Invasi Pasukan Yuan Mongol ke Jepang



Kapal Yuan (atas) saat diserbu armada perahu Jepang di tahun 1281.

Mongol adalah nama dari suatu bangsa dari Asia Utara yang terkenal akan keahlian penunggang kudanya. Berkat keahliannya tersebut, pasukan Mongol di Abad Pertengahan berhasil menaklukkan bangsa-bangsa di sekitarnya & menciptakan salah satu kekaisaran terbesar yang pernah ada dengan wilayah yang membentang di atas 2 benua.

Namun kehebatan tersebut seolah tidak terlihat ketika mereka mencoba menaklukkan Jepang yang notabene hanyalah kepulauan kecil di seberang daratan Asia. Upaya penaklukkan Jepang tersebut dilakukan oleh Dinasti Yuan, negara kekaisaran di wilayah modern Cina yang didirikan & dipimpin oleh orang-orang Mongol.

Invasi pasukan Yuan ke Jepang terjadi 2 kali pada tahun 1274 & 1281, di mana keduanya sama-sama berakhir dengan kegagalan. Karena terjangan badai topan menjadi penyebab utama gagalnya invasi pasukan Yuan ke Jepang, masyarakat Jepang pun menjuluki badai tersebut sebagai "kamikaze". Nama julukan yang secara harfiah berarti "angin dewa".



LATAR BELAKANG

Pada abad ke-13, sebagian besar wilayah daratan Asia dikuasai oleh Kekaisaran Mongol. Di Asia Timur, wilayah kekuasaan Mongol mencakup wilayah modern Mongolia, Cina utara, & sebagian Siberia. Sementara wilayah Cina bagian selatan sedang dikuasai oleh Dinasti Song.

Kepulauan Jepang sendiri pada waktu itu masih berada di luar kendali Mongol karena lokasinya yang ada di seberang lautan. Terhitung sejak tahun 1192, Jepang dipimpin oleh shogun (semacam panglima militer) yang berasal dari daerah Kamakura sehingga periode tersebut juga dikenal dengan sebutan "Keshogunan Kamakura".

Tahun 1259, Mongke Khan selaku pemimpin Mongol meninggal tanpa sempat menunjuk calon penggantinya. Kubilai Khan kemudian naik menjadi pemimpin baru Mongol setelah ia berhasil mengalahkan rivalnya yang bernama Arigboge pada tahun 1264.

Kubilai sadar kalau Jepang masih berada di luar kendali Mongol sehingga ia pun mengirimkan utusan ke Jepang pada tahun 1266 untuk meminta mereka membayar upeti & mengakui Mongol sebagai negara atasannya. Namun permintaan Kubilai tersebut tidak digubris oleh shogun.

Kubilai Khan. (Eugene a / wikipedia.org)

Kubilai belum menyerah & ia beberapa kali kembali mengirimkan utusan ke Jepang hingga 6 tahun berikutnya. Namun sikap shogun masih tetap sama. Ia bahkan kini berani melarang utusan dari Mongol untuk menginjakkan kakinya di Pulau Honshu, pulau terbesar di Jepang yang juga merupakan lokasi dari pusat pemerintahan. Kubilai jelas merasa jengkel, namun ia belum bisa menggunakan opsi militer karena Mongol pada waktu itu masih terlibat perang dengan Dinasti Song.

Tahun 1271, Mongol akhirnya berhasil menaklukkan Dinasti Song. Wilayah kekuasaan Dinasti Song lalu dilebur dengan wilayah kekuasaan Kubilai di mana kekaisaran yang terbentuk dari hasil peleburannya dikenal dengan nama Dinasti Yuan / Yuan Raya.

Takluknya Dinasti Song sekaligus membuat Kubilai kini bisa mengalihkan fokusnya ke Jepang. Awalnya Kubilai berencana langsung menginvasi Jepang pada tahun 1272. Namun atas usulan dari penasihatnya, invasi ke Jepang baru dilakukan pada tahun 1274 supaya ada cukup waktu untuk menyiapkan pasukan & perbekalan.

Di atas kertas, kondisi Yuan & Jepang jika dibandingkan bak bumi & langit. Yuan merupakan salah satu negara terbesar di Asia. Sementara Jepang hanyalah negara kepulauan kecil yang kondisi domestiknya tidak benar-benar solid akibat seringnya terjadi konflik antar klan.

Dari segi teknologi, Yuan menyerap beragam teknologi militer termutakhir pada masanya seperti meriam kecil, bom api, busur silang (crossbow), hingga ketapel raksasa. Sementara pasukan Jepang masih mengandalkan senjata tradisional seperti pedang & panah.

Untuk keperluan invasinya ke Jepang, Yuan menyiapkan pasukan berjumlah 40.000 personil, di mana 15.000 di antaranya diambil dari Goryeo, kerajaan bawahan Yuan di Semenanjung Korea. Sebanyak 900 kapal disiapkan untuk mengangkut pasukan Yuan dari Semenanjung Korea menuju Jepang.

Di pihak lawan, Jepang hanya memiliki pasukan berjumlah maksimum 10.000 personil. Namun semua hal tersebut tidak lantas menunjukkan kalau Jepang sama sekali tidak memiliki harapan untuk menang mengingat mereka bertarung di tanah airnya sendiri. Lalu kendati pasukan Mongol merupakan salah satu pasukan terkuat pada masanya, reputasi mereka dalam perang di seberang lautan masih belum teruji.


Peta lokasi Fukuoka, kota di tepi Teluk Hakata. (worldatlas.com)


INVASI PERTAMA (1274)

Kapal-kapal Yuan mulai berlayar meninggalkan Semenanjung Korea pada musim semi waktu tahun 1274. Destinasi pertama armada kapal tersebut adalah pulau-pulau kecil Tsushima, Komota, & Iki yang terletak di antara Semenanjung Korea & Kepulauan Jepang.

Tanpa kesulitan berarti, pasukan Yuan membantai habis penduduk di kedua pulau tersebut sebelum kemudian melanjutkan perjalanannya ke Pulau Kyushu, Jepang barat. Pasukan Mongol akhirnya tiba di Teluk Hakata (sekarang menjadi lokasi kota Fukuoka) pada bulan November, di mana pasukan Jepang sudah menunggu mereka.

Pasukan Jepang pada masa itu memiliki kebiasaan maju ke depan untuk berhadap-hadapan langsung dengan prajurit lawan, mengucapkan nama klan asalnya, lalu baru mulai bertarung 1 lawan 1 hingga lawannya tewas. Ritual unik ini merupakan bagian dari kode etik samurai yang dikenal dengan istilah "bushido". Kebiasaan ini tidak hanya dilakukan oleh samurai yang menggunakan pedang, tetapi juga oleh samurai yang bertarung menggunakan panah sambil menunggang kuda.

Pasukan Yuan di lain pihak tidak familiar dengan praktik tersebut. Sehingga ketika mereka melihat pasukan Jepang berlarian ke arah mereka, respon pasukan Yuan adalah memanahi prajurit lawan secara beramai-ramai.

Terlebih dalam sejarahnya, pasukan berkuda Mongol dalam pertempuran terbuka memang mengandalkan taktik memanahi pasukan musuh sambil berlari ke arah berlawanan untuk menjaga jarak & menguras stamina musuh. Bukan hanya itu, dalam perang melawan pasukan Jepang ini pasukan Yuan juga dilengkapi dengan anak panah beracun & ketapel pelontar bom.

Kelanjutan dari pertempuran ini sudah bisa ditebak. Prajurit Jepang bergelimpangan 1 demi 1, sementara mereka yang masih hidup terpaksa mundur hingga beberapa kilometer. Pasukan Yuan mencoba mengejar, namun terbatasnya persediaan anak panah yang mereka bawa membuat mereka tidak bisa meninggalkan teluk terlalu jauh.

Ilustrasi pasukan kavaleri Yuan. (greenmanlongbows.co.uk)


Malam pun tiba di mana pasukan Yuan mengakhiri pertempuran pada hari tersebut dengan kemenangan meyakinkan. Namun pasukan Yuan tidak bisa langsung berpesta merayakan kemenangan akibat memburuknya cuaca di Teluk Hakata. Supaya kapal-kapal mereka tidak terdampar akibat badai, pasukan Yuan pun terpaksa kembali ke kapal & pergi ke laut lepas untuk sementara waktu.

Sial bagi mereka, badai tersebut malah menenggelamkan 200 kapal & 13.000 prajurit Yuan di tengah laut. Dengan sisa-sisa kekuatan yang ada, mereka pun terpaksa kembali ke Semenanjung Korea & membatalkan rencana awal mereka untuk kembali menyerbu Jepang sesegera mungkin.



PERIODE JEDA ANTAR PERANG (1274 - 1281)

Invasi pasukan Yuan memberikan banyak pelajaran penting bagi penduduk Jepang, utamanya soal taktik militer bangsa asing. Pihak keshogunan sadar kalau pasukan Yuan akan kembali lagi suatu hari nanti.

Maka, shogun pun memerintahkan pembangunan barikade tembok setinggi 4 meter lebih di sekeliling Teluk Hakata & perahu-perahu kecil untuk mempersulit pendaratan musuh ke pantai. Sementara itu di Cina daratan, Kubilai tidak terlalu risau dengan kegagalan menaklukkan Jepang karena menurutnya kegagalan tersebut disebabkan oleh faktor cuaca.

Tahun 1679, Kubilai mengirimkan 6 orang utusan ke Jepang untuk meminta pemimpin Jepang datang ke ibukota Yuan & berlutut di hadapan Kubilai. Alih-alih menurut, para utusan tersebut malah dipenggal & kepala mereka dikirim ke ibukota Yuan.

Kubilai yang murka lantas meresponnya dengan cara mendirikan lembaga kementerian khusus untuk menyiapkan invasi militer ke Jepang pada tahun 1280. Sementara pihak keshogunan yang sadar akan konsekuensi tindakannya menyiapkan 100.000 prajurit di Pulau Kyushu & 20.000 prajurit cadangan di Pulau Honshu.

Persiapan yang digelar oleh pihak Yuan tidak kalah megah. Mereka menyiapkan 140.000 tentara, di mana 100.000 di antaranya merupakan orang Cina. Kapal yang jumlahnya mencapai 4.400 buah juga turut disiapkan untuk keperluan transportasi.

Yuan berencana menginvasi Jepang dari 2 arah sekaligus. Pasukan pertama berjumlah 40.000 personil & akan diberangkatkan dari Semenanjung Korea. Sementara pasukan kedua jumlahnya mencapai 100.000 personil & akan berlayar dari Cina selatan.


Sisa-sisa dinding barikade di Teluk Hakata. (findingfukuoka.wordpress.com)


INVASI KEDUA (1281)

Pasukan pertama Yuan akhirnya tiba di lepas pantai Pulau Kyushu pada bulan Juni 1281. Kali ini pasukan Jepang berada dalam kondisi jauh lebih siap. Tembok penghalang yang mereka bangun di Teluk Hakata membuat pasukan Yuan tidak bisa melakukan pendaratan mudah seperti dalam invasi pertama.

Ketika malam tiba, sejumlah samurai yang menggunakan perahu akan menyusup ke lokasi armada kapal Yuan & naik ke atas kapal perang Yuan. Karena para samurai jauh lebih terampil dalam pertarungan jarak dekat, mereka bisa mengalahkan pasukan Yuan dengan mudah dalam pergumulan di atas kapal.

Sesudah berhasil membunuh para awak kapal Yuan, para samurai akan membakar kapal tersebut & kemudian kembali ke perahunya. Kapal-kapal perang Yuan yang lain tidak bisa berbuat banyak untuk mengejar armada perahu Jepang akibat gelapnya malam membatasi jarak pandang mereka.

Kecilnya ukuran perahu yang digunakan oleh pasukan samurai juga membuat mereka bisa berlayar di perairan dekat pantai tanpa khawatir akan resiko terdampar. Taktik ini terus menerus digunakan oleh pasukan samurai hingga beberapa pekan berikutnya.

Kendati taktik tersebut efektif menggerus kekuatan pasukan Yuan, terlalu banyaknya jumlah kapal perang Yuan membuat pasukan Jepang tetap tidak bisa mengusir pasukan Yuan begitu saja. Pasukan Yuan sendiri di lain pihak hanya sebatas mundur & mendirikan perkemahan di pulau-pulau kecil dekat Teluk Hakata sambil menunggu datangnya bala bantuan.

Lukisan mengenai pasukan samurai di tembok Teluk Hakata. (kcpwindowonjapan.com)

Pertengahan Juli, kapal-kapal perang milik pasukan kedua Yuan akhirnya mulai menampakkan diri. Bulan Agustus, seluruh pasukan kedua Yuan tiba di Jepang & mereka siap melakukan serangan gabungan secara masif ke daratan Teluk Hakata.

Fenomena alam yang tidak terduga lagi-lagi terjadi. Tanggal 14 hingga 15 Agustus, badai kamikaze datang & meluluh lantakkan armada Yuan. Setidaknya sekitar 4.000 kapal & 100.000 prajurit Yuan tenggelam akibat ditelan badai & ombak tinggi. Sementara mereka yang selamat namun terdampar di pantai dibunuh atau dijadikan budak oleh para samurai. Sisa-sisa armada Yuan yang tidak terdampar berlayar kembali ke negara asalnya untuk menyampaikan berita kegagalan mereka.



KONDISI PASCA PERANG

Walaupun perang antara Yuan & Jepang mayoritasnya hanya berlangsung di Teluk Hakata, korban jiwa yang ditimbulkan oleh perang ini sangatlah tinggi. Di pihak Yuan & sekutunya, setidaknya 113.000 prajuritnya tewas akibat badai & jumlah tersebut masih belum termasuk mereka yang tewas akibat dibunuh oleh pasukan samurai.

Tidak diketahui secara pasti berapa jumlah korban tewas di pihak Jepang, namun jumlahnya diperkirakan mencapai ribuan. Sementara korban tewas di Pulau Tsushima & Iki mencapai 300 orang, di mana banyak dari mereka merupakan warga sipil biasa.

Kegagalan menginvasi Jepang kenyataannya masih belum membuat Kubilai Khan kapok. Pada tahun 1282, ia mempersiapkan 670 kapal & ratusan ribu ton beras yang diambil dari ladang-ladang di sekitar Sungai Yangtze, Cina selatan. Namun tindakannya ganti menuai rasa tidak suka dari para petani setempat yang nekat melakukan pemberontakan.

Selain mereka, ribuan pekerja pelabuhan di Cina selatan beramai-ramai melakukan desersi & bergabung dengan kawanan pemberontak. Pecahnya pemberontakan ini membuat Kubilai terpaksa membatalkan rencananya untuk kembali menginvasi Jepang.

Sementara itu di pihak Jepang, rakyat Jepang percaya kalau tenggelamnya kapal-kapal Yuan akibat badai merupakan bukti kalau bangsa Jepang merupakan bangsa yang senantiasa berada di bawah perlindungan para dewa. Itulah sebabnya mereka menamai badai tersebut dengan sebutan "kamikaze" (angin dewa). Para samurai menceritakan kisah mengenai badai tersebut secara turun-temurun hingga beberapa abad kemudian yang kelak menjadi pondasi untuk sentimen nasionalisme Jepang pada abad ke-20.

Bom api peninggalan pasukan Yuan di Jepang. (wikiwand.com)

Walaupun invasi Yuan berakhir dengan kegagalan, perang ini tetap membawa dampak negatif bagi Keshogunan Kamakura. Pasalnya selama ini shogun mengandalkan harta jarahan & tanah hasil taklukan untuk membayar para samurainya.

Namun karena pasukan Yuan datang dari luar Jepang, shogun pun tidak bisa menyediakan imbalan kepada para samurainya. Selain dipusingkan oleh para samurai, para pemuka agama Jepang juga meminta shogun membayar mereka karena mereka merasa gagalnya invasi Yuan akibat badai merupakan bukti kalau doa mereka dikabulkan oleh dewa.

Tidak adanya imbalan setimpal yang didapat para samurai lantas membuat pamor shogun di mata pasukannya sendiri mulai memudar. Dampaknya, ketika Go-Daigo naik menjadi kaisar baru Jepang di tahun 1318 & ingin mengakhiri praktik kepemimpinan shogun, banyak dari para samurai bawahan shogun yang menolak membela pemimpinnya.

Perang antara pasukan pendukung shogun melawan pasukan pendukung kaisar pun pecah & berakhir pada tahun 1333 dengan tumbangnya Keshogunan Kamakura. Peristiwa tumbangnya keshogunan ini juga dikenal dengan istilah "Restorasi Kenmu".  -  © Rep. Eusosialis Tawon



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
-  Waktu : 1274, 1281
-  Lokasi : Pulau Kyushu (Jepang barat)

Pihak yang Bertempur
(Negara)  -  Yuan, Goryeo
       melawan
(Negara)  -  Jepang

Hasil Akhir
Kemenangan pihak Jepang

Korban Jiwa
-  Yuan & Goryeo : > 113.000 jiwa
-  Jepang : tidak jelas (sekitar ribuan jiwa)



REFERENSI

Bawden, C. R.. 2008. "Kublai Khan". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Griffiths, A.. "The Mongol Hordes vs. The Samurai Warriors".
(www.historyoffighting.com/the-mongols.php)

Yamada, N.. 1916. "Ghenko: The Mongol Invasion of Japan" (hal. 200-204). Smith, Elder & Co., Inggris.

Royal, D.. 2006. "The Mongol Invasion of Japan".
(www1.american.edu/ted/ice/divine-wind.htm)

Szczepanski, K.. "The Mongol Invasions of Japan".
(www.thoughtco.com/the-mongol-invasions-of-japan-195559)

Weapons and Warfare. 2015. "Battle of Hakata Bay".
(weaponsandwarfare.com/2015/08/26/battle-of-hakata-bay/)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



13 komentar:

  1. Agan bisa beri usulan gk gan klo artikel berikutnya tentang restortasi kemnu dan tentang runtuhnya keshogunan kamakura trimaksih salam

    BalasHapus
  2. seingatku hanya 3 negara yang gagal ditaklukan mongol yaitu jepang, mesir (mamluk) dan indonesia (majapahit)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Vietnam & India juga tidak pernah ditaklukkan Mongol. Vietnam di masa Dinasti Tran memang selalu berhasil mengalahkan pasukan Mongol (Yuan). Tapi karena mereka ingin dapat jaminan supaya di masa depan tidak diinvasi lagi, Dinasti Tran akhirnya melunak & bersedia menyetor upeti ke Yuan.

      India juga tidak pernah ditaklukkan Mongol karena wilayah utaranya terlindung oleh Pegunungan Himalaya & Kesultanan Delhi. Tapi nanti di abad ke-16, ada orang keturunan Mongol (Babur) yang mendirikan kerajaan baru bernama Mughal di wilayah India.

      Hapus
    2. namun yang membedakan dinasti tran dengan majapahit, apabila tran membayar upeti sementara majapahit tidak, CMIIW

      memang saya ingat pendiri dinasti mughal keturunan mongol sehingga tidak heran orang india yang bermarga khan mayoritas beragama islam seperti shahrukh khan,aamir khan dan salman khan

      boleh request tidak perang ain jalut antara mamluk vs mongol sekaligus ingin tahu asal usul dan sejarah mamluk yang awalnya seorang budak lalu menjadi prajurit yang disegani, selain itu aku mau bertanya mengapa saat perang tersebut banyak penganut kristen di timur tengah terutama aliran nestorian yang bersekutu dengan mongol

      Hapus
    3. Usulnya saya tampung dulu. Tapi kalau soal mamluk, sekalian saya jelaskan sedikit di sini. Mayoritas budak yang menjadi mamluk umumnya berasal dari Asia Tengah yang penduduknya punya pola hidup nomaden & pandai menunggang kuda. Makanya mereka familiar dengan taktik pasukan Mongol yang mengandalkan serangan cepat memakai pemanah berkuda & kemudian pura-pura mundur supaya pasukan musuh nanti bisa dikepung. Mereka berhasil mengalahkan Mongol di Ain Jalut juga dengan memakai taktik ini.

      Soal persekutuan antara Mongol dengan Kristen di Timteng, faktor utamanya adalah untuk cari selamat karena reputasi pasukan Mongol saat itu sedang kuat-kuatnya. Jadi pas Mongol jadi penguasa baru mereka (baik secara langsung / sebagai negara bawahan), ya mereka menurut. Sementara Hulagu Khan yang memimpin pasukan Mongol di Asia Barat sendiri kebetulan bersimpati kepada Kristen karena itu adalah agama ibunya.

      Hapus
  3. cerita sejarah yg bagus dan detail , semoga semakin sukses

    BalasHapus
  4. Kedigdayaan Mongol yg menguasai daratan Asia hingga benua Eropa ternyata gagal utk menguasai Jepang, (Mesir), Mamluk & Jawa (Indonesia). Request utk R.E.T, tolong dibahas juga tentang invasi Yuan Mongol ke tanah Jawa. Mengingat selain Mamluk (Mesir), Jawa juga gagal ditaklukkan oleh Kublai Khan pada masa itu.

    BalasHapus
  5. anehnya kenapa majapahit tidak menginvasi australia untuk ekspansi? apa karna disana tidak ada orang pada waktu itu? atau penduduk pribumi disana masih terlalu primitif sehingga majapahit tidak tertarik ekspansi kesana? tidak ada sejarah mengenai ini, apa dihapus oleh belanda?

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.