Emu, Burung Raksasa yang Gemar Mengembara



Burung emu. (3djuegos.com)

Alam liar Australia terkenal dengan faunanya yang eksotik & tidak bisa dijumpai di tempat lain. Lokasi geografis Australia yang terisolasi dari benua lainnya menjadi penyebab mengapa benua terkecil di dunia ini memiliki keberagaman hayati yang lain daripada yang lain. Dan jika diminta menyebutkan hewan-hewan khas Australia, maka biasanya nama-nama yang bakal disebut oleh orang tidak akan jauh-jauh dari hewan berkantong seperti koala atau kanguru merah. Namun selain hewan-hewan tadi, Australia juga memiliki unggas khasnya tersendiri.

Unggas khas Australia yang dimaksud di sini adalah emu (Dromaius novaehollandiae), sejenis burung raksasa yang penampilannya sedikit banyak mengingatkan kita akan burung unta. Pasalnya seperti halnya burung unta, emu memiliki tubuh berukuran raksasa & leher yang panjang.

Sebagai akibat dari ukurannya tersebut, burung ini pun tidak bisa terbang. Namun emu mengkompensasi keterbatasan tersebut dengan kemampuannya berlari cepat. Saat berlari, emu bisa menempuh jarak sejauh 2,7 m sekali melangkah!

Emu memiliki pola hidup nomaden alias berpindah-pindah. Mereka pada dasarnya bisa hidup di mana saja selama tempat tersebut memiliki sumber air & makanan yang melimpah. Itulah sebabnya emu dapat ditemukan di hampir segala macam habitat di Australia.

Emu sendiri adalah hewan omnivora dengan pilihan makanan yang amat bervariasi. Makanan mereka terdiri dari serangga, veterbrata kecil, tinja hewan lain, biji-bijian, buah, hingga kulit kayu. Jika makanan sedang sulit didapat, emu bisa hidup tanpa makan selama berminggu-minggu dengan memanfaatkan cadangan lemaknya.

Emu adalah hewan soliter alias penyendiri. Namun dalam banyak kasus, hewan ini juga menampakkan perilaku sosial. Misalnya saat berbagi sarang atau saat bermigrasi ke tempat lain yang kaya akan makanan.

Untuk berkomunikasi, emu bisa mengeluarkan suara keras yang bisa terdengar hingga 2 km jauhnya. Suara tersebut oleh manusia terdengar seperti kata "e-muu" sehingga dari sanalah burung tersebut mendapatkan namanya. Suara itu sendiri dihasilkan dari kantong di lehernya yang dapat digembungkan.

Musim kawin emu berlangsung pada bulan Desember hingga Januari. Burung ini adalah burung poliandri yang berarti seekor betina bisa melakukan perkawinan dengan banyak pejantan sekaligus. Untuk menarik minat betina, pejantan akan melakukan semacam tarian kawin di hadapannya.

Telur emu.

Jika betina tertarik, ia akan tetap tinggal dengan pejantan selama beberapa bulan berikutnya & melakukan perkawinan dengannya. Betina kemudian akan menaruh telur-telurnya di sarang berupa timbunan rumput kering yang sudah disiapkan oleh pejantan. Jumlah telur yang dikeluarkan oleh betina berkisar antara 5 hingga 15 butir.

Tidak seperti telur unggas pada umumnya, telur emu berwarna gelap & berbentuk lonjong. Namun keunikan mengenai telur emu masih belum berhenti sampai di sana. Begitu telur-telur tersebut sudah ditempatkan di dalam sarang, yang bertanggung jawab untuk urusan mengerami telur justru adalah pejantan. Sementara betina akan pergi untuk melakukan perkawinan dengan pejantan lain.

Telur-telur tersebut nantinya akan menetas setelah dierami oleh pejantan selama 50 hari. Selama mengeram, pejantan bisa tidak makan & minum sama sekali. Bayi emu sudah bisa berjalan hanya dalam kurun waktu beberapa menit sesudah menetas. Mereka kemudian akan tetap tinggal bersama ayahnya hingga usia 7 bulan.

Selama periode tersebut, sang emu jantan akan melindungi anak-anaknya dengan gigih sambil mengajari mereka cara mencari makan & melindungi diri. Namun baru pada usia 1,5 tahun, emu baru benar-benar hidup mandiri & memisahkan diri dari kawanannya. Seekor emu bisa tumbuh hingga setinggi hampir 2 m & seberat 60 kg. Di dalam tangkapan, seekor emu bisa hidup hingga usia 20 tahun.


Emu jantan & anaknya. (Berlin Zoo / zooborns.com)


PERKASA DI DARAT, LEMAH DI KETINGGIAN

Berkat ukurannya yang besar & larinya yang cepat, emu tidak memiliki banyak musuh di alam liar. Hewan-hewan yang diketahui menjadi musuh emu antara lain adalah anjing dingo & burung elang ekor baji (Aquila audax).

Dingo jarang menyerang burung emu dewasa karena emu bisa menendang dingo hingga tewas. Sebagai gantinya, dingo lebih suka mengincar telur-telur emu dengan cara melakukannya secara berkelompok. Sebagian dari dingo akan memancing emu supaya meninggalkan sarangnya. Saat sang emu lengah inilah, dingo yang lain kemudian akan mencaplok telur-telurnya.

Jika dingo berburu di atas tanah, maka burung elang ekor baji melakukannya dari udara. Kendati emu berukuran besar, burung ini ternyata tetap sanggup ditaklukkan oleh elang ekor baji. Untuk melakukannya, sang elang akan terbang menukik tajam ke arah emu sebelum kemudian menerjang bagian leher emu supaya korbannya mengalami patah leher & lumpuh di tempat. Karena emu tidak bisa melawan saat diserang oleh elang, emu akan menyelamatkan diri dengan cara berlari secara tidak beraturan & berlindung di bawah objek yang teduh.

Bagi manusia sendiri, emu dianggap sebagai hewan yang membawa manfaat sekaligus petaka. Sebelum datangnya bangsa Eropa, penduduk Aborigin Australia sudah lama memburu emu untuk mengkonsumsi dagingnya.

Saat bangsa Eropa tiba di Australia, mereka turut memburu emu karena minyak lemak yang dimilikinya bisa dimanfaatkan untuk keperluan pengobatan. Akibat terlalu banyak diburu, emu pun tidak bisa lagi dijumpai di Pulau Tasmania sejak tahun 1865. Namun di Australia daratan sendiri, populasi emu masih tetap melimpah hingga sekarang.

Saat imigran Eropa berduyun-duyun menetap di Australia, banyak dari mereka yang membuka ladang. Keberadaan ladang-ladang ini lantas menjadi magnet bagi para emu untuk mencari makan. Saat para petani kewalahan meladeni serbuan emu yang kerap merusak pagar pembatas & mengacak-acak tanaman mereka, militer Australia pun sempat dikerahkan pada akhir tahun 1932 untuk membantu mengurangi populasi emu.

Emu seperti yang nampak dalam lambang negara Australia. (Liftarn / wikipedia.org)

Fenomena pengerahan militer untuk membasmi emu dikenal dengan sebutan "Perang Emu". Namun meskipun militer sudah ikut diterjunkan, ternyata mereka tetap gagal mengurangi populasi emu sesuai harapan akibat kelihaian burung tersebut dalam berkamuflase serta berlari cepat. Untuk mengatasinya, ladang-ladang di seantero Australia lantas dipasangi dengan pagar tinggi supaya emu tidak bisa masuk.

Seiring berjalannya waktu, hubungan antara warga setempat dengan emu secara berangsur-angsur membaik. Bahkan burung ini turut disisipkan dalam lambang negara Australia. Pada dekade 1990-an, peternakan emu sempat menjamur di Australia karena daging, minyak, bulu, & telurnya semua memiliki nilai ekonomi tinggi.

Namun tingginya biaya pemeliharaan emu & munculnya wabah flu burung di Asia menyebabkan industri ini tidak lagi diminati. Sebagai akibatnya, jika pada tahun 1996 ada sekitar 500 peternakan emu di Australia, pada bulan Maret 2018 jumlahnya menyusut hingga tinggal 12 peternakan.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Struthioniformes
Famili : Dromaiidae
Genus : Dromaius
Spesies : Dromaius novaehollandiae



REFERENSI

ARKive. "Emu (Dromaius novaehollandiae)".
(www.arkive.org/emu/dromaius-novaehollandiae/)

Lee, T.. 2018. "Emu farming is making a comeback amid renewed interest in health properties of their oil".
(www.abc.net.au/news/2018-03-24/emu-farming-takes-off-in-australia/9564246)

San Diego Zoo. "Emu".
(animals.sandiegozoo.org/animals/emu)

Shorter, G.. 2012. "Dromaius novaehollandiae".
(animaldiversity.org/accounts/Dromaius_novaehollandiae/)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.