Suriname, Negara Mini dengan Keberagaman Tinggi



Bendera Suriname. (Sumber)

Suriname adalah nama dari sebuah negara kecil yang terletak di pantai utara Amerika Selatan. Negara yang beribukota di Paramaribo ini berbatasan dengan Samudera Atlantik di utara, Guyana Perancis di timur, Brazil di selatan, & Guyana di sebelah barat. Karena Suriname dulunya merupakan koloni Belanda, negara ini pun menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa resminya. Sementara kalau di ranah sepak bola, negara ini terkenal sebagai penyumbang pemain-pemain kulit gelap yang berbakat untuk timnas Belanda seperti Ruud Gulit, Edgar Davids, Patrick Kluivert, & Georginio Wijnaldum.

Suriname bukanlah negara yang asing untuk khalayak Indonesia karena walaupun kecil, negara ini memiliki populasi orang keturunan Jawa yang jumlahnya cukup banyak. Berbeda dengan anggapan awam, orang-orang keturunan Jawa di Suriname aslinya hanyalah minoritas karena jumlah populasi mereka tidak sampai 20%. Adanya orang-orang keturunan Jawa di Suriname tidak lepas dari kebijakan penguasa Suriname di era kolonial untuk mendatangkan tenaga kerja dari benua lain. Sekarang, tanggal 9 Agustus diperingati oleh orang-orang keturunan Jawa di Suriname sebagai tanggal kedatangan pertama leluhur mereka.

Wilayah yang kelak dikenal sebagai Suriname sudah lama dijelajahi oleh orang Eropa sejak rombongan pimpinan Christopher Columbus melakukan ekspedisi ke Benua Amerika pada abad ke-15. Namun baru pada tahun 1651, orang-orang Eropa mendirikan kompleks pemukiman permanen di wilayah tersebut. Tepatnya oleh para pemukim Inggris & budak-budaknya yang berencana menjadikan tanah baru tersebut lahan pertanian. Wilayah baru tersebut kemudian diberi nama "Willoughbyland" karena orang yang mensponsori upaya pendirian pemukiman tersebut adalah Francis Willoughby, gubernur koloni Barbados.

Tahun 1667, Willoughbyland diserbu oleh kapal-kapal Belanda karena Inggris & Belanda pada saat itu sedang terlibat perang. Tanggal 31 Juli 1667, perang antara keduanya berakhir pasca diresmikannya perjanjian damai di Breda, Belanda. Berdasarkan perjanjian tersebut, Willoughbyland menjadi milik Belanda. Sebagai gantinya, Inggris memperoleh Nieuw Amsterdam (sekarang menjadi kota New York, AS) & sejumlah pos dagang milik Belanda di Afrika. Dicapainya Perjanjian Breda sekaligus mengawali perjalanan sejarah Willoughbyland sebagai daerah kekuasaan Belanda.


Peta lokasi Suriname. (Sumber)


BERPINDAH KE TANGAN BELANDA

Oleh Belanda, nama Willoughbyland kemudian diganti menjadi "Suriname" di mana nama baru tersebut diambil dari nama Surinen, penduduk pribumi Suriname ketika orang Eropa pertama kali menjamah daerah tersebut. Seperti halnya Inggris, Belanda juga menjadikan Suriname sebagai daerah pertanian komersial dengan gula sebagai komoditas utamanya. Adapun selain gula, komoditas-komoditas lain yang juga ditanam di Suriname adalah kopi, cokelat, kapas, & nila. Untuk menggarap lahan-lahan perkebunan yang ada di Suriname, para pemilik lahan mengandalkan budak-budak yang sebagian besarnya didatangkan dari pesisir barat Afrika.

Tahun 1863, pemerintah Belanda secara resmi melarang perbudakan di Suriname. Supaya bisa mendapatkan tenaga kerja yang mereka perlukan untuk menggarap lahan perkebunan, para pemilik lahan perkebunan kemudian beralih ke sistem kuli kontrak. Budak-budak yang baru saja dibebaskan melanjutkan pekerjaannya dengan sistem kontrak kerja.

Selain bekas budak, pemerintah koloni Suriname juga mendatangkan kuli kontrak dari India, Cina, Kepulauan Madeira (gugus kepulauan kecil milik Portugal di sebelah barat Maroko), & Pulau Jawa. Dikombinasikan dengan penduduk pribumi Indian & para pemilik lahan yang semuanya merupakan orang-orang Eropa, Suriname pun menjadi koloni dengan komposisi penduduk yang unik & sangat beragam.

Tahun 1916, perusahaan Alcoa yang berbasis di AS memulai penambangan bauksit di Suriname. Begitu pentingnya keberadaan tambang bauksit di Suriname bagi AS sehingga ketika Belanda diduduki oleh Jerman di tengah-tengah meletusnya Perang Dunia II, AS mengirimkan pasukannya untuk menduduki Suriname supaya tambang bauksit di daerah tersebut tidak bisa dimanfaatkan Jerman. Ketika Perang Dunia II berakhir dengan kekalahan Jerman & sekutunya, Suriname kembali berada di bawah pengelolaaan Belanda.

Lukisan mengenai pabrik gula di Suriname pada era kolonial. (Sumber)

Sebagai respon atas mengglobalnya sentimen nasionalisme & kemerdekaan di daerah-daerah bekas koloni Eropa, Belanda memberikan status otonomi khusus kepada Suriname sejak tahun 1954. Dengan status barunya ini, Suriname bisa mengelola urusan domestiknya secara mandiri & rakyat Suriname bisa memilih perdana menterinya sendiri via pemilu. Namun, daerah yang bersangkutan tetap mengakui ratu Belanda yang diwakili gubernur sebagai kepala negaranya. Belanda juga tetap memberikan bantuan uang kepada Suriname & bertanggung jawab atas urusan keamanan serta hubungan luar negeri Suriname.

Ada beberapa partai politik yang bermunculan di Suriname sebagai respon atas pemberian otonomi khusus oleh Belanda. Partai-partai tersebut adalah Nationale Partij Suriname (NPS; Partai Nasional Suriname) yang beranggotakan golongan elit orang-orang keturunan campuran Eropa & kulit hitam (Kreole), Progressieve Suriname Volkspartij (PSV; Partai Rakyat Progresif Suriname) yang beranggotakan golongan kelas bawah Kreole, Verenigde Hindu Partij (VHP; Partai Persatuan Hindu) yang beranggotakan keturunan imigran India, & Kaum-Tani Persatuan Indonesia (KTPI) yang beranggotakan keturunan imigran Indonesia. Tahun 1961, muncul lagi partai baru bernama Partij Nationalistische Republiek (PNR; Partai Nasionalis Republik) yang mengusung ideologi kiri.



MENJADI NEGARA MERDEKA

Pasca pemilu di tahun 1973, pemerintahan Suriname dikuasai oleh koalisi NPS, PSV, KTPI, & PNR. Koalisi ini ingin agar Suriname segera memerdekakan diri dari Belanda. Keinginan mereka ditanggapi positif oleh Belanda yang kemudian memberikan kemerdekaan penuh kepada Suriname pada tahun 1975.

Pasca merdeka, perekonomian Suriname mengalami kemerosotan & pengangguran semakin merajarela. Sementara di sektor politik, pada tahun 1977 Henck Arron yang berasal dari NPS terpilih kembali menjadi perdana menteri. Namun kemenangan Aaron menuai kontroversi karena ia dituduh memanipulasi suara & menggunakan uang bantuan dari Belanda untuk kepentingan partainya sendiri alih-alih untuk kepentingan rakyat Suriname. Kombinasi dari faktor-faktor tadi lantas berujung pada timbulnya kudeta militer di Suriname pada tahun 1980.

Henck Arron. (Sumber)

Rakyat Suriname yang sudah gerah dengan rezim Arron awalnya menyambut baik peristiwa kudeta tersebut. Namun kombinasi dari semakin memburuknya perekonomian negara & keengganan rezim militer untuk melepaskan kekuasaannya membuat rakyat Suriname mulai berdemonstrasi mengecam para pelaku kudeta. Ditekan dari dalam & luar negeri, pemerintahan militer Suriname kemudian melakukan pembicaraan dengan partai-partai politik Suriname.

Hasilnya, para tahun 1985 mereka membentuk parlemen nasional yang baru & merancang konstitusi baru yang mulai dijalankan pada tahun 1987 pasca referendum di tahun yang sama. Berkat konstitusi baru ini, Suriname berubah menjadi negara dengan sistem presidensiil. Pemilu juga digelar di tahun tersebut untuk menentukan komposisi pemerintahan Suriname yang baru.

Masalah pemerintahan sudah dibenahi, muncul masalah baru di sektor keamanan pasca munculnya pemberontakan oleh kelompok Jungle Commando (JC; Prajurit Hutan). JC dipimpin oleh Ronnie Brunswijk & keanggotaannya didominasi oleh orang-orang Bosnegers, keturunan Negro Afrika & pribumi Indian yang tinggal di kawasan pelosok serta hutan.

Militer Suriname merespon aksi pemberontakan tersebut secara membabi buta sehingga banyak orang Bosnegers yang kemudian mengungsi ke Guyana Perancis. Tahun 1989, dengan difasilitasi oleh Perancis, JC sepakat untuk berhenti melakukan pemberontakan. Sebagai gantinya, para anggota JC akan direkrut menjadi anggota polisi.

Tentara Suriname. (Sumber)

Militer Suriname menolak kesepakatan damai dengan JC sehingga mereka pun nekat kembali melakukan kudeta pada tahun 1990. Seperti halnya peristiwa kudeta pertama, kudeta kali ini juga menuai kecaman dari luar negeri sehingga pemerintahan militer Suriname pun menggelar pemilu pada tahun 1991. Hasilnya, parlemen nasional yang baru berhasil dibentuk via pemilu & Ronald Venetiaan naik menjadi presiden Suriname yang baru.

Tak lama berselang, Venetiaan mencabut semua hak politik yang dimiliki oleh militer Suriname. Venetiaan juga melanjutkan kesepakatan damai dengan JC & para pengungsi Bosnegers di Guyana Perancis mulai kembali ke Suriname. Walaupun kondisi keamanan Suriname sudah membaik, negara tersebut masih harus bergulat dengan masalah keterbatasan infrastruktur di daerah pelosok, sengketa perbatasan dengan Guyana, & perdagangan narkoba ilegal.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



BIODATA

Nama resmi : Republiek Suriname
Tahun aktif : 1975 - sekarang
Ibukota : Paramaribo
Bentuk pemerintahan : republik
Luas wilayah : 163.821 km persegi
Mata uang : dollar Suriname
Bahasa nasional : Belanda



REFERENSI

The Guardian - Henck Arron
The Jakarta Post - Suriname Anniversary
World Statesmen.org - Suriname
- . 2008. "Breda, Treaty of". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.
Chin, H. E.. 2008. "Suriname". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

 





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.