Perang Cina-Vietnam, Bentrokan Berdarah Dua Tetangga Merah



Tank pasukan Cina. (worldlymind.org)

Cina & Vietnam jika dibandingkan ibarat gajah & semut. Sebabnya adalah jika Cina merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan luas wilayah mencapai lebih dari 9 juta kilometer persegi, maka luas wilayah Vietnam tidak sampai setengah juta kilometer persegi.

Namun jika kita membahasnya dari sisi sejarah, Vietnam merupakan semut yang senantiasa membuat sang gajah kesakitan. Karena kendati diserbu berulang kali oleh Cina selama berabad-abad, Vietnam selalu berhasil menendang keluar tetangganya tersebut.

Perang Cina-Vietnam adalah 1 dari sekian banyak konflik yang pernah melibatkan kedua negara. Sesuai namanya, perang ini membenturkan militer Cina dengan Vietnam & berlangsung pada bulan Februari hingga Maret 1979.

Walaupun perang ini berlangsung dalam kurun waktu yang relatif singkat, jumlah korban tewas akibat perang ini tidak main-main karena mencapai puluhan ribu jiwa. Perang ini sekaligus menjadi contoh keretakan yang tengah menimpa Blok Timur karena kedua negara sama-sama sedang dikuasai oleh pemerintahan komunis.



LATAR BELAKANG

Semasa berlangsungnya Perang Vietnam antara Vietnam Utara & Selatan, negara-negara komunis seperti Cina & Uni Soviet melimpahkan dukungannya kepada Vietnam Utara. Namun hubungan Cina & Uni Soviet sendiri pada waktu itu tidak benar-benar kompak karena sejak meninggalnya Joseph Stalin d tahun 1953, Mao Zedong selaku presiden Cina merasa kalau Nikita Khruschev selaku penerus Stalin bersikap terlalu lembek di hadapan Blok Barat. Puncaknya adalah ketika pada tahun 1969, Cina & Uni Soviet terlibat perang singkat di perbatasan.

Tahun 1975, Perang Vietnam berakhir dengan keberhasilan Vietnam Utara menaklukkan tetangganya di selatan untuk mendirikan negara Vietnam bersatu. Hubungan Cina & Vietnam lantas mulai memburuk karena Vietnam ternyata lebih suka mencondongkan dirinya pada Uni Soviet.

Tahun 1978, Vietnam & Uni Soviet menandatangani Traktat Persahabatan & Kooperasi. Oleh Cina, traktat tersebut dianggap sebagai aliansi militer sehingga Cina memendam kekhawatiran kalau Uni Soviet & Vietnam kelak bakal menyerbu Cina dari 2 penjuru sekaligus.

Peta Cina (hijau) & Vietnam (biru).

Di Asia Tenggara, Cina memiliki Kampuchea (Kamboja) yang sedang dikuasai oleh kelompok komunis Khmer Merah sebagai negara sekutunya. Sejak tahun 1977 sendiri, Kampuchea & Vietnam terlibat serangkaian konflik bersenjata di perbatasan. Rentetan konflik tersebut lantas memuncak menjadi invasi total pasukan Vietnam ke wilayah Kampuchea yang diikuti dengan tumbangnya rezim Khmer Merah pada bulan Januari 1979. Pasca invasi, pemerintahan baru yang tunduk kepada Vietnam kemudian didirikan di Kampuchea.

Tindakan Vietnam mendongkel paksa rezim Khmer Merah membuat Cina merasa semakin geram kepada Vietnam. Buntutnya, "Negeri Tirai Bambu" itupun melancarkan invasinya ke Vietnam sebulan kemudian. Selain karena masalah Kampuchea, alasan lain yang diajukan Cina terkait invasinya ke Vietnam adalah karena pemerintah Vietnam dituding melakukan penindasan kepada etnis minoritas Cina (Hoa) yang bermukim di wilayah Vietnam.



BERJALANNYA PERANG

Tanggal 17 Februari 1979, pasukan Cina yang berkekuatan antara 100 sampai 200 ribu personil & didukung oleh 400 tank melancarkan serangannya ke wilayah Vietnam. Serangan pasukan Cina dimulai dengan hujan tembakan artileri yang kemudian diikuti dengan gelombang serangan tank & tentara.

Hanya dalam waktu sehari, pasukan Cina sudah berhasil masuk hingga sejauh 8 km. Radio pemerintah Vietnam pada masa itu memberitakan kalau pertempuran sengit terjadi di kawasan sekitar Bat Xat, Muong Khong, Dong Dang, Hu Nghi, & Thong Nong.

Laju cepat pasukan Cina tidak berlanjut di hari-hari berikutnya akibat masalah logistik. Kurangnya kendaraan modern yang memadai memaksa Cina bergantung pada truk generasi lawas, hewan angkut, & tenaga manusia untuk membawa perbekalan ke garis depan.

Bukan hanya itu, kondisi Vietnam utara yang bergunung-gunung juga menyulitkan pasukan Cina bergerak secara serempak dalam jumlah besar. Pasukan Cina juga harus sering-sering melakukan penyisiran sebelum melaju lebih jauh supaya tidak menjadi korban jebakan, ranjau, & pasukan milisi Vietnam yang datang tiba-tiba dari lorong bawah tanah.

Peta rute invasi pasukan Cina. (K.C. Chen / digitalcommons.law.umaryland.edu)

Tanggal 22 Februari, pasukan Cina berhasil menguasai kota Lao Cai di front barat & Cao Bang di front timur. Namun di hari itu pula, tentara reguler Vietnam mulai berdatangan ke perbatasan utara negaranya.

Pasukan Vietnam juga mendapat suntikan moral setelah 11 kapal perang Soviet menampakkan diri di lepas pantai Vietnam sebagai wujud dukungannya kepada Vietnam. Selain menyiagakan armada kapalnya di dekat medan perang, Uni Soviet beserta Bulgaria juga mengirimkan pasokan logistik ke ibukota Hanoi lewat pesawat yang transit terlebih dahulu di Kalkutta, India.

Tanggal 27 Februari, pasukan Cina melakukan serangan besar-besaran ke kota Lang Son yang terletak di sebelah tenggara Cao Bang. Untuk mengisolasi pasukan Vietnam yang melindungi kota Lang Son, pasukan Cina mencoba membangun barikade di sekeliling kota tersebut.

Pasukan Vietnam sempat melakukan serangan balasan ke kota Malipo & Ningming yang terletak di wilayah Cina untuk mengalihkan perhatian pasukan lawannya. Namun dampak kerusakan dari serangan tersebut tidak terlalu besar & pasukan Cina terus melanjutkan upayanya untuk mengepung Lang Son.

Tanggal 2 Maret, seluruh area di sekeliling Lang Son sudah diduduki oleh pasukan Cina. Invasi langsung ke dalam kota Lang Son pun dilancarkan tak lama kemudian. Pertempuran berjalan alot karena selain dihujani ledakan bom & senjata api oleh pasukan milisi Vietnam di dalam kota, pasukan Cina di sekitar Lang Son juga ditembaki oleh pasukan artileri Vietnam yang menyerang dari kawasan perbukitan di sekitar Lang Son. Tanggal 4 Maret, jerih payah pasukan Cina akhirnya terbayar dengan jatuhnya Lang Son ke tangan mereka.

Pertempuran Lang Son merupakan salah satu pertempuran paling berdarah dalam Perang Cina-Vietnam. Ribuan mayat dilaporkan bergelimpangan di jalan utama yang menghubungkan ibukota Hanoi dengan Lang Son. Jumlah korban tewas di masing-masing pihak dilaporkan mencapai belasan ribu orang. Semakin dekatnya pasukan Cina ke arah ibukota Hanoi lantas mendorong pemerintah Vietnam untuk mengumumkan mobilisasi massal seluruh rakyatnya untuk ikut serta dalam perang.

Kondisi Lang Son sesudah pertempuran. (wherethewarswere-vietnamlaoscambodia.blogspot.com)

Di pihak yang berseberangan, pemerintah Cina di hari yang sama justru mengumumkan penarikan mundur pasukannya dari wilayah Vietnam. Pemerintah Cina beralasan invasi mereka dilakukan bukan untuk menggulingkan pemerintah Vietnam, tapi sekedar untuk memberikan pelajaran kepada negara tetangganya tersebut.

Untuk mendapatkan jaminan supaya tidak diserang oleh pasukan Vietnam ketika bergerak mundur, pasukan Cina menghancurkan jembatan yang terletak di sebelah selatan Lang Song. Seluruh pasukan Cina di wilayah Vietnam akhirnya selesai ditarik mundur pada tanggal 16 Maret.



KONDISI PASCA PERANG

Walaupun berlangsung kurang dari sebulan, Perang Cina-Vietnam menelan korban jiwa yang tak sedikit. Penyebab utama tingginya korban jiwa tak lepas dari pemilihan taktik kedua belah pihak yang mengharuskan prajuritnya untuk berhadapan langsung dengan pasukan lawan dari jarak yang rentan.

Bedanya adalah jika Vietnam lebih banyak menggunakan taktik serangan mendadak, maka Cina menggunakan taktik serangan gelombang manusia (human wave attack) yang notabene kurang cocok untuk kawasan utara Vietnam yang didominasi oleh celah sempit & perbukitan

Jumlah akurat korban jiwa perang ini sendiri tidak diketahui secara pasti karena kedua belah pihak memiliki laporan versinya masing-masing. Namun kedua belah pihak sepakat kalau Perang Cina-Vietnam memang menelan korban tewas dalam jumlah besar.

Radio pemerintah Vietnam mengklaim kalau pasukan Vietnam berhasil menewaskan & melukai 42.000 tentara Cina. Klaim tersebut 2 kali lipat lebih banyak dibandingkan klaim versi Wu Xiuquan - Deputi Kepala Staf Angkatan Darat Cina - yang menyatakan kalau pihaknya "hanya" kehilangan 20.000 prajurit. Wu juga mengklaim kalau pasukan Cina berhasil menewaskan & melukai 50.000 tentara Vietnam.

Prajurit Vietnam (kiri) saat mengawasi tahanan perang Cina. (wherethewarswere-vietnamlaoscambodia.blogspot.com)

Kedua belah pihak juga memiliki klaim yang saling bertolak belakang terkait hasil akhir perang. Pemerintah Cina mengklaim kalau mereka adalah pemenang perang ini karena sudah berhasil mencapai tujuannya untuk memberikan hukuman kepada pihak Vietnam.

Cina juga merasa senang karena perang ini berhasil menunjukkan ketidakmampuan Uni Soviet membela sekutunya sendiri. Pemerintah Vietnam di lain pihak mengklaim dirinya sebagai pemenang karena mereka berhasil mencegah pasukan Cina mencapai ibukota Hanoi & menggulingkan pemerintahan yang sedang berkuasa.

Mundurnya pasukan Cina dari Vietnam tidak lantas menurunkan ketegangan di antara kedua negara. Seusai perang, Cina menempatkan 400.000 tentaranya di sepanjang perbatasan dengan Vietnam. Sementara Vietnam menyiagakan 600.000 tentara di sisi sebaliknya.

Banyaknya tentara masing-masing negara yang bersiaga di perbatasan lantas berdampak pada seringnya terjadi aksi baku tembak kecil-kecilan di antara keduanya. Hubungan Cina & Vietnam secara berangsur-angsur baru membaik setelah Vietnam menarik mundur pasukannya dari Kamboja pada tahun 1989.

Perang Cina-Vietnam merupakan salah satu penyebab mengapa rakyat Vietnam memendam rasa curiga berlebihan kepada pemerintah Cina hingga sekarang. Hal tersebut semakin diperparah oleh masalah sengketa atas Kepulauan Spratly & Paracel yang masih hangat di mana baik Cina maupun sama Vietnam (beserta sejumlah negara Asia Tenggara lainnya) sama-sama mengklaim dirinya sebagai pemilik gugus kepulauan di Laut Cina Selatan tersebut. Semoga saja pemerintah di masing-masing negara bisa bisa menjadikan perang ini sebagai pelajaran kalau masalah perbedaan pandangan tidak perlu sampai diselesaikan dengan metode perang.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
-  Waktu : Februari - Maret 1979
-  Lokasi : Vietnam

Pihak yang Bertempur
(Negara)  -  Vietnam
     melawan
(Negara)  -  Cina

Hasil Akhir
Perang berakhir tanpa pemenang yang jelas

Korban Jiwa
-  Vietnam : 50.000 jiwa
-  Cina : 20 - 42.000 jiwa
-  Warga sipil : 100.000 jiwa



REFERENSI

Chen, K. C.. 1983. "China's War Against Vietnam, 1979."
(digitalcommons.law.umaryland.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1057&context=mscas)

GlobalSecurity.org. "Chinese Invasion of Vietnam".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/prc-vietnam.htm)

Schapiro, L. B.. 2008. "Communism". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Tsouras, P.. "War of the Dragons: The Sino-Vietnamese War, 1979".
(www.historynet.com/war-of-the-dragons-the-sino-vietnamese-war-1979.htm)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



7 komentar:

  1. China setengah hati diperang ini ya?
    Dan ga murni konflik ideologi. Salah satu ajang kehebatan deng xiaoping wipe basis pendukung gang of four.

    BalasHapus
  2. China memang saat itu dan sampai sekarang tidak pernah menginginkan untuk merebut Vietnam. Kalau untuk perang Amerika vs Vietnam memang banyak pasukan Amerika yang tewas namun bukan berarti Amerika kalah. Mundur tidak bisa disama artikan dengan kalah. Ingat, saat itu Amerika sudah punya bom atom. Kalau Amerika benar-benar mau mematikan Vietnam, selesai sudah seperti nasib Jepang. Googling aja penyebab mundurnya Amerika dari Vietnam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amerika Serikat tak mampu mempertahankan rezim Vietnam Selatan dari invasi komunis. Memang betul, mundurnya Amerika bukan berarti negeri Paman Sam itu kalah. Namun banyaknya korban jiwa serta desakan dari publik Amerika memaksa Amerika untuk mengakhiri petualangan militernya dalam Perang Vietnam. Begitu pula Uni Soviet, memang secara militer negeri Beruang Merah lebih unggul daripada Mujahidin Afghanistan. Namun, jaatuhnya banyak korban dan biaya perang yang tak sedikit memaksa pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev memerintahkan pasukan Soviet ditarik mundur dari Afghanistan. Begitu pula, Indonesia. Dalam perang di Timor-Timur, militer Indonesia lebih unggul daripada gerilyawan Fretilin. Namun, opini internasional mengenai keberadaan Indonesia di Timor-Timur membuat citra negeri kita terpuruk. Ditambah Amerika Serikat menjatuhkan embargo senjata kepada militer Indonesia. Hal tersebut, membuat Presiden RI, BJ Habibie menyetujui referendum di Timor-Timur dan akhirnya membuat negeri tersebut merdeka dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

      Hapus
  3. makasih gan! nambah pengetahuan ane,,

    BalasHapus
  4. 'menyekolahkan' jenderal2 pembangkang

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.