1797) : Inggris, Austria, Prusia, Spanyol
Koalisi Ke-2 (1799 - 1802) : Inggris, Austria, Rusia, Ottoman
Koalisi Ke-3 (1805) : Inggris, Austria, Rusia
Koalisi Ke-4 (1806 - 1807) : Inggris, Rusia, Prusia
Koalisi Ke-5 (1809) : Inggris, Austria
Koalisi Ke-6 (1812 - 1814) : Inggris, Rusia, Prusia, Austria, Swedia
Koalisi Ke-7 (1815) : Inggris, Prusia



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
- Waktu : 1803 - 1815
- Lokasi : Eropa & daerah koloninya

Pihak yang Bertempur
(Negara)  -  Perancis & sekutunya
        melawan
(Grup)  -  Inggris & sekutunya

Hasil Akhir
- Kemenangan Inggris & sekutunya
- Berakhirnya Kekaisaran Perancis pimpinan Napoleon

Korban Jiwa
Sekitar 4 juta jiwa



REFERENSI

For Dummies - The Seven Coalitions of the Napoleonic Wars
Great Big Book of Horrible Things - Humanity's 100....
History of War - Napoleonic Wars (1799-1815)
Wikipedia - Categories : Napoleonic Wars
 - . "Timeline The Revolutionary and Napoleonic Wars". (file PDF)
 - . 2008. "French revolutionary... wars". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.
 - . 2008. "Tilsit, Treaties of". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.
Godechot, J.. 2008. "Napoleon I". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

 




COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



7 komentar:

  1. Boleh request nda gan tentang perang 30 tahun Di eropa

    BalasHapus
  2. Tulisan yg bagus, sangat bermanfaat.

    BalasHapus
  3. MANTAP DJIWA 😀😀😀

    BalasHapus
  4. meninggalkan jejak. trims artikelny bagus, menambah wawsan sejarah.

    BalasHapus
  5. Diralat, bukankah Ottoman (Turki) adalah musuh Prancis (Napoleon) dalam Perang Koalisi pertama?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak. Ottoman baru bergabung dalam aliansi anti-Napoleon dalam Koalisi Kedua. Penyebabnya karena Perancis ingin menguasai wilayah Ottoman di Afrika Utara supaya bisa menguasai Terusan Suez.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.