Tank milik pasukan RDK di samping rombongan pengungsi. (Sumber) |
Sambungan dari Perang Kongo (bagian 1).
PERIODE DAMAI SEMENTARA (1997-1998)
Tidak lama setelah tumbangnya rezim Mobutu, Laurent-Desire Kabila - pemimpin kelompok AFDL, kelompok pemberontak utama yang menggulingkan rezim Mobutu - naik menjadi presiden Zaire. Berbagai perubahan pun ia lakukan, salah satunya adalah mengganti nama Zaire menjadi Republik Demokratik Kongo (RDK). Di lain pihak, Rwanda & Uganda yang membantu pasukan AFDL menumbangkan rezim Mobutu tetap menempatkan pasukannya di wilayah RDK.
Seiring berjalannya waktu, relasi antara Kabila dengan Rwanda & Uganda mulai meregang setelah Kabila melihat bahwa Rwanda & Uganda mengeksploitasi mineral yang ada di wilayah timur RDK untuk kepentingan mereka sendiri. Dari kubu RDK sendiri, rakyat RDK melihat Kabila tidak lebih sebagai boneka asing karena ia menjadi pemimpin RDK berkat bantuan negara-negara asing dalam menumbangkan Mobutu. Maka Kabila pun melakukan sejumlah langkah berani seperti mengganti sejumlah staf kepercayaannya yang berasal dari Rwanda dengan staf dari etnis Kongo & menyuruh staf-staf dari Rwanda tersebut untuk kembali ke negara asal mereka.
![]() |
Laurent-Desire Kabila. (Sumber) |
NB:
Negara Republik Demokratik Kongo secara singkat memang bisa dipanggil dengan sebutan Kongo, namun dalam artikel ini saya akan memakai nama Republik Demokratik Kongo (RDK) karena di kawasan Afrika tengah, ada 2 negara yang memakai nama Kongo : Republik Kongo yang beribukota di Brazzavile & Republik Demokratik Kongo (RDK) yang beribukota di Kinshasa.
PERANG KONGO II (1998-2003)
Timbulnya Pemberontakan
![]() |
Peta dari Republik Demokratik Kongo. (Sumber) |
Alur perang yang terjadi kembali meniru alur Perang Kongo Pertama. Pasukan gabungan anti-pemerintah RDK bergerak perlahan tapi pasti ke arah Kinshasa, sementara pasukan RDK berusaha menghentikan pergerakan mereka dengan susah payah. Namun bedanya, jika di Perang Kongo Pertama penduduk lokal membantu pasukan anti-pemerintah, kali ini mereka bahu membahu untuk menahan laju pasukan anti-pemerintah. Dalam periode yang kurang lebih bersamaan, Uganda juga membentuk kelompok milisi baru bernama Mouvement pour la Liberation du Congo (MLC; Gerakan Pembebasan Kongo).
Dimulainya "Perang Dunia Versi Afrika"
Datangnya pasukan multinasional Afrika ke RDK pun memulai babak baru dimulainya "perang dunia versi Afrika". Pasukan gabungan RDK, Angola, Chad, Namibia, & Zimbabwe bertempur melawan pasukan gabungan Rwanda, Uganda, & Burundi. Alur perang pun mulai berubah di mana pasukan anti-Kabila yang semula bisa bergerak perlahan tapi pasti ke arah Kinshasa dipaksa untuk mundur kembali ke wilayah timur RDK. Meskipun berhasil mencegah pasukan anti-Kabila menguasai Kinshasa, pasukan gabungan pro-Kabila sendiri gagal mengenyahkan pasukan anti-Kabila yang menguasai wilayah timur RDK.
![]() |
Pasukan Zimbabwe yang baru tiba di Kinshasa, ibukota RDK. (Sumber) |
Angola sendiri sejak Perang Kongo I memiliki kepentingan untuk memberangus milisi anti-pemerintah UNITA yang sejak permulaan perang sipil memakai wilayah RDK sebagai markasnya. Saat Mobutu masih menjadi pemimpin RDK alias Zaire, Mobutu memang sengaja memberi izin bagi UNITA untuk memakai wilayah negaranya sebagai markas karena Mobutu tidak menyukai rezim komunis yang berkuasa di Angola. Pasca tumbangnya rezim Mobutu, Angola tidak yakin dengan kapasitas pemerintah baru RDK untuk menghentikan aktivitas UNITA sehingga Angola kembali mengirim pasukan ke RDK untuk membantu pemerintah setempat. Selama Perang Kongo Kedua, pasukan Angola yang memiliki pengalaman tempur puluhan tahun sebagai akibat dari perang sipil di negaranya terbukti menjadi pasukan sekutu RDK yang paling tangguh & paling dominan dalam menentukan alur peperangan.
Buntunya Alur Peperangan
![]() |
Selama perang, kedua belah pihak memakai anak-anak sebagai anggota milisi. (Sumber) |
Bulan Agustus 1999, terjadi konflik di Kisangani antara pasukan Rwanda dengan pasukan Uganda yang selama ini bersekutu. Konflik tersebut konon dilatar belakangi oleh perebutan wilayah kaya mineral & logam mulia di wilayah timur RDK. Konflik antara keduanya berakhir setelah keduanya sepakat untuk berdamai melalui perundingan yang difasilitasi oleh PBB & keduanya pun menarik mundur pasukannya dari Kisangani pada pertengahan tahun 2000. Meskipun pada akhirnya berdamai, konflik yang muncul antara keduanya menandakan adanya keretakan di tubuh koalisi anti-Kabila sehingga mereka tidak punya cukup kekuatan lagi untuk memenangkan pertempuran.
Secara umum, konflik yang terjadi sepanjang Perang Kongo Kedua jarang berupa pertempuran-pertempuran besar & lebih didominasi pertempuran-pertempuran gerilya karena masing-masing negara tidak mau mengorbankan personil maupun alutsista berharganya untuk gugur di RDK. Sebagai gantinya, mereka menyokong kelompok-kelompok milisi untuk bertempur melawan kelompok milisi yang disokong lawan. Pasukan militer dari masing-masing negara sendiri lebih banyak ditempatkan secara pasif di titik-titik penting seperti kota besar, bandara, atau area pertambangan. Hal itulah yang kemungkinan besar menjadi penyebab mengapa tidak ada perubahan-perubahan penting di medan perang.
![]() |
Iring-iringan tentara keamanan PBB. (Sumber) |
Terbunuhnya Kabila & Perkembangan Perundingan Damai
Tanggal 16 Januari 2001, terjadi peristiwa penembakan terhadap Kabila yang akhirnya merenggut nyawanya setelah ia sempat dirawat selama 2 hari. Berbagai dugaan & tuduhan lalu muncul ke permukaan mengenai siapa yang mendalangi pembunuhan Kabila. Posisi lowong Laurent-Desire Kabila kemudian digantikan oleh putranya, Joseph Kabila. Berbeda dengan ayahnya, Joseph Kabila cenderung lebih lunak & kooperatif dibanding ayahnya sehingga perundingan-perundingan yang selama ini menemui jalan buntu pun mulai menemukan titik terang. Di tahun ini, tim pengawas PBB juga melaporkan adanya aktivitas eksploitasi mineral secara ilegal oleh Rwanda, Uganda, & Zimbabwe di sejumlah wilayah RDK.
![]() |
Joseph Kabila. (Sumber) |
KONDISI PASCA PERANG
Pemilu untuk menentukan pemimpin baru RDK secara demokratis akhirnya dilaksanakan pada bulan Juni 2006 di mana Joseph Kabila keluar sebagai pemenang, namun kerusuhan timbul tak lama kemudian setelah munculnya isu bahwa Kabila melakukan kecurangan. Pemilu ulang pun kembali dilaksanakan di bulan Oktober 2006 di mana Kabila kembali keluar sebagai pemenang, namun kali ini dengan perolehan suara yang lebih besar. Kendati hasil pemilu tersebut masih menuai rasa tidak puas dari pihak oposisi, Joseph Kabila pada akhirnya resmi diangkat sebagai presiden RDK terhitung sejak akhir 2006. Diangkatnya Kabila sebagai presiden RDK pun mengakhiri aktivitas pemerintahan transisi yang terbentuk sejak tahun 2003.
Kendati Perang Kongo Kedua sudah resmi berakhir sejak tahun 2003, konflik di RDK belum benar-benar usai hingga sekarang. Masih rapuhnya pemerintahan baru RDK & ketergantungan mereka akan keberadaan pasukan asing menjadi penyebab utama kenapa konflik lokal tersebut masih belum selesai hingga sekarang. Contoh konflik utama yang masih terjadi di RDK hingga sekarang adalah konflik di wilayah RDK timur antara milisi pro etnis Hutu melawan milisi pro etnis Tutsi. Belakangan, konflik di timur RDK juga memasuki fase baru setelah kelompok pemberontak Lord's Resistance Army (LRA; Tentara Perlawanan Tuhan) yang berasal dari Uganda mendirikan markas baru di pelosok timur RDK & menyerang penduduk setempat.
![]() |
Rombongan pengungsi RDK. (Sumber) |
Dampak negatif dari Perang Kongo Kedua yang paling terasa adalah timbulnya korban jiwa di mana selama periode perang, jumlah korban tewas mencapai 3 juta lebih & 2 juta lainnya yang masih hidup mengungsi keluar RDK. Jumlah korban tewas juga belum sampai di situ karena hancurnya fasilitas-fasilitas penting akibat perang menyebabkan sekitar 45.000 rakyat RDK meninggal setiap bulannya hingga sekarang akibat penyakit atau kelaparan. Karena besarnya jumlah korban & dampak negatif jangka panjang yang ditimbulkan, Perang Kongo Kedua kerap disebut-sebut sebagai tragedi kemanusiaan terbesar sejak Perang Dunia II.
Masalah besar lainnya yang masih menghantui penduduk Kongo hingga sekarang - utamanya wanita - adalah maraknya kasus kejahatan seksual. Milisi-milisi di RDK yang masih aktif sering melakukan aksi-aksi pemerkosaan kepada penduduk sipil dengan berbagai tujuan, salah satunya untuk menyebarkan penyakit menular seksual secara sengaja kepada para korbannya. Akibatnya sungguh menyedihkan karena para korban pemerkosaan tersebut harus menanggung aib & mengalami trauma mendalam. Seolah itu belum cukup, banyak dari mereka yang kemudian dikucilkan oleh penduduk sekitarnya. - © Rep. Eusosialis Tawon
RINGKASAN PERANG FASE II
1. Waktu & Lokasi Pertempuran
- Waktu : 1998 - 2003
- Lokasi : Republik Demokratik Kongo
2. Pihak yang Bertempur
(Grup) - Mai-Mai, milisi-milisi pro Hutu
(Negara) - Angola, Chad, Namibia, RD Kongo, Zimbabwe
melawan
(Grup) - MLC, RCD, milisi-milisi pro Tutsi
(Negara) - Burundi, Rwanda, Uganda
3. Hasil Akhir
- Perang berakhir tanpa pemenang
- Pembentukan pemerintahan transisi sementara di RD Kongo
- Konflik skala kecil berlanjut di timur RD Kongo
4. Korban Jiwa
Sekitar 5,4 juta
REFERENSI
BBC News - Timeline : DR Congo Conflict
GlobalSecurity.org - Congo War
Pikiran Rakyat Online - Perkosaan Jadi Senjata Perang
UN News Centre - DR Congo : UN Alarmed by Upsurge of Attacks by LRA Insurgents
Wikipedia - Democratic Republic of the Congo
Wikipedia - Second Congo War
COBA JUGA HINGGAP KE SINI...

Terlepas dari panjangnya masa bhakti misi PBB, perang ini juga bergantung dari keseriusan DK PBB dan Perancis (terlepas dari faksi yang bertikai).. harus diakui bahwa banyak konflik dibiarkan terus berjalan 'on-going' karena memang banyak pihak yang berkepentingan dan diuntungkan dari konflik terbuka ini.. perihal serupa adalah perang dan misi PBB di Lebanon..
BalasHapusSalam hangat dari Baghdad, Iraq.. kita juga sedang berjaga-jaga disini..
Memang yg menjadi salah satu masalah utama dalam menangani konflik multinasional adalah keterlibatan & keseriusan pihak asing dalam mengakhiri konflik. Apakagi Kongo itu juga termasuk menggiurkan bagi pihak-pihak yg berkepentingan karena letaknya yg tepat ada di tengah-tengah Afrika sehingga tergolong strategis & tanahnya juga kaya akan batu mulia. Belum ditambah bahwa selama konflik berlangsung, pedagang senjata juga bakal meraup keuntungan. Tapi semoga saja bisa segera ditemukan win-win solution bagi pihak-pihak yg bertikai agar segera mengakhiri aksi-aksi bersenjatanya sehingga Kongo bisa segera fokus untuk bangkit kembali & meningkatkan kesejahteraan rakyatnya
BalasHapusSalam hangat juga dari Indonesia & terima kasih sudah mampir di sini. Semoga tidak ada halangan saat bertugas & semua yg bertugas di sana diberi keselamatam
serem afrika itu, coba saja sekarang di pantai gading rumah2 penduduk sudah ditandai sesuai golongan etnisnya
BalasHapusbakal ada pembersihan etnis alias genosida :(
bagus lanjutkan
BalasHapusBeribu terimakasih dengan adanya artikel ini, sungguh sangat membantu tugas saya di kantor. sekali lagi terimakasih
BalasHapusThanks, bagus banget artikelnya
BalasHapusSemoga saja afrika bisa damai seperti jaman kekhalifahan khulafathul Rasyidin!! Amin!!!
BalasHapussangat membuka wawasan pengetahuan tentang konflik di san semoga bisa kita jadikan pelajaran pengetahuan untuk mencegah agar tidak terjadi konflik konflik semacam itu di bumi nusantara.
BalasHapusmantap dan lengkap sekali.... terimakasih
BalasHapus