Perang Italia-Turki, Ketika Libya Jadi Arena Sengketa



Pasukan Italia (bawah) saat membendung serangan pasukan Ottoman. (heitalianwarsofindependence.blogspot.com)

Italia & Libya adalah 2 negara yang menempati benua berbeda. Jika Italia berada di Benua Eropa, maka Libya terletak di Benua Afrika. Meski berada di benua yang berbeda, kedua negara tersebut bisa dibilang saling bertetangga karena lokasinya yang berseberangan langsung & hanya dipisahkan oleh Laut Mediterania. Karena faktor kedekatan geografis itulah, Italia di masa lampau sempat berambisi menjadikan Libya sebagai bagian dari wilayahnya. Akibat dari ambisi tersebut, meletuslah Perang Italia-Turki.

Perang Italia-Turki / Perang Italia-Ottoman adalah nama dari perang yang - sesuai namanya - membenturkan Kerajaan Italia dengan Kesultanan Ottoman (Turki). Perang yang berlangsung pada tahun 1911 hingga 1912 ini terjadi karena Italia ingin merebut wilayah Libya yang saat itu berstatus sebagai wilayah Ottoman.

Seusai perang, Italia berhasil menjadi pemilik baru Libya hingga puluhan tahun berikutnya. Perang ini juga terkenal karena di perang inilah, untuk pertama kalinya pesawat digunakan untuk melakukan serangan udara & diterbangkan pada malam hari.



LATAR BELAKANG

Sejak abad ke-15, negara-negara Eropa beramai-ramai mencari wilayah jajahan sebanyak mungkin di benua lain. Italia termasuk negara yang amat terlambat mengikuti tren ini karena negara tersebut baru terbentuk pada tahun 1861 pasca penyatuan yang dilakukan oleh Kerajaan Sardinia.

Namun tidak ada kata terlambat bagi Italia untuk memulai upaya kolonisasi. Benua Afrika dilirik sebagai sasaran untuk melakukan perluasan wilayah mengingat lokasinya yang tidak jauh dari Italia jika dibandingkan dengan benua lain.

Libya yang lokasinya berseberangan langsung dengan Italia menjadi sasaran utama Italia untuk ditaklukkan. Ambisi untuk menguasai Libya juga berbau romantisme sejarah karena wilayah Romawi Kuno di masa lampau memang pernah mencakup pantai utara Afrika.

Libya sendiri pada waktu itu masih berstatus sebagai daerah bawahan Kesultanan Ottoman Turki dengan nama "Vilayet Tripolitania". Italia merasa percaya diri dapat menguasai Tripolitania karena Ottoman baru saja mengalami kekalahan dalam perang melawan Rusia di tahun 1878.

Peta Italia, Ottoman, & Tripolitania menjelang perang.

Sebagai langkah awal untuk mewujudkan ambisinya, pada tahun 1902 Italia melakukan pembicaraan dengan negara-negara adidaya Eropa seperti Perancis & Inggris yang saat itu tengah menguasai wilayah Maroko & Mesir. Italia berjanji tidak akan mengusik kepentingan kedua negara tadi di masing-masing wilayah kekuasaannya. Sebagai gantinya, kedua negara tadi diminta untuk tidak menghalangi upaya Italia untuk menguasai Tripolitania.

Tanggal 1 Juli 1911, Jerman mengirimkan kapal perang Panther ke Agadir, Maroko. Kendati pengiriman kapal perang tersebut dilakukan oleh pihak Jerman karena masalah konflik perebutan pengaruh dengan Perancis, tindakan Jerman tersebut tetap membuat Italia merasa tersengat. Pasalnya Italia merasa curiga kalau cepat atau lambat, wilayah Tripolitania bakal diincar oleh Jerman juga. Terlebih lagi karena pada periode yang bersamaan, kongsi perusahaan Jerman tengah terlibat pembicaraan dengan pihak Ottoman untuk berinvestasi di Tripolitania.

Italia khawatir kalau momen tersebut bakal dijadikan batu loncatan oleh Jerman untuk menguasai Tripolitania seutuhnya. Pemerintah Italia pun lantas berkesimpulan kalau mereka harus bertindak secepat mungkin supaya rencananya menguasai Tripolitania tidak berantakan.

Maka, pada bulan yang sama pemerintah Italia melayangkan protes & tuduhan kepada pemerintah Ottoman kalau warga negaranya yang tinggal di Tripolitania diperlakukan secara tidak layak. Sebagai solusi atas masalah tersebut, Italia lantas meminta supaya Ottoman menyerahkan wilayah Tripolitania. Tawaran tersebut jelas ditolak mentah-mentah oleh pihak Ottoman.

Bulan berganti, hubungan antara kedua negara semakin berlarut-larut. Pada tanggal 25 September, menyusul beredarnya kabar kalau Ottoman mengirimkan persenjataan ke Tripolitania, Italia menuding kalau Ottoman menunjukkan sikap yang tidak bersahabat di tengah menegangnya hubungan kedua negara.

Italia lantas memanfaatkan momen ini sebagai dasar untuk menyatakan perang kepada Ottoman. Buntutnya, pada tanggal 28 September Italia mengumumkan kalau pihaknya akan mengirimkan militer ke Tripolitania. Pernyataan tersebut sekaligus menjadi pertanda dimulainya Perang Italia-Ottoman.



BERJALANNYA PERANG

Momok dari Utara


Pada tanggal yang sama dengan keluarnya pernyataan ultimatum Italia tadi, armada laut Italia melakukan blokade di pantai utara Tripolitania. Italia mengira kalau invasi ini bakal berjalan mudah karena mayoritas penduduk Tripolitania berasal dari etnis Arab & Berber yang tidak suka berada di bawah kekuasaan orang Turki. Alasan lainnya adalah karena Ottoman hanya menempatkan kurang dari 10.000 tentaranya di Tripolitania, sementara Italia mengerahkan lebih dari 44.000 tentaranya untuk keperluan invasi ini.

Tanggal 2 Oktober, Italia meminta supaya Ottoman segera menyerah sambil menembakkan meriam kapalnya ke kota Tripoli. Karena kapal-kapal Italia memiliki jarak tembak yang lebih jauh ketimbang meriam darat Ottoman, pasukan Ottoman terpaksa mundur ke kawasan pedalaman & membiarkan pasukan Italia menguasai kawasan pantai.

Bersama mereka, sebagian warga sipil Tripoli juga beramai-ramai mengungsi meninggalkan kotanya. Sebagai akibatnya, ketika pasukan Italia mendarat di Tripoli pada tanggal 4 Oktober, mereka tidak menjumpai perlawanan sama sekali.

Mobil lapis baja Italia. (jamescalbraith.wordpress.com)

Tidak semua penduduk Tripoli memilih untuk meninggalkan kota. Sejumlah bangsawan Arab yang bersikap oportunis memilih untuk tetap tinggal di kota & menyatakan kesetiaannya kepada Italia. Satu dari sekian banyak bangsawan Arab yang memilih untuk bersekutu dengan Italia adalah Hassuna Pasha. Setelah Tripoli berhasil dikuasai, pasukan Italia kemudian melanjutkan penaklukannya ke kota-kota lain yang juga terletak di pantai seperti Derna, Homs, Tobruk, & Benghazi.

Memasuki tanggal 20 Oktober, kota-kota penting di pesisir Tripolitania sudah berhasil dikuasai oleh Italia tanpa kesulitan berarti (kecuali di Benghazi, di mana pasukan Italia sempat terlibat pertempuran selama 2 hari). Namun Italia tidak tahu kalau Ottoman mundur bukan karena mereka sudah melempar handuk. Mereka mundur keluar kota supaya bisa mengumpulkan cukup kekuatan sambil menunggu datangnya bala bantuan dari Turki untuk melancarkan serangan balik.

Pasukan Ottoman di Tripolitania tidak sendirian karena mereka turut menerima bantuan dari milisi-milisi Arab yang tidak mau berada di bawah kendali Italia. Tanggal 23 Oktober, pasukan gabungan keduanya melakukan serangan mendadak ke Tripoli. Namun serangan tersebut berhasil dibendung & pasukan Ottoman terpaksa mundur pada tanggal 26 Oktober.

Di dalam Tripoli sendiri, begitu kabar serangan pasukan Ottoman sampai ke telinga warga Tripoli, situasi Tripoli yang awalnya kalem mendadak kacau balau. Warga Tripoli yang masih tinggal di kotanya beramai-ramai menyerang tentara Italia dengan pisau & tongkat.

Namun karena pasukan Italia lebih unggul dalam hal persenjataan, pemberontakan tersebut berhasil diredam dengan cepat. Perintah tembak di tempat kepada warga lokal yang membawa benda berbahaya lantas dikeluarkan. Selama 4 hari berikutnya, pasukan Italia juga melakukan penggeledehan dari rumah ke rumah.

Selain meredam gejolak yang timbul di dalam Tripoli, pasukan Italia juga melakukan operasi militer ke oasis - mata air di tengah gurun - yang terletak tidak jauh dari Tripoli & digunakan oleh pasukan pro-Ottoman untuk berkemah. Hasilnya, mereka berhasil menangkap ribuan milisi Arab. Sebanyak 2.500 di antaranya lantas diasingkan ke Pulau Tremiti & Ustica di Italia.

Kendati Tripoli berhasil dipertahankan, pasukan Italia harus kehilangan lebih dari 370 personil dalam prosesnya. Peristiwa ini sekaligus mematahkan anggapan kalau Ottoman tidak mendapat dukungan dari warga lokal.


Merambat ke Perairan Eropa

Perang antara Ottoman & Italia bukan hanya berlangsung di tanah Libya. Pada tanggal 29 - 30 Oktober, armada laut Italia yang dipimpin oleh Duke Abruzze berhasil menenggelamkan 2 kapal torpedo Ottoman di Laut Adriatik, sebelah timur Italia.

Namun pertempuran di lokasi tersebut tidak berlanjut lebih jauh setelah perwakilan Austria-Hongaria yang wilayahnya berada tidak jauh dari lokasi pertempuran memprotes tindakan Italia. Italia terpaksa menurut karena Austria-Hongaria merupakan negara sekutu Jerman, salah satu negara dengan militer terkuat di Eropa pada masa itu.

Tanggal 1 November, pilot Italia yang bernama Giulio Gavotti diutus oleh komandannya untuk melakukan serangan udara ke perkemahan pasukan Ottoman di oasis Ain Zara, sebelah timur Tripoli. Sesampainya di lokasi, Gavotti berhasil menjatuhkan 4 buah bom seberat 1,5 kg. Kendati Gavotti sempat melihat kepulan asap dari lokasi jatuhnya bom, ia tidak yakin apakah ada prajurit musuh yang tewas akibat serangannya.

Pesawat Gavotti saat menyerang pasukan Ottoman. (jamescalbraith.wordpress.com)

Meskipun begitu, peristiwa ini tetap dikenang sebagai peristiwa yang amat penting dalam sejarah kedirgantaraan. Pasalnya hanya berselang 8 tahun setelah Wright Bersaudara melakukan penerbangan perdana di tahun 1903, untuk pertama kalinya pesawat digunakan untuk menjatuhkan bom di medan perang. Setahun kemudian atau tepatnya pada tanggal 4 Maret 1912, Gavotti kembali mencatatkan namanya di buku sejarah saat ia menjadi pilot pertama yang melakukan misi penerbangan pada malam hari.

Tanggal 5 November 1911, pemerintah Italia secara resmi menyatakan Vilayet Tripolitania sebagai wilayah barunya & mengganti namanya menjadi "Libia Italiana" (Libya Italia). Meskipun begitu, perang masih jauh dari kata berakhir karena pasukan Ottoman & milisi-milisi Tripolitania yang menguasai kawasan pelosok gurun kini beralih ke taktik gerilya.

Terus berlarut-larutnya perang lantas mulai membawa dampak negatif bagi Italia sendiri. Jumlah tentara yang dikerahkan oleh Italia untuk perang ini sudah membengkak hingga 100.000 personil. Pemerintah Italia juga ditaksir harus mengeluarkan dana sebesar 1,5 juta lira per harinya untuk membiayai perang.

Frustrasi di Tripolitania, pasukan Italia lantas mengalihkan fokusnya ke luar Afrika. Pada tanggal 27 Februari 1912, pasukan Italia menenggelamkan 2 kapal Ottoman di pelabuhan Beirut (sekarang termasuk dalam wilayah Lebanon, Asia Barat).

Tanggal 18 April, kapal-kapal perang Italia menghancurkan meriam pantai Ottoman di Selat Dardenelles yang memisahkan Benua Asia & Eropa. Memasuki bulan Mei, giliran Kepulauan Dodecanese di Laut Aegea (sekarang terletak di antara Yunani & Turki) yang menjadi sasaran pendudukan oleh pasukan Italia.

Melebarnya Perang Italia-Ottoman keluar Tripolitania tidak lantas membuat intensitas konflik di Tripolitania mengendur. Pada akhir bulan September, pasukan Italia & Ottoman terlibat pertempuran sengit di Zanzur, sebelah barat Tripoli. Akibat pertempuran tersebut, kubu Ottoman harus kehilangan lebih dari 1.000 prajuritnya.

Sudah jatuh tertimpa tangga, pada bulan Oktober negara-negara Balkan secara tiba-tiba menyatakan perang kepada Ottoman, sekaligus memantik pecahnya Perang Balkan Pertama. Merasa kewalahan kalau harus berperang di banyak front sekaligus, pihak Ottoman memutuskan untuk melunak & melakukan perundingan damai dengan Italia.



BERAKHIRNYA PERANG & KELANJUTANNYA

Tanggal 18 Oktober 1912, perwakilan Italia & Ottoman menandatangani kesepakatan damai di Lausanne, Swiss. Berdasarkan perjanjian damai ini, Ottoman setuju untuk membiarkan Italia menguasai Tripolitania, namun Ottoman tetap diperbolehkan menempatkan wakilnya untuk mengurusi hal-hal di bidang keagamaan. Sementara Kepulauan Dodecanese tetap berada di bawah kendali Italia sebelum kemudian diserahkan ke tangan Yunani pada tahun 1947.

Dengan dicapainya perjanjian damai ini, Perang Italia-Turki pun resmi berakhir dengan keberhasilan Italia menguasai Tripolitania & hilangnya wilayah terakhir Ottoman di Afrika. Namun keberhasilan Italia dalam menguasai Libya bukanlah tanpa pengorbanan. Pasalnya selama perang, pemerintah Italia harus mengeluarkan dana hingga 458 juta lira (sekitar 270 trilyun rupiah) & kehilangan sekitar 6.000 orang prajuritnya.

Di pihak Ottoman, jumlah korban tewas ditaksir mencapai 14.000 personil. Lepas dari korban jiwa & kerugian materi tersebut, perang ini juga membawa dampak positif bagi Italia. Selain berhasil menggapai tujuan awalnya untuk mendapatkan wilayah seberang lautan yang baru, perang ini juga membantu membangkitkan sentimen nasionalisme rakyat Italia.

Kota Tripoli di tahun 1930.

Keberhasilan menguasai Libya tidak serta merta membuat Italia bisa langsung berleha-leha. Pasalnya kendati tidak lagi dibantu oleh Ottoman, milisi-milisi Muslim setempat memilih untuk terus melanjutkan perlawanan. Italia lantas menanggapinya dengan melakukan operasi militer besar-besaran. Baru pada tahun 1931, pemberontakan oleh milisi-milisi setempat berhasil diredam setelah pasukan Italia menangkap & mengeksekusi Omar al-Mukhtar selaku pemimpin gerakan perlawanan Libya.

Di pihak Ottoman sendiri, kekalahan dalam perang melawan Italia hanyalah puncak gunung es dari rangkaian kekalahan yang kelak bakal menimpa Ottoman. Sesudah perang ini, Ottoman kembali mengalami kekalahan dalam Perang Balkan Pertama & harus kehilangan hampir seluruh wilayahnya di Benua Eropa.

Ketika Perang Dunia I meletus pada tahun 1914 - 1918, Ottoman lagi-lagi menjadi pecundang & harus membiarkan negara-negara Sekutu menduduki wilayahnya. Pasukan Sekutu pada akhirnya memang berhasil diusir oleh kelompok nasionalis Turki. Namun alih-alih mencoba membangkitkan kembali Ottoman, mereka memilih untuk membubarkan kesultanan pada tahun 1922 & menggantinya dengan sistem republik.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
-  Waktu : 1911 - 1912
-  Lokasi : (mayoritasnya di) Libya

Pihak yang Bertempur
(Negara)  -  Italia
     melawan
(Negara)  -  Ottoman
(Grup)  -  milisi Arab

Hasil Akhir
-  Kemenangan pihak Italia
-  Libya & Kepulauan Dodecanese menjadi milik Italia
-  Konflik susulan berlanjut di Libya hingga tahun 1930-an

Korban Jiwa
-  Italia : + 6.000 jiwa
-  Ottoman : + 14.000 jiwa



REFERENSI

 - . 2008. "Dodecanese". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Brown, L.C.. 2008. "Libya". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

GlobalSecurity.org. "Italo-Turkish War - 1911-12 - Background".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/italo-turkish.htm)

GlobalSecurity.org. "Italo-Turkish War - 1911 - Patch to War".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/italo-turkish-1.htm)

GlobalSecurity.org. "Italo-Turkish War - 1911 - Early Months".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/italo-turkish-2.htm)

GlobalSecurity.org. "Italo-Turkish War - Other States".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/italo-turkish-3.htm)

GlobalSecurity.org. "Italo-Turkish War - Combat in 1912".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/italo-turkish-4.htm)

GlobalSecurity.org. "Italo-Turkish War - 1912 - Peace".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/italo-turkish-5.htm)

History Guy. "Italian-Turkish War (1911-1912)".
(historyguy.com/italo_turkish_war.htm)

Johnston, A.. 2011. "Libya 1911: How an Italian pilot began the air war era".
(www.bbc.com/news/world-europe-13294524)

Simon, R.. 2016. "Italo-Turkish War 1911-1912".
(encyclopedia.1914-1918-online.net/article/italo-turkish_war_1911-1912)

The Mercury. 1912. "Turco Italian War - The Battle of Zanzur - Over 1,003 Turks and Arabs Killed".
(trove.nla.gov.au/newspaper/article/10250769)

Yapp, M.E.. 2008. "Turkey". Encyclopaedia Britannica, Chicago.
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



1 komentar:

  1. Perang Libya antara Ottoman dan Italia secara tidak langsung menamatkan kedigdayaan Ottoman. Sebelumnya, kekalahan Ottoman di Wina (Austria), Lepanto (Yunani), Crimea (Rusia) dan sebagainya secara perlahan-lahan melemahkan Ottoman hingga akhirnya mengalami keruntuhan di tahun 1924.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.