Laut Aral, Danau Raksasa yang Terancam Musnah



(Kiri-kanan) Foto satelit Laut Aral pada tahun 1973, 1987, & 1999. (Sumber)

Laut Aral - tidak sesuai namanya - adalah danau yang terletak di Asia Tengah, tepatnya di perbatasan Kazakhstan & Uzbekistan. Hehehe, bingung ya? Well, perairan yang bersangkutan mendapatkan nama demikian karena ukurannya yang besar untuk ukuran danau & airnya yang terasa asin jika dicicipi akibat tingginya zat-zat terlarut dalam air sungai yang mengalir ke dalam danaunya.

Nama "Aral" untuk danau ini sendiri berasal dari bahasa Kirgiz yang berarti "kepulauan" karena danau tersebut dulu pernah dipenuhi oleh pulau-pulau mini. Kurang dari seabad yang lalu, Laut Aral merupakan danau terbesar ke-4 dunia. Namun Laut Aral kini tidak lagi menyandang predikat tersebut akibat terus menyusutnya volume air yang dimiliki oleh danau yang bersangkutan.

Hal yang lebih ironis lagi adalah, hal tersebut terjadi akibat ulah manusia yang sejak awal dekade 1960-an mengalihkan aliran air sungai yang selama ini bermuara ke Laut Aral. Akibat menyusutnya air Laut Aral, banyak industri perikanan setempat yang mengalami kebangkrutan & pelabuhan di sekitar Laut Aral berubah menjadi padang kuburan kapal.

Sebelum kita membahas soal peristiwa menyusutnya air dalam Laut Aral, ada baiknya kita bahas dulu soal sejarah terbentuknya danau yang bersangkutan. Laut Aral diperkirakan tercipta sekitar 1,6 juta tahun yang lalu saat cekungan yang ada di Asia Tengah terisi oleh air yang sebagiannya datang dari Sungai Syr Darya.

Peta dari Laut Aral, Sungai Amu Darya, & Syr Darya sebelum tahun 1960. (Sumber)

Jumlah air yang mengisi cekungan tersebut dalam perkembangannya menjadi semakin banyak setelah aliran air dari Sungai Amu Darya turut bermuara ke cekungan Laut Aral sejak 160.000 tahun silam. Daratan sekitar Laut Aral adalah daratan kering yang menyerupai gurun. Laut Aral berperan vital dalam menjaga keseimbangan iklim setempat. Ketika air dalam Laut Aral menguap, uapnya mencegah angin dingin dari sebelah utara menerpa kawasan sekitar Laut Aral.

Campuran antara uap air & angin dingin tadi lantas menciptakan aliran udara ke atas yang kemudian terbawa angin & mengembun menjadi salju di kawasan pegunungan Kirgiztan serta Tajikistan. Saat salju-salju tersebut meleleh, lelehannya mengisi air di Sungai Syr Darya & Amu Darya yang bermuara ke Laut Aral.



"BALASAN" MANUSIA UNTUK LAUT ARAL

Laut Aral sudah sejak lama memiliki peran penting bagi manusia. Sejak pertengahan abad ke-19, Kekaisaran Rusia menempatkan armada kapalnya di sana. Penduduk setempat juga menjadikan Laut Aral sebagai sumber mata pencaharian utama karena danau air asin tersebut kaya akan ikan-ikan bernilai komersial tinggi yang jumlah tangkapan per tahunnya mencapai 40.000 ton lebih. Air sungai yang mengalir ke dalam Laut Aral juga dimanfaatkan oleh penduduk yang bermukim di lembah sungai untuk mengairi lahan pertanian.

Bencana bagi Laut Aral dimulai ketika pada permulaan dekade 60-an, Nikita Khruschev selaku pemimpin Uni Soviet menginstruksikan pembangunan kanal & pipa yang mengalihkan air dari Sungai Syr Darya & Amu Darya untuk mengairi kawasan gurun pasir di Asia Tengah supaya kawasan tersebut bisa digunakan untuk menanam kapas. Ironisnya, banyak air yang dialihkan terbuang sia-sia dalam perjalanan akibat kebocoran di mana jumlah air mubazir tersebut bisa mencapai 75% dari total volume air yang dialihkan.

Ilustrasi ladang kapas.

4/5 suplai air untuk Laut Aral berasal dari Sungai Amu Darya & Syr Darya. Kebijakan Soviet mengalihkan air dari kedua sungai tersebut jelas membawa dampak yang sangat terasa bagi Laut Aral karena jumlah air yang menguap jadi jauh lebih banyak daripada jumlah air yang masuk ke dalam danau.

Sebelum tahun 1960, Laut Aral memiliki luas 68.000 km persegi, jarak 435 km antara pantai utara & selatan terjauhnya, & kedalaman maksimal 69 m. Namun sesudah proyek pengalihan air Sungai Amu Darya & Syr Darya dijalankan, ukuran & volume air dalam Laut Aral mengalami penyusutan yang drastis.

Menurunnya volume air dalam Laut Aral pada gilirannya berpengaruh pada meningkatnya salinitas / keasinan Laut Aral. Sebagai akibatnya, beberapa spesies hewan air yang selama ini menempati Laut Aral mulai menghilang karena mereka tidak bisa hidup dalam air dengan salinitas tinggi.

Nelayan setempat mencoba mengakali situasi sulit tersebut dengan melepas ikan-ikan yang bisa hidup dalam salinitas tinggi. Namun masalah baru muncul karena ikan-ikan tersebut menjadi kompetitor bagi spesies-spesies ikan setempat yang masih bertahan sehingga proses pemunahan biota lokal menjadi semakin cepat.



DANAU MENYUSUT, PULAU MENGHILANG

Tahun 1989, Laut Aral sudah kehilangan lebih dari separuh volume airnya & terpecah menjadi 2 danau utama : Laut Aral Kecil yang berlokasi di utara & Laut Aral Besar yang berlokasi di selatan. Masing-masing danau memiliki salinitas 3 kali lebih tinggi daripada danau yang sama sebelum tahun 1960.

Menghilangnya sebagian besar air dari Laut Aral pada gilirannya turut berdampak pada perubahan iklim setempat. Menurut penduduk di sekitar Laut Aral, sejak danau tersebut menyusut, suhu pada musim dingin menjadi lebih rendah & suhu pada musim panas menjadi lebih tinggi daripada saat air di Laut Aral masih melimpah.

Kapal nelayan yang terlantar akibat mengeringnya Laut Aral. (Sumber)

Masalah bagi Laut Aral & penduduk di sekitarnya belum berhenti sampai di sana. Lahan kapas milik Soviet menggunakan pupuk & pestisida dalam jumlah besar di mana sisa-sisa kedua bahan tadi ada yang bercampur dengan air tanah & kemudian merembes ke dasar Laut Aral yang sudah mengering.

Angin lalu membawa debu beracun dari dasar danau kering tadi ke pemukiman penduduk di dekatnya. Karakalpakstan yang terletak di sebelah selatan Laut Aral adalah kota dengan dampak terparah di mana penduduk kota tersebut banyak yang menderita kanker tenggorokan, anemia, gagal ginjal, & keguguran.

Tahun 1991, Uni Soviet mengalami keruntuhan. Laut Aral yang sudah menyusut kini menjadi milik Kazakhstan & Uzbekistan yang baru saja merdeka. Runtuhnya Uni Soviet sekaligus membuka mata dunia mengenai kondisi terbaru Laut Aral karena selama ini rezim Uni Soviet memiliki kecenderungan untuk menutup rapat-rapat kondisi dalam negerinya.

Penduduk dunia terhenyak. Danau yang dulunya merupakan salah satu danau terbesar di dunia ternyata kini tinggal menyisakan 2 danau yang berukuran lebih kecil & juga terancam lenyap dalam waktu dekat.

Jika menyusutnya Laut Aral belum cukup untuk membuat mata penduduk dunia terbelalak, kasus baru muncul menjelang pergantian milenium. Di tengah-tengah Laut Aral, terdapat pulau besar bernama Vozrozhdeniya yang di era Soviet digunakan sebagai lokasi penelitian senjata biologis antraks. Masalah muncul karena semakin berkurangnya air dalam Laut Aral membuat pulau tersebut dalam waktu dekat akan menyatu dengan daratan sekitar Laut Aral.

Foto satelit Laut Aral pada tahun 2004. (Sumber)

Sumber kekhawatiran utama adalah jika penyatuan pulau dengan tepi Laut Aral benar-benar terwujud, maka sisa-sisa patogen aktif di pulau akan menyebar ke wilayah Asia Tengah lainnya. Untuk mengatasinya, pemerintah Uzbekistan & AS lalu melakukan operasi pembersihan Pulau Vozrozhdeniya pada tahun 2002.

Kegiatan pembersihan berjalan mulus & pulau tersebut dinyatakan sudah bebas dari antraks pasca operasi. Pulau Vozrozhdeniya sendiri akhirnya benar-benar "menghilang" dari peta dunia pada tahun 2001 karena semakin berkurangnya air dalam Laut Aral membuat pulau tersebut menyatu dengan daratan di sebelah selatan Laut Aral.



MEMPERTAHANKAN YANG TERSISA

Pemerintah setempat sendiri bukannya tidak peduli sama sekali akan fenomena menyusutnya Laut Aral. Pada dekade 1960-an, pemerintah Soviet sempat menjalankan proyek pembangunan kanal raksasa untuk mengalihkan air dari sungai-sungai yang selama ini bermuara ke Samudera Arktik menuju kawasan Asia Tengah, termasuk Laut Aral.

Namun sebagai akibat dari tingginya biaya proyek, adanya penolakan dari rakyat Rusia, & munculnya kekhawatiran akan dampak negatif proyek tersebut bagi lingkungan Arktik, pengerjaan proyek tersebut akhirnya dihentikan pada tahun 1986.

Pasca runtuhnya Uni Soviet, Kazakhstan selaku negara pemilik Laut Aral Kecil berinisiatif untuk memulihkan sisa-sisa danau di wilayahnya dengan membangun Bendungan Kokaral pada tahun 2005. Hasilnya sejauh ini cukup positif. Ketinggian air di Laut Aral Kecil perlahan tapi pasti mengalami peningkatan.

Rombongan unta di dasar Laut Aral yang sudah mengering. (Sumber)

Bertambahnya air di Laut Aral Kecil lantas turut berdampak pada berkurangnya salinitas danau & menggeliatnya kembali industri perikanan setempat. Melihat kesuksesan proyek Bendungan Kokaral, pemerintah Kazakhstan pun mengumumkan rencananya untuk membangun bendungan kedua & kanal yang menghubungkan Laut Aral Kecil dengan kota Aral / Aralsk yang terletak di sebelah timur laut danau.

Jika kondisi Laut Aral Kecil mulai membaik, tidak demikian dengan Laut Aral Besar yang terkesan ditelantarkan oleh pemerintah Uzbekistan selaku negara pemilik mayoritas area danaunya. Sempat muncul rencana untuk membangun kanal penghubung antara Laut Aral Besar dengan Laut Aral Kecil, namun rencana tersebut tidak pernah terealisasi hingga sekarang.

Pemerintah Uzbekistan justru lebih berminat memanfaatkan dasar Laut Aral yang sudah mengering untuk kemungkinan pengilangan minyak bumi. Semoga saja manusia bisa memetik pelajaran penting dari kasus Laut Aral agar tidak mengulangi kesalahan serupa di tempat & di waktu yang lain.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



REFERENSI

The Aral Sea Crisis - Impacts to Life in the Region
Wikipedia - Aral Sea
Wikipedia - Northern river reversal
Wikipedia - Vozrozhdeniya island
- . 2007. "Case Study 4 : Aral Sea Basin". (file PDF)
- . 2008. "Aral Sea". Encyclopaedia Britannica, Chicago.

 




COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



2 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.