Republik Venezia, Bekas Negara Adidaya di Laut Tengah



Istana Doge di kota Venezia. (Sumber)

Venezia adalah kota dengan ciri khas yang begitu menonjol. Bagaimana tidak, kota yang terletak di Italia utara ini jalanannya dipenuhi oleh kanal-kanal kecil. Dikombinasikan dengan pemandangannya yang indah & banyaknya peninggalan bertema Abad Pertengahan di sana, Venezia pun menjadi salah satu tujuan wisata favorit para pelancong yang datang dari berbagai penjuru dunia.

Venezia juga terkenal karena kota ini di masa silam menjadi ibukota dari Republik Venezia, negara yang di masa jayanya merupakan salah satu negara terkuat di Laut Tengah / Mediterania. Republik Venezia atau lengkapnya Republik Venezia yang Paling Tentram (Serenisima Respublica de Venesia) adalah nama dari negara yang pernah berdiri di Italia utara pada abad ke-7 hingga akhir abad ke-18.

Apa yang membuat Venezia unik jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya pada masa itu adalah Venezia tidak menggunakan sistem monarki, melainkan sistem republik dengan sosok bernama doge sebagai pemimpinnya. Di masa jayanya, wilayah Republik Venezia sempat membentang hingga Kroasia, Yunani, & Siprus.

Ada sejumlah tokoh terkenal yang berasal dari republik ini. Namun dari sekian banyak tokoh tersebut, mungkin tidak ada yang popularitasnya menyamai Marco Polo. Pedagang kelahiran Venezia ini terkenal karena pada ke-13, ia sempat melakukan kunjungan langsung ke sejumlah tempat di Asia.

Di Indonesia sendiri, Marco Polo diketahui pernah singgah di Kerajaan Samudera Pasai. Catatan perjalanan yang dibuat oleh Marco Polo lantas menginspirasi orang-orang Eropa lain untuk melakukan perjalanan ke Asia karena tergiur akan iming-iming kekayaan melimpah yang ada di sana.



DIDIRIKAN OLEH PARA PENGUNGSI

Pasca runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat, bangsa-bangsa asing menyerbu Semenanjung Italia silih berganti. Sebagian dari penduduk yang mendiami semenanjung lantas mengungsi ke pulau-pulau kecil yang terletak di pesisir Italia utara. Di sana, mereka mendirikan perkampungan yang menjadi cikal bakal kota Venezia.

Pemimpin dari perkampungan tersebut dikenal dengan sebutan "doge" & dipilih melalui sistem rapat akbar. Konsep doge bisa dibilang sebagai hasil persilangan antara raja & presiden di era modern karena sekali terpilih, doge akan bertahta hingga akhir hayatnya. Sistem doge diperkirakan mulai digunakan di Venezia sejak akhir abad ke-7.

Italia sendiri pada masa itu menjadi arena perebutan pengaruh antara Kekaisaran Perancis & Kekaisaran Romawi Timur / Byzantium. Dampaknya, sejak abad ke-8 posisi doge menjadi perebutan antara faksi pro-Perancis dengan faksi pro-Byzantium. Tahun 810, Pepin selaku raja Italia merangkap putra kaisar Perancis bahkan bertindak lebih jauh dengan cara memimpin pasukannya untuk menginvasi Venezia.

Peta lokasi Kepulauan Venezia (panah merah).

Namun invasi tersebut berakhir dengan kegagalan akibat serangan wabah penyakit & kondisi Venezia yang dipenuhi oleh rawa-rawa. Kondisi geografis Venezia yang unik ini dalam perkembangannya menjadi salah satu faktor mengapa Venezia bisa bertahan selama berabad-abad dari ancaman negara-negara rivalnya.

Pasca gagalnya invasi tadi, Perancis mengakui Venezia sebagai bagian dari wilayah Byzantium yang memiliki kemandirian luas. Dicapainya kesepakatan antara 2 negara adidaya Eropa tadi lalu dimanfaatkan oleh Venezia untuk memperkuat diri. Bangunan-bangunan modern untuk standar di masa itu bermunculan. Jumlah kapal yang dimiliki armada Venezia kian bertambah. Venezia tumbuh menjadi negara dagang yang kaya.

Begitu besarnya kekuatan yang dimiliki Venezia pada periode ini sampai-sampai negara maritim tersebut berhasil memperoleh hak istimewa untuk berdagang di perairan Byzantium pada akhir abad ke-11. Ketika Kaisar John II mencoba mencabut hak istimewa tersebut, Venezia langsung mengerahkan kapal-kapal perangnya sehingga John II terpaksa membatalkan niatnya.

Tahun 1172, sistem politik Venezia mengalami perubahan menyusul didirikannya Dewan Besar Venezia (Maggior Consiglio di Venezia) yang beranggotakan perwakilan keluarga-keluarga berpengaruh di Venezia. Keberadaan Dewan Besar pada gilirannya membuat ruang lingkup kekuasaan doge kini tidak lagi seluas sebelumnya.

Peran doge dalam perkembangannya kian terbatas menyusul dikeluarkannya serangkaian peraturan baru. Sementara itu dalam hal politik luar negeri, wilayah Venezia pada abad ke-11 sudah mencapai pesisir Dalmatia yang terletak di Kroasia barat. Hubungan Venezia dengan Byzantium juga kembali memburuk menyusul terjadinya pengusiran & pembantaian orang-orang Italia di Konstantinopel, ibukota Byzantium.


(Atas-bawah) Bendera sipil & bendera perang Republik Venezia. (crwflags.com)


TERJUN DALAM PERANG SALIB

Tahun 1198, Paus Innocent III mengeluarkan mandat yang sekaligus menjadi asal muasal Perang Salib IV. Salah satu bangsawan Eropa yang bersedia melaksanakan mandat tersebut adalah Boniface dari Montferrat, Italia. Namun alasan Boniface bersedia ikut serta dalam Perang Salib IV bukan semata-mata karena faktor agama. Bonifacius memiliki saudara bernama Conrad yang menikah dengan saudari kaisar Byzantium, Isaac II. Ketika Isaac dikudeta oleh Alexius III & putranya melarikan diri keluar Konstantinopel, Boniface pun berniat memanfaatkan Perang Salib sebagai cara supaya keponakannya bisa menjadi kaisar Byzantium.

Untuk mendapatkan bantuan transportasi yang dibutuhkannya, Boniface pun berkunjung ke Venezia. Venezia setuju untuk menyediakan tambahan tentara & kapal angkut untuk membawa pasukan Tentara Salib (Crusader) ke Konstantinopel & Timur Tengah. Terlebih karena Venezia masih menyimpan dendam kepada Byzantium terkait dibantainya para pedagang Venezia di masa silam.

Karena Crusader tidak memiliki uang yang cukup untuk membayar jasa Venezia, Crusader setuju menuruti permintaan Venezia untuk menaklukkan kembali kota Zara / Zadar di Dalmatia yang sempat memberontak karena enggan berada di bawah kendali Venezia. Sesudah itu, mereka bertolak ke Konstantinopel & berhasil menggusur Alexius III dari tahtanya. Putra Isaac II yang kebetulan juga bernama Alexius kemudian naik menjadi kaisar baru dengan gelar Alexius IV.

Alexius IV kemudian melelehkan perabotan-perabotan emas yang ada di Konstantinopel supaya memiliki cukup uang untuk membayar Crusader & Venezia. Tindakan Alexius IV tersebut ganti mengundang rasa tidak suka dari penduduk Konstantinopel sehingga ia pun digulingkan pada tahun 1204.

Melihat peristiwa tersebut, pasukan Crusader & Venezia kembali melakukan penyerbuan ke Konstantinopel yang kali ini berujung pada runtuhnya Byzantium & timbulnya penjarahan besar-besaran di seantero Konstantinopel. Salah satu barang jarahan paling terkenal yang didapat Venezia dari Konstantinopel adalah patung-patung kuda Saint Mark / Santo Markus. Seusai Perang Salib IV, Venezia juga mengalami perluasan wilayah setelah republik maritim tersebut mendapatkan Pulau Kreta (sekarang terletak di Yunani selatan).

Peta negara-negara di Italia utara di tahun 1494. (Jaqen / wikipedia.org)

Hilangnya Byzantium lantas diikuti dengan munculnya rival baru di Semenanjung Italia dalam wujud Republik Genoa. Seperti halnya Venezia, Genoa juga berambisi menguasai jalur dagang di Laut Mediterania. Situasi makin sulit bagi Venezia setelah Palaiogos berhasil mendirikan kembali Kekaisaran Byzantium pada tahun 1261 & kemudian menjalin aliansi dengan Genoa.

Awalnya armada Genoa sempat berhasil menguasai Laut Adriatik & mengepung ibukota Venezia. Namun setelah bala bantuan yang didatangkan Venezia dari pos dagang miliknya di pesisir timur Mediterania melakukan blokade balasan terhadap pasukan Genoa yang disiagakan di Chioggia, sebelah selatan ibukota Venezia. Hasilnya, pada tahun 1380 Genoa kehilangan banyak tentaranya di Chioggia akibat kelaparan & kekuatan militer Genoa sesudah itu mengalami penurunan drastis.

Tahun 1453, Byzantium kembali mengalami keruntuhan setelah ibukotanya ditaklukkan oleh Ottoman. Peristiwa ini memiliki dampak besar bagi Venezia di kemudian hari. Dampak pertama adalah munculnya Ottoman sebagai negara adidaya baru di sebelah timur. Dampak lainnya adalah karena negara-negara Eropa Barat bermusuhan dengan Ottoman, mereka mengandalkan Venezia sebagai perantara untuk mendapatkan komoditas yang selama ini hanya didapat dari jalur dagang di wilayah kekuasaan Ottoman.

Namun hal tersebut tidak berlangsung lama setelah negara-negara tadi melakukan beragam ekspedisi laut untuk mendapatkan rempah-rempah langsung dari sumbernya. Ironisnya, salah satu orang yang menginspirasi ekspedisi tersebut secara tidak langsung adalah Marco Polo lewat catatan perjalanannya selama berkunjung ke Asia.


Armada Belanda & Venezia dalam pertempuran melawan Ottoman di tahun 1649. (Abraham Beerstraten / rijksmuseum.nl)


TERANCAM DARI BARAT & TIMUR

Tahun 1508, nasib Venezia kembali berada di ujung tanduk setelah negara-negara Eropa yang terdiri dari Negara Kepausan. Kekaisaran Romawi Suci, Kerajaan Aragon (Spanyol timur), & Kerajaan Perancis membentuk aliansi Liga Cambrai untuk menaklukkan Republik Venezia & membagi-bagi wilayahnya. Dikeroyok oleh banyak negara sekaligus, pasukan Venezia awalnya kewalahan & terancam mengalami keruntuhan.

Untung bagi Venezia, para anggota Liga Cambrai tidak bersikap kompak hingga akhir. Aragon berhenti memerangi Venezia usai mendapatkan wilayah Apulia (sekarang terletak di Italia tenggara). Perancis batal menginvasi ibukota Venezia pasca meninggalnya menteri Perancis, Georges d'Amboise. Sementara Negara Kepausan khawatir jika runtuhnya Venezia secara total malah akan membuat Semenanjung Italia ganti dikuasai oleh Perancis.

Sementara itu di sebelah timur, Pulau Siprus yang sudah dikuasai oleh Venezia sejak tahun 1489 diserbu oleh pasukan Ottoman pada tahun 1570. Merasa kesulitan untuk mengalahkan Ottoman, Venezia pun meminta bantuan kepada negara-negara Eropa lainnya.

Berkat lobi dari Paus Pius V yang menganggap Ottoman sebagai ancaman bagi kelangsungan agama Kristen di Eropa, negara-negara Eropa lain seperti Spanyol & Malta setuju untuk mengirimkan kapal-kapal perangnya ke Siprus. Namun sebelum berhasil tiba di tempat tujuan, mereka keburu dicegat armada Ottoman di Lepanto, Yunani barat, pada bulan Oktober 1571. Pertempuran tersebut memang berhasil dimenangkan oleh armada Venezia & sekutunya. Namun Venezia harus merelakan Siprus berpindah tangan ke Ottoman.

Ancaman untuk Venezia bukan cuma datang dari negara-negara lain. Pada tahun 1575, ibukota Venezia diserang oleh wabah penyakit pes yang sebelum itu sudah menjangkiti wilayah Eropa lainnya. Akibat wabah tersebut, sekitar 50 ribu orang alias 1 dari 3 penduduk di ibukota Venezia harus kehilangan nyawanya.

Sementara itu di luar ibukota, Venezia menjalin persekutuan dengan Austria yang kebetulan juga sedang berkonflik dengan Ottoman. Hasilnya, pada akhir abad ke-17 wilayah Morea di Yunani selatan berhasil direbut oleh Venezia. Namun Venezia tidak menguasai wilayah tersebut dalam waktu lama setelah Ottoman berhasil menguasai kembali Morea sejak tahun 1718 pasca dicapainya kesepakatan damai di Passarowitz, Serbia.

Peta Republik Venezia (Venetia) di akhir abad ke-18. (bastaitalia.org)

Abad ke-18 sekaligus menjadi momen di mana Republik Venezia menemui ajalnya. Kondisi Venezia pada periode ini memang sudah begitu mengenaskan. Wilayahnya tinggal menyisakan Italia timur laut & pesisir barat Semenanjung Balkan. Angkatan lautnya sudah jauh melemah. Kas negaranya terkuras akibat harus membiayai perang & kian lesunya perdagangan di Laut Mediterania.

Tahun 1797 di tengah-tengah bergolaknya Eropa akibat Revolusi Perancis, Perancis menduduki Italia utara & membubarkan Republik Venezia. Sementara bekas wilayah Republik Venezia diserahkan ke Austria sebagai bagian dari kesepakatan damai. Republik Venezia yang dulunya merupakan negara adidaya pun selanjutnya hanya tinggal kenangan.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



BIODATA

Nama resmi : Serenisima Respublica de Venesia
Tahun aktif : 697 - 1797
Ibukota : Venezia
Bentuk pemerintahan : republik
Luas wilayah : bervariasi
Mata uang : dukat, lira
Bahasa nasional : Venezia, Italia, Latin



REFERENSI

 - . 2008. "John II Comnenus". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

 - . 2008. "Passarowitz, Treaty of". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

D. Chambers, dkk.. 2001. "Venice : A Documentary History". UTP, Toronto, Kanada.

Ehrlich, B.. 2008. "Istanbul". Encylopaedia Britannica, Chicago, AS.

GlobalSecurity.org. "Venetian Republic".
(www.globalsecurity.org/military/world/europe/it-venetian-republic.htm)

Hickman, K.. 2015. "Ottoman-Habsburg Wars: Battle of Lepanto".
(militaryhistory.about.com/od/navalbattles14011600/p/lepanto.htm)

Insidecom. "The Redeemer Festival in Venice and the plague of 1576 on the Lazaretto Island".
(www.venetoinside.com/hidden-treasures/post/redeemer-festival-in-venice-plague-of-1576/)

Iswara N.R.. 2009. "Kesultanan Samudera Pasai".
(melayuonline.com/ind/history/dig/63/kesultanan-samudera-pasai)

R. L. King, dkk.. 2008. "Italy". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

S. Carboni, dkk.. 2007. "Venice’s Principal Muslim Trading Partners: The Mamluks, the Ottomans, and the Safavids".
(www.metmuseum.org/toah/hd/vmos/hd_vmos.htm)

Szalay, J.. 2017. "Marco Polo: Facts, Biography & Travels".
(www.livescience.com/27513-marco-polo.html)

T. F. Madden, dkk.. 2008. "Crusades". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Thayer, B.. "Chioggia".
(penelope.uchicago.edu/Thayer/E/Gazetteer/Places/Europe/Italy/Veneto/Venezia/Chioggia/Chioggia/Britannica_1911*.html)

Wikipedia. "War of the League of Cambrai".
(en.wikipedia.org/wiki/League_of_Cambrai)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.