Konflik Casamance, Pemberontakan di Senegal Selatan



Foto kelompok pemberontak MFDC di tahun 2012. (yveslebelge.skynetblogs.be)

Senegal adalah nama dari sebuah negara yang terletak di Afrika Barat. Negara tersebut berbatasan dengan Mauritania di sebelah utara, Mali di sebelah timur, Guinea & Guinea-Bissau di sebelah selatan, serta Samudera Atlantik & Gambia di sebelah barat.

Jika dilihat pada peta, Senegal memiliki wilayah yang bentuknya menyerupai wajah manusia di mana Gambia terlihat seperti mulut & ibukota Dakar berada di daerah yang bentuknya menyerupai ujung hidung. Sementara di bagian "dagu" Senegal, terdapat daerah Casamance yang akan menjadi fokus pembahasan dalam artikel kali ini.

Casamance adalah sebutan untuk daerah di Senegal selatan yang mencakup 3 provinsi : Ziguinchor, Sedhiou, & Kolda. Terhitung sejak tahun 1982, wilayah tersebut dilanda pemberontakan dengan kelompok MFDC sebagai aktor utamanya.

Dalam perjalanannya, MFDC terus mengalami perpecahan internal akibat konflik kepentingan & perbedaan pendapat mengenai cara menyikapi kesepakatan damai dengan pemerintah Senegal. Akibat konflik yang berlangsung di Casamance selama puluhan tahun, ribuan orang harus kehilangan nyawa & puluhan ribu lainnya terpaksa hidup sebagai pengungsi.


LATAR BELAKANG

Jika dibandingkan dengan wilayah Senegal yang lain, Casamance memiliki banyak hal yang membuatnya berbeda. Sebagai contoh, etnis dengan jumlah paling banyak di Senegal adalah etnis Wolof, namun di Casamance etnis mayoritasnya adalah etnis Diola / Jola. Perbedaan lain, jika Senegal merupakan negara berpenduduk mayoritas Islam, maka etnis Diola pada umumnya menganut agama Kristen & animisme.

Etnis Diola juga memiliki perbedaan dalam hal cara pandang, di mana etnis Diola memiliki pola pikir & struktur sosial yang lebih liberal jika dibandingkan dengan penduduk Senegal lainnya. Perbedaan yang dimiliki etnis Diola dengan etnis-etnis lainnya di Senegal tidak lepas dari kondisi geografis Casamance yang unik. Adanya negara Gambia di sebelah utara membuat sebagian besar wilayah Casamance terisolasi dari wilayah Senegal yang lain.

Peta lokasi Senegal & Casamance. (bbc.com)

Casamance juga memiliki kondisi geografis yang berbeda dari wilayah Senegal yang lain karena wilayah ini menerima curah hujan lebih tinggi daripada wilayah Senegal lainnya yang umumnya beriklim kering.

Kondisi tanah Casamance yang subur lantas membuat daerah ini menjadi salah satu daerah penyuplai utama komoditas pertanian Senegal, khususnya kacang. Dan selain memiliki tanah yang produktif, Casamance juga memiliki pantai yang indah & laut yang kaya akan ikan.

Kekayaan alam yang dimiliki Casamance lantas menarik perhatian pemerintah pusat Senegal untuk mengembangkan daerah tersebut. Namun, muncul masalah baru karena tindakan pemerintah Senegal tersebut dianggap gagal mendongkrak taraf hidup rakyat Casamance. Sebagai contoh, sebelum dekade 1980-an hampir tidak ada jalan raya di Casamance yang diaspal.

Sementara di sektor pemerintahan daerah, hampir semua posisi penting dipegang oleh orang-orang dari etnis Wolof. Lalu ketika pemerintah Senegal mendorong orang-orang untuk membeli tanah di Casamance & mengolahnya menjadi lahan komersial, rasa tidak suka muncul dari penduduk Casamance karena menurut tradisi mereka, tanah seharusnya tidak diperdagangkan & hanya bisa diturunkan antar generasi.

Kombinasi dari hal-hal tadi lantas mendorong Pastor Diamacoune Senghor untuk melakukan siaran radio & menyebarkan pamflet mengenai penindasan yang dilakukan pemerintah Senegal terhadap etnis Diola sejak dekade 60-an. Hasilnya, makin banyak rakyat Casamance yang tergerak untuk melakukan perlawanan & menekan pemerintah Senegal agar mau memperbaiki nasib mereka.

Memasuki dekade 1980-an, sejumlah rakyat Casamance bahkan berinsiatif mendirikan kelompok rahasia bernama Mouvement des Forces Democratiques de Casamance (MFDC; Gerakan Angkatan Demokratis Casamance).

Bendera MFDC. (wikipedia.org)

Tanggal 26 Desember 1982, para demonstran etnis Diola di kota Ziguinchor menurunkan paksa bendera Senegal & menggantinya dengan bendera putih. Mereka juga membagi-bagikan pamflet yang berisi tuntutan agar wilayah Casamance dimerdekakan.

Alih-alih menuruti keinginan mereka, pemerintah Senegal menanggapi aksi protes tersebut dengan cara menggelar demonstrasi tandingan & menangkapi ratusan orang pendukung kemerdekaan Casamance, tak terkecuali Pastor Senghor. Merasa kalau metode damai tidak ada gunanya, sejak tahun tersebut MFDC pun beralih ke metode perjuangan bersenjata dengan Atika (bahasa Diola untuk "pejuang") sebagai nama dari sayap militernya.


BERJALANNYA KONFLIK

Pemberontakan yang Diikuti Kekerasan Rasial

Ketika pertama kali memulai pemberontakan, MFDC / Atika hanya dilengkapi dengan persenjataan seadanya seperti senapan berburu & senjata tradisional. Namun sejak akhir dekade 90-an, MFDC mulai menggunakan persenjataan modern seperti senapan otomatis & granat tangan.

Senjata-senjata tersebut diduga kuat berasal dari Mauritania - negara tetangga Senegal di sebelah utara - karena pemerintah Senegal membiarkan kelompok pemberontak FLAM yang bermusuhan dengan pemerintah Mauritania menggunakan wilayah Senegal sebagai markasnya. Pemerintah Mauritania lantas membalasnya dengan cara mempersenjatai MFDC.

Peta provinsi-provinsi Senegal. (wikipedia.org)

Pemerintah Senegal sebenarnya tidak hanya menggunakan taktik militer semata untuk membungkam aktivitas MFDC. Untuk mengaburkan identitas Casamance sebagai daerah tersendiri, wilayah tersebut oleh pemerintah Senegal dipecah menjadi 2 provinsi baru : Kolda & Ziguinchor (serta Sedhiou pada tahun 2008).

Kemudian untuk menghilangkan kesan kalau etnis Diola adalah etnis yang terpinggirkan, pemerintah Senegal mengangkat 2 menteri baru dari daerah Casamance & mengganti walikota-walikota di wilayah Casamance dengan orang lokal. Namun semua upaya tadi masih belum berhasil menghentikan sepak terjang MFDC.

Kembali ke medan konflik. Selama melakukan pemberontakan, MFDC melakukan serangan yang terkesan berbau rasial karena selain menargetkan personil militer & properti milik pemerintah Senegal, MFDC juga menyerang pemukiman milik orang etnis non-Diola & bahkan membakar mereka hidup-hidup dalam sejumlah kasus.

Bukan hanya itu, MFDC juga melakukan pemalakan kepada penduduk lokal & memaksa mereka menjadi anggota milisi MFDC. Di pihak lawan, militer Senegal juga menggunakan metode yang tidak kalah keras untuk meredam pemberontakan MFDC. Misalnya dengan cara melakukan penangkapan massal & membunuh orang-orang yang dicurigai sebagai simpatisan MFDC tanpa melalui proses hukum.

Semakin kacaunya kondisi keamanan di Casamance lantas berujung pada timbulnya arus pengungsi dari daerah tersebut ke negara-negara tetangga Senegal seperti Gambia & Guinea-Bissau. Munculnya kamp-kamp pengungsi di negara tetangga Senegal lantas dimanfaatkan oleh MFDC untuk melanjutkan perlawanannya dari sana.

Tidak tanggung-tanggung, militer Senegal sampai nekat menerobos wilayah Guinea-Bissau untuk mengejar milisi-milisi MFDC, sehingga militer Senegal & Guinea-Bissau sempat terlibat kontak senjata singkat pada bulan Mei 1990.

Tentara Senegal. (seneplus.com)

Bulan Mei 1991, pemerintah Senegal & MFDC yang diwakili oleh Sidi Badji sepakat melakukan gencatan senjata pasca perundingan damai yang digelar di Cacheu, Guinea-Bissau. Berdasarkan kesepakatan tersebut, MFDC tidak akan melanjutkan pemberontakannya. Sebagai gantinya, pemerintah Senegal akan menarik mundur militernya dari wilayah Casamance & membebaskan para tahanan politik Casamance.

Alih-alih sukses mengakhiri konflik, kesepakatan damai tersebut malah berujung pada pecahnya MFDC menjadi 2 kubu : kubu utara (Front Nord) yang loyal kepada Badji & kubu selatan (Front Sud / FS) yang bertekad tidak akan berhenti mengangkat senjata sebelum Casamance benar-benar merdeka.


Menuju Casamance yang Lebih Damai
Sejak tahun 1995, intensitas konflik di Casamance semakin meningkat berkat keberhasilan FS MFDC mendapatkan stok persenjataan baru dari Gambia & Guinea-Bissau. Selain melakukan serangan sembunyi-sembunyi terhadap pos militer & patroli pasukan Senegal seperti yang sudah-sudah, MFDC juga menggunakan taktik menanam ranjau di tempat-tempat yang sering dilewati oleh pasukan Senegal.

Baik Sidi Badji maupun Pastor Senghor yang sudah dibebaskan sejak tahun 1991 sama-sama meminta agar milisi-milisi MFDC yang masih aktif mengangkat senjata segera menghentikan perlawanannya, namun imbauan mereka tidak digubris oleh MFDC.

Tentara Senegal yang sedang memegang ranjau darat. (starafrica.com)

Awal tahun 1999, Abdou Diouf yang menjabat sebagai presiden Senegal melakukan pertemuan dengan Pastor Senghor di Ziguinchor, kota terbesar di Casamance. Pertemuan dengan tokoh kharismatik Casamance yang dilakukan di tanah Casamance diharapkan bisa menjadi langkah simbolik untuk menunjukkan kalau Senegal & Casamance tetap bisa bersatu secara damai.

Pada periode yang kurang lebih bersamaan, tokoh-tokoh MFDC juga melakukan pertemuan di Gambia untuk menangani masalah perbedaan pendapat dalam faksi MFDC. Parade & demonstrasi damai juga digelar oleh organisasi wanita & para pemuka agama di Casamance.

Tahun 2000, Abdoulaye Wade naik menjadi presiden baru Senegal. Sebagai upayanya untuk mengakhiri konflik di Casamance, Wade melanjutkan perundingan damai dengan Pastor Senghor, namun menjadikan Salif Sadio - salah satu petinggi senior MFDC yang paling radikal - sebagai buronan negara.

Wade juga bersedia mengucurkan uang kepada para petinggi MFDC & tetua-tetua lokal Casamance jika mereka bisa menjamin para pengikutnya berhenti mengangkat senjata. Hasilnya, pada akhir tahun 2004 dicapailah kesepakatan damai antara MFDC & pemerintah Senegal. Kesepakatan damai tersebut sayangnya tidak diakui oleh faksi MFDC pimpinan Sadio sehingga konflik di Casamance pun masih tetap berlanjut.

Abdoulaye Wade & Diacamoune Senghor. (un.org)

Tahun 2011, Senegal memutus hubungan diplomatik dengan Iran karena adanya tuduhan kalau Iran menjual persenjataan ke MFDC secara sembunyi-sembunyi. Setahun kemudian, Macky Sall terpilih sebagai presiden baru Senegal menggantikan Wade. Seperti para pendahulunya, Sall juga berkomitmen mengakhiri konflik di Casamance sesegera mungkin.

Upaya tersebut akhirnya terwujud setelah pada akhir April 2014, Salif Sadio mengumumkan gencatan senjata melalui siaran radio pasca perundingan antara perwakilan MFDC dengan pemerintah Senegal di Italia. Peristiwa tersebut sekaligus menandai akhir dari konflik panjang yang membelit Casamance.

Berdasarkan data tahun 2003, jumlah korban tewas dalam konflik Casamance mencapai 5.000 jiwa. Sementara 50.000 lainnya yang masih hidup harus kehilangan tempat tinggal mereka & menjadi pengungsi. Sekitar 15.000 di antara mereka sudah mulai kembali ke Casamance pasca kesepakatan damai di tahun 2004.

Namun, kombinasi dari masih buruknya situasi keamanan akibat maraknya peredaran senjata ilegal, banyaknya ranjau darat di daerah pelosok, & lambatnya proses rekonstruksi oleh pemerintah Senegal membuat upaya mereka untuk kembali hidup normal menjadi jauh lebih sulit. Rakyat Casamance masih harus menempuh jalan panjang untuk menggapai kehidupan makmur yang mereka impikan.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
-  Waktu : 1982 - 2014
-  Lokasi : Casamance (Senegal selatan)

Pihak yang Bertempur
(Negara)  -  Senegal
     melawan
(Grup)  - MFDC

Hasil Akhir
-  Konflik berakhir tanpa pemenang yang jelas
-  Casamance tetap menjadi wilayah Senegal

Korban Jiwa
Lebih dari 5.000 jiwa



REFERENSI

Al Jazeera. 2011. "Senegal severs ties with Iran".
(www.aljazeera.com/news/2011/2/23/senegal-severs-ties-with-iran)

BBC. 2014. "Senegal's Casamance MFDC rebels declare a ceasefire".
(www.bbc.com/news/world-africa-27221999)

Fall, A.. 2010. "Understanding The Casamance Conflict".
(www.kaiptc.org/publications/monographs/monographs/monograph-7-aissatou.aspx)

GlobalSecurity.org. "Mouvement des Forces Democratiques de Casamance".
(www.globalsecurity.org/military/world/para/mfdc.htm)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.