Perang Sipil Yunani, Bentrokan Ideologi di Ujung Tenggara Eropa



Pasukan pemerintah Yunani yang sedang mengoperasikan meriam. (Sumber)

Yunani adalah salah satu primadona dalam pelajaran sejarah dunia. Sebabnya tidak lain karena peradaban yang berada di daerah tersebut sudah berdiri sejak ratusan tahun sebelum masehi & menelurkan banyak peninggalan yang termahsyur. Beberapa di antaranya adalah kata-kata serapan dari bahasa Yunani, bangunan Kuil Parthenon, rumus matematika Pythagoras, serta kompetisi Olimpiade. Namun bukan cuma sejarah Yunani di masa kuno yang menarik perhatian. Di era modern, salah satu peristiwa sejarah yang juga mengambil tempat di Yunani & cukup menyita perhatian dunia adalah perang sipil Yunani.

Perang sipil Yunani (Greek civil war;  Ellinikos emfilios polemos) adalah perang saudara yang terjadi di Yunani antara kelompok sayap kiri / komunis melawan kelompok sayap kanan / monarkis setempat. Berdasarkan rentang waktu kejadiannya, perang sipil Yunani bisa dibagi ke dalam 2 periode : periode pertama (1943 - 1945) & periode kedua (1946 - 1949). Akibat perang ini, Yunani berada dalam kondisi porak poranda & ratusan ribu rakyatnya berubah menjadi tuna wisma.

Dalam perang sipil periode pertama, kubu sayap kiri diwakili oleh Ethnikon Apeleftherotikon Metopon - Ethnikos Laikos Apeleftherotikos Stratos (EAM-ELAS; Front Pembebasan Nasional - Tentara Pembebasan Populer Nasional). Sementara dalam periode kedua, kubu sayap kiri diwakili oleh Dimokratikos Stratos Elladas (DSE; Tentara Demokratik Yunani). Di pihak lawan, kubu sayap kanan diwakili oleh Ellinikos Dimokratikos Ethnikos Stratos (EDES; Liga Nasional Demokratik Yunani) beserta elemen sayap kanan dalam pemerintahan Yunani.

Peta Yunani. (Sumber)

Perang sipil Yunani periode kedua merupakan salah satu konflik bersenjata pertama di era Perang Dingin sekaligus konflik bersenjata pertama di tanah Eropa semenjak berakhirnya Perang Dunia II. Adanya perbedaan ideologi & perebutan pengaruh dalam perang sipil Yunani membuat negara-negara pemenang Perang Dunia II terpecah ke dalam 2 kubu yang berbeda.

Jika kelompok sayap kanan mendapat bantuan dari negara-negara Blok Barat yang mencakup Amerika Serikat & Inggris, maka kelompok sayap kiri dibantu oleh negara-negara Blok Timur seperti Uni Soviet, Yugoslavia, Albania, & Bulgaria. Namun dalam perkembangannya, Uni Soviet & Yugoslavia mengalami keretakan hubungan sehingga dukungan militer untuk kelompok sayap kiri menjadi tersendat.



LATAR BELAKANG

Tahun 1941, di tengah-tengah berkecamuknya Perang Dunia II, negara-negara anggota Blok Poros (Axis) melakukan invasi militer ke Yunani. Pasca invasi, sebuah pemerintahan boneka yang pro Blok Poros didirikan di atas Yunani, sementara George II selaku raja Yunani saat itu melarikan diri ke Mesir & mendirikan pemerintahan tandingan di sana.

Sebagian rakyat Yunani yang tidak menyukai keberadaan Blok Poros di negaranya lantas memutuskan untuk mendirikan kelompok-kelompok perlawanan. Salah satu kelompok perlawanan tersebut adalah EAM yang menganut ideologi sayap kiri & memiliki sayap militer yang bernama ELAS. Karena EAM & ELAS memiliki asal muasal yang sama, maka kedua kelompok itupun nantinya kerap juga disebut dengan nama EAM-ELAS.

Pasukan tank Blok Poros (Jerman) saat menginvasi Yunani. (Sumber)

Selain berambisi mengusir Blok Poros dari negaranya, EAM-ELAS juga memiliki ambisi untuk mengubah Yunani menjadi negara komunis begitu perang berakhir. Maka, kelompok perlawanan yang bernama EDES pun lahir di mana EDES memiliki tujuan untuk mengusir Blok Poros keluar Yunani & mengembalikan raja Yunani ke tahtanya selepas perang.

Baik EAM-ELAS maupun EDES sama-sama mendapatkan bantuan logistik & persenjataan dari negara-negara Barat anggota Blok Sekutu. Hasilnya, pada tahun 1943 Italia selaku negara anggota Blok Poros setuju untuk mengibarkan bendera putih. Menyerahnya Italia lantas direspon oleh EAM-ELAS dengan menyerbu & menduduki gudang-gudang persenjataan milik militer Italia yang ada di Yunani.

Tindakan EAM-ELAS ganti mengundang rasa tidak suka dari Inggris yang khawatir kalau Yunani akan berubah menjadi negara komunis seutuhnya jika EAM-ELAS dibiarkan tumbuh terlampau kuat. Maka, Inggris pun menghentikan aliran bantuan ke EAM-ELAS & menambah jumlah bantuan logistik serta persenjataan ke EDES.

Hubungan antara EAM-ELAS dengan EDES sendiri saat itu sudah semakin tegang menyusul berkurangnya kekuatan Blok Poros yang menjadi musuh bersama mereka & adanya perbedaan pendapat mengenai masa depan Yunani jika Blok Poros sudah benar-benar angkat kaki. Kombinasi dari kedua faktor tadi lantas membuat pertumpahan darah di Yunani antara saudara sebangsa & setanah airnya sendiri menjadi semakin sulit untuk dihindari.


Prajurit EAM-ELAS. (Sumber)


BERJALANNYA PERANG

Perang Fase I (1943 - 1945)

Menjelang berakhirnya tahun 1943 yang diwarnai dengan turunnya musim dingin, pasukan EAM-ELAS & EDES untuk pertama kalinya terlibat konflik terbuka di kawasan pegunungan Yunani. Atas mediasi Inggris, perang antara kedua kelompok tersebut berhenti pada permulaan tahun berikutnya.

Kondisi EAM-ELAS & EDES saat itu jika dibandingkan ibarat bumi & langit. Jika EAM-ELAS memiliki jumlah personil reguler 50.000 & personil cadangan 500.000, maka EDES hanya memiliki jumlah personil maksimal 10.000. Masih di tahun yang sama (1944), pasukan Jerman - salah satu negara anggota Blok Poros - juga mulai mundur dari Yunani menyusul semakin tidak bersahabatnya kondisi front timur Perang Dunia II bagi pihak Jerman.

Mundurnya pasukan Jerman dari Yunani lantas dimanfaatkan oleh pasukan EAM-ELAS & EDES untuk menguasai kembali sebagian besar wilayah Yunani. Kondisinya semakin mudah berkat datangnya pasukan negara-negara Barat (mayoritasnya pasukan Inggris) anggota Sekutu ke Yunani pada bulan Oktober 1944.

Pasca mundurnya seluruh pasukan Jerman, pemerintahan Yunani yang dibentuk oleh Raja George di Mesir bertolak kembali ke Yunani & memerintahkan semua anggota EAM-ELAS untuk membiarkan senjatanya dilucuti. Namun EAM-ELAS menolak perintah tersebut karena khawatir bakal menjadi sasaran penyerangan & intimidasi oleh milisi-milisi sayap kanan begitu kehilangan semua persenjataannya.

Pasukan Inggris di Athena pada tahun 1944. (Sumber)

Sebagai bentuk penolakan lebih jauh atas perintah pelucutan senjata, pada tanggal 3 Desember EAM-ELAS menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran. Namun aksi unjuk rasa tersebut dibubarkan secara paksa oleh polisi Yunani & tentara Inggris yang berujung pada tewasnya 28 pelaku unjuk rasa. Peristiwa berdarah tersebut lantas dijadikan alasan oleh EAM-ELAS untuk memulai perjuangan bersenjata melawan pasukan Sekutu & EDES.

Awalnya Inggris & EDES memang kewalahan meladeni sepak terjang pasukan EAM-ELAS. Namun memasuki permulaan tahun 1945, pasukan Inggris berhasil membalikkan keadaan. EAM-ELAS kehilangan sebagian besar kekuatannya dalam peperangan & terpaksa mengibarkan bendera putih pada tanggal 15 Januari. Perang sipil Yunani pada fase ini pun berakhir.


Perang Fase II (1946 - 1949)

Bulan Maret 1946, Yunani menggelar pemilu nasional yang sukses dimenangkan oleh partai berhaluan sayap kanan. Hasil dari pemilu tersebut langsung mengundang protes karena pemilu tersebut diboikot oleh golongan kiri Yunani. Maka, para simpatisan sayap kiri yang merupakan sisa-sisa anggota EAM-ELAS lalu memutuskan untuk mendirikan kelompok bersenjata baru yang bernama Dimokratikos Stratos Elladas (DSE; Tentara Demokratik Yunani).

Jika dibandingkan pasukan sayap kanan lawannya, DSE sebenarnya kalah jauh dalam hal jumlah personil. Namun bantuan militer dari negara-negara komunis seperti Yugoslavia, Albania, Bulgaria, & Uni Soviet membuat DSE bisa melancarkan perlawanan bersenjata yang merepotkan pihak lawannya. Kondisi geografis Yunani yang bergunung-gunung juga memudahkan DSE dalam melakukan taktik gerilya.

Peta Semenanjung Balkan di tahun 1949. (Sumber)

Tahun berganti. Intensitas perang semakin menjadi-jadi. Kelompok sayap kanan yang kini menguasai pemerintahan Yunani selama ini mengandalkan bantuan finansial dari Inggris untuk melanjutkan peperangan. Namun memasuki pertengahan tahun 1947, Inggris merasa tidak sanggup lagi menyokong Yunani.

Beruntung bagi pemerintah Yunani, pemerintah AS bersedia menggantikan peran Inggris sebagai penyuplai dana demi mencegah kemenangan pihak komunis. Memasuki bulan September, DSE mengubah taktik militernya dari yang awalnya taktik gerilya menjadi taktik perang terbuka berskala besar. Hasilnya, DSE berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sedikit demi sedikit hingga akhirnya posisi mereka semakin dekat ke ibukota Athena.

Bulan Juni 1948, Yugoslavia & Uni Soviet saling memutuskan hubungan diplomatik sebagai akibat dari perbedaan pendapat antara pemimpin masing-masing negara. Karena DSE menyatakan dukungannya pada Uni Soviet, Yugoslavia pun menutup perbatasannya dengan Yunani sehingga DSE menjadi kesulitan menyelundupkan masuk bantuan logistik dari luar Yunani.

Situasi semakin runyam bagi DSE setelah Alexander Papagos diangkat menjadi komandan baru pasukan pemerintah Yunani. Sebagai seorang komandan perang yang berbakat & kharismatik, Papagos berhasil memimpin anak buahnya membukukan sejumlah kemenangan penting atas pasukan DSE. Merasa tidak sanggup lagi berperang lebih jauh, pada tanggal 16 Oktober 1949 pemimpin DSE menyerukan gencatan senjata sehingga perang sipil Yunani pun berakhir.


Alexander Papagos. (Sumber)


KONDISI PASCA PERANG

Layaknya perang pada umumnya, perang sipil Yunani juga memakan korban jiwa yang tidak sedikit. Perkiraan jumlah korban tewas dalam perang tersebut bervariasi, antara kurang dari 50.000 hingga 100.000 jiwa. Selain korban tewas, perang sipil tersebut juga membuat 700.000 rakyat Yunani kehilangan tempat tinggalnya.

Dampak negatif lainnya dari perang sipil Yunani adalah kerusakan infrastruktur. Dikombinasikan dengan kerusakan infrastruktur yang sudah didapat oleh Yunani semasa Perang Dunia II, Yunani pun berada dalam kondisi porak poranda sesudah berakhirnya perang sipil. Namun perlahan tapi pasti, Yunani berhasil memulihkan diri & bahkan menikmati pertumbuhan ekonomi.

Bagi Blok Barat, hasil dari perang sipil Yunani merupakan kesuksesan besar. Alasan pertama jelas karena Yunani gagal menjadi negara komunis dalam perang sipil tersebut sehingga Turki tidak lagi menjadi satu-satunya negara anggota Blok Barat yang berlokasi di Balkan. Alasan kedua adalah karena perang sipil tersebut membawa perpecahan di antara sesama negara anggota Blok Timur.

Sebelum perang sipil Yunani, Yugoslavia & Uni Soviet adalah sekutu karena memiliki kesamaan ideologi. Namun menjelang berakhirnya perang sipil Yunani, kedua negara tersebut memutuskan hubungan diplomatik & Yugoslavia menarik diri dari Blok Timur pimpinan Soviet. Di Yunani sendiri, berakhirnya perang sipil diikuti dengan upaya pemerintah setempat untuk menghapus paham komunisme. Keberadaan partai berbau komunis di Yunani dilarang & para simpatisannya ditangkapi atau melarikan diri keluar negeri.

Saat ingin mengikuti pemilu & mengurus surat-surat resmi, rakyat Yunani juga diharuskan membawa dokumen berjudul "Harti Koinonikon Fronimaton" (Dokumen Keyakinan Sosial) yang berisi pernyataan bahwa sang pemegang dokumen bukanlah simpatisan sayap kiri. Baru pada tahun 1974, rakyat Yunani tidak lagi diwajibkan membawa dokumen tersebut & partai berbau komunis kembali diperbolehkan berpartisipasi dalam pemilu Yunani.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
- Waktu : 1943 - 1945, 1946 - 1949
- Lokasi : Yunani

Pihak yang Bertempur
(Grup)  -  EDES
(Negara)  -  Yunani, Inggris
        melawan
(Grup)  -  EAM-ELAS, DSE
        melawan
(Negara)  -  Jerman

Hasil Akhir
- Kemenangan pihak pemerintah Yunani yang berhaluan sayap kanan
- Mundurnya pasukan Jerman dari Yunani pada tahun 1944
- Pemerintah Yunani melarang ideologi komunisme hingga tahun 1974

Korban Jiwa
Antara 48.000 - 100.000 jiwa



REFERENSI

Cold War Museum - The Greek Civil War
GlobalSecurity.org - Greek Civil War
in2Greece.com - History of Modern Greece
Library of Congress - Greece - Communist Parties
Wikipedia - Greek Civil War
- . 2008. "Greece, history of". Encyclopaedia Britannica, Chicago.

 




COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.