Kalajengking Transvaal, Makhluk Gurun Penyembur Racun



Kalajengking Transvaal. (arachnipedia.fandom.com)

Kalajengking merupakan hewan yang pastinya tidak asing bagi para pengunjung sekalian. Hewan yang masih berkerabat dengan laba-laba ini amat mudah dikenali berkat penampilannya yang khas. Tubuhnya panjang dengan sepasang capit / pedipalpus di bagian depan tubuhnya. Lalu di bagian belakang tubuhnya, terdapat ekor yang beruas-ruas dengan ujung yang meruncing. Di ujung ekornya itulah, terdapat bisa / racun yang membuat kalajengking begitu ditakuti oleh manusia.

Fungsi utama racun bagi kalajengking adalah untuk mempertahankan diri & melumpuhkan hewan mangsanya. Normalnya kalajengking hanya bisa menyuntikkan racunnya dari jarak dekat dengan cara menusukkan ujung ekornya tersebut ke tubuh lawannya.

Namun tidak demikian halnya dengan kalajengking Transvaal. Pasalnya kalajengking ini bisa menyemburkan racunnya dari jarak yang jauh! Penasaran? Silakan lanjutkan membacanya supaya pengunjung tidak penasaran lagi.

Kalajengking Transvaal atau lengkapnya kalajengking ekor tebal Transvaal (Transvaal thick-tailed scorpion; Parabuthus transvaalicus) adalah nama dari spesies kalajengking yang berasal dari kawasan Afrika bagian tenggara. Nama "Transvaal" pada kalajengking ini berasal dari nama daerah yang sekarang termasuk dalam wilayah negara Afrika Selatan (Afsel). Selain di Afsel, kalajengking ini juga dapat ditemukan di wilayah Zimbabwe, Botswana, Mozambik, serta Swaziland / Eswatini.

Selain dengan nama kalajengking Transvaal, hewan ini juga dikenal dengan nama lain "kalajengking peludah Afrika Selatan" (South African spitting scorpion). Nama itu sendiri aslinya kurang akurat karena kalajengking yang bersangkutan aslinya tidak meludahkan racunnya dari mulut, tapi menembakkannya dari ekor. Mengenai teknik penyemburan racunnya tersebut akan dibahas di bagian lain artikel ini.

Secara garis besar, kalajengking Transvaal memiliki penampilan yang tidak berbeda jauh dari kalajengking pada umumnya. Tubuhnya berbentuk panjang, beruas-ruas, & berwarna cokelat gelap hingga hitam.

Pada bagian ruas-ruas di punggungnya tersebut, terdapat lubang kecil bernama spirakel yang digunakan oleh kalajengking untuk bernapas. Kalajengking Transvaal tergolong sebagai spesies kalajengking yang berukuran besar karena hewan ini bisa tumbuh hingga sepanjang 15 cm lebih.

Kaki kalajengking Transvaal berjumlah 8 & berwarna kemerahan. Capitnya berjumlah sepasang, berwarna kemerahan, & berbentuk ramping. Ekornya berbentuk gemuk, beruas-ruas, & dilengkapi dengan sengat berbentuk melengkung di bagian ujungnya.

Di bagian kepala kalajengking Transvaal, terdapat mata kecil berjumlah 8. Namun karena kalajengking memiliki penglihatan yang buruk, kalajengking Transvaal mengandalkan indra penciumannya yang tajam & bulu-bulu di sekujur tubuhnya yang peka akan getaran untuk mengetahui keadaan sekitarnya.

Kalajengking Transvaal yang sedang memakan kecoa. (exokeepers.blogspot.com)

Habitat favorit kalajengking Transvaal adalah kawasan dengan curah hujan rendah, misalnya di kawasan gurun. Dengan bantuan kaki, capit, & ekornya, kalajengking ini bisa menggali lubang dangkal di atas pasir & kemudian menggunakan lubang tersebut untuk beristirahat.

Selain di dalam liang buatannya, kalajengking ini juga memanfaatkan benda-benda seperti batu, batang kayu, & semak-semak sebagai tempat untuk berteduh di bawahnya supaya terhindar dari panas matahari. Sambil bersembunyi menanti mangsa yang lengah.

Seperti halnya spesies kalajengking lainnya, kalajengking Transvaal adalah hewan karnivora yang makanannya terdiri dari serangga, laba-laba, kalajengking lain, cacing tanah, & bahkan hewan vertebrata kecil semisal kadal.

Begitu ada hewan mangsanya yang melintas, kalajengking ini secara tiba-tiba akan langsung menyergap hewan tadi memakai capitnya, lalu menusuknya dengan sengat ekornya yang beracun. Begitu mangsanya sudah lumpuh, kalajengking ini selanjutnya akan mengunyah bagian tubuh mangsanya yang lunak.




EKOR PENEMBAK RACUN

Sebagai hewan yang hidup dari memakan hewan lain, kalajengking Transvaal juga beresiko dimakan oleh hewan karnivora lain yang berukuran lebih besar. Misalnya burung hantu, cerpelai, kelabang besar, hingga rubah gurun.

Jika kalajengking Transvaal merasakan adanya bahaya, kalajengking Transvaal akan mencoba menakut-nakuti musuhnya dengan cara merentangkan capitnya & mengangkat ekornya. Kalajengking Transvaal juga bisa mengeluarkan bunyi peringatan dengan cara menggosok-gosokkan sengatnya ke atas punggungnya sendiri.

Jika musuhnya masih tidak mau mundur & kemudian malah nekat menyerang, barulah kalajengking ini menyemprotkan racun dari ekornya. Racun yang disemburkan oleh kalajengking Transvaal jaraknya bisa mencapai 1 meter lebih.

Saat menyemprotkan racun, ekor kalajengking Transvaal akan digerak-gerakkan ke segala arah supaya racunnya tersebar & memiliki peluang lebih besar untuk mengenai bagian tubuh yang sensitif (misalnya mata). Saat musuhnya sedang merasa kesakitan, kalajengking Transvaal akan memanfaatkan momen tersebut untuk pergi ke tempat yang lebih aman.

Kalajengking Transvaal juga bisa menusukkan sengatnya untuk memasukkan racunnya ke dalam aliran darah musuhnya. Jika manusia sampai tersengat oleh kalajengking Transvaal, maka luka bekas sengatannya akan terasa panas & perih hingga berjam-jam lamanya. Sesudah itu, orang yang bersangkutan akan merasa lemas, sulit menggerakkan ototnya, & tekanan darahnya meningkat.

Jika sampai terlambat ditolong, orang yang bersangkutan bisa meninggal akibat kelumpuhan pada otot jantung atau paru-parunya. Untungnya, racun kalajengking ini sudah ada penawarnya sehingga orang yang tersengat kalajengking ini tetap bisa selamat jika ditolong tepat waktu.

Sepasang kalajengking yang sedang melakukan ritual kawin. (Christian Canullas / youtube.com)

Kalajengking Transvaal adalah hewan soliter alias penyendiri. Namun saat waktunya kawin tiba, kalajengking jantan akan keluar dari tempat persembunyiannya untuk mencari pasangan kawin. Begitu pejantan berhasil menemukan betina, pejantan akan memukul-mukulkan tanah memakai capitnya supaya betina merasakan getarannya & mengetahui maksud kedatangan pejantan.

Jika betina bersedia untuk kawin, keduanya lalu akan melakukan tarian perkawinan dengan cara saling memegang capit pasangannya, lalu bergerak maju mundur sambil menyentuhkan mulut berulang-ulang selama kurang lebih 30 menit. Selama melakukan tarian perkawinan, pejantan akan menaruh kantong spermanya di atas permukaan yang keras, lalu membimbing betina supaya lubang kelaminnya bersentuhan dengan kantong sperma tadi.

Jika spermanya sudah berhasil masuk ke dalam tubuh betina, perkawinan berakhir & pejantan akan segera pergi supaya tidak dimakan oleh betina. Sementara betina akan mengalami "kehamilan" selama 18 bulan atau kurang. Kehamilan yang dialami oleh kalajengking tidak sama dengan kehamilan pada mamalia karena kalajengking aslinya bertelur, namun telur-telurnya akan tetap disimpan di dalam tubuhnya hingga menetas.

Bayi kalajengking yang baru lahir bentuknya mirip dengan kalajengking dewasa, namun ukurannya kecil & warnanya pucat. Karena bayi kalajengking belum bisa mencari makan sendiri, mereka akan tetap tinggal bersama induknya hingga usia 2 minggu.

Supaya betina bisa mencari makan sambil tetap menjaga anak-anaknya, betina akan menaruh anak-anaknya tersebut di atas punggungnya. Ketika bayi kalajengking sudah melakukan pergantian kulit pertamanya, bayi kalajengking tersebut akan meninggalkan induknya & melanjutkan hidupnya secara mandiri.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Scorpiones
Famili : Buthidae
Genus : Parabuthus
Spesies : Parabuthus transvaalicus



REFERENSI

BioExpedition Publishing. 2017. "Scorpion Anatomy".
(www.scorpionworlds.com/scorpion-anatomy/)

BioExpedition Publishing. 2017. "Scorpion Feeding and Hunting Technique".
(www.scorpionworlds.com/scorpion-feeding/)

Castro, J.. 2015. "Venom-Squirting Scorpions Blind Enemies with Toxin".
(www.livescience.com/50681-venom-squirting-scorpions-blind-enemies.html)

G.A. Polis & J.D. Clarkson. 2008. "Scorpion". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Kgatla, M.. 2018. "Transvaal Fat-Tailed Scorpion".
(www.sanbi.org/animal-of-the-week/transvaal-fat-tailed-scorpion/)

NHM of Zimbabwe. "Parabuthus Scorpions of Zimbabwe".
(naturalhistorymuseumzimbabwe.com/wp-content/uploads/2016/08/Parabuthus-Species-of-Zimbabwe.pdf)

Rein, J.O.. "Parabuthus transvaalicus".
(www.ntnu.no/ub/scorpion-files/p_transvaalicus.php)



TAUTAN EKSTERNAL

Video kalajengking Transvaal saat menyemprotkan racunnya
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.