Kalajengking Angin, Hewan Lincah Bertaring Besar



Kalajengking angin yang sedang mengangkat kaki depannya. (reekoscience.com)

Kalajengking angin (wind scorpion) adalah hewan yang masih memiliki hubungan dengan kalajengking, namun aslinya bukanlah kalajengking. Hehehe, bingung? Jadi, dalam tangga klasifikasi ilmiah, kalajengking angin & kalajengking sungguhan sama-sama dikelompokkan dalam kelas Arachnida karena keduanya sama-sama merupakan hewan darat yang beruas-ruas & memiliki kaki berjumlah 8. Meskipun begitu, kalajengking angin tetap dianggap sebagai hewan yang berbeda dari kalajengking asli karena kalajengking angin tidak memiliki ekor beracun & capit.

Kalajengking angin memperoleh nama demikian bukan tanpa alasan. Hewan ini memang bisa bergerak dengan amat cepat bak angin. Seekor kalajengking angin bisa berlari hingga kecepatan 16 km/jam. Kecepatannya tersebut sekaligus menjadikan kalajengking angin sebagai salah satu invertebrata tercepat di darat. Dengan kecepatannya ini, kalajengking angin bisa bergerak dengan lincah untuk menghindari musuhnya maupun menyergap mangsanya.

Selain dengan nama kalajengking angin, hewan yang bersangkutan juga dikenal dengan nama-nama lain seperti "laba-laba matahari" (sun spider) serta "laba-laba unta" (camel spider). Nama itu sendiri diberikan karena kalajengking angin memang memiliki penampilan yang mirip laba-laba & banyak ditemukan di kawasan gurun yang terik. Namun tidak seperti laba-laba yang sesungguhnya, kalajengking angin tidak memiliki kelenjar racun maupun kelenjar sutra.

Ada lebih dari 1.000 spesies kalajengking angin yang sudah diidentifikasi oleh manusia & mereka semua digolongkan dalam ordo Solifugae. Masing-masing spesies kalajengking angin memiliki ukuran & wujud yang berbeda antar spesies.

Meskipun begitu, masing-masing kalajengking angin tetap memiliki kemiripan ciri fisik satu sama lain. Setiap kalajengking angin memiliki 10 kaki di mana 6 kaki yang letaknya paling belakang berfungsi sebagai kaki jalan, sementara 4 kaki terdepannya berfungsi sebagai alat peraba.

Dua kaki terdepan kalajengking angin aslinya adalah pedipalpus, anggota badan yang kalau pada kalajengking sungguhan bentuknya menyerupai capit. Sekujur tubuh & kaki kalajengking angin diselubungi oleh bulu-bulu lebat yang peka akan getaran. Bulu inilah yang digunakan oleh kalajengking angin untuk memantau kondisi di sekitarnya.

Seekor kalajengking angin di atas tangan manusia. (animalpicturesociety.com)

Tubuh kalajengking angin terbagi menjadi 2 bagian utama, yaitu kepala-dada (sefalotoraks) & perut (abdomen). Di bagian sefalotoraks, terdapat taring yang amat besar & mata yang berukuran kecil. Pada beberapa spesies, taring / kelisera kalajengking angin ukurannya bisa mencpai 1/3 panjang total tubuhnya.

Taring tersebut tidak beracun, namun dilengkapi dengan gigi-gigi tajam yang bentuknya menyerupai gergaji. Saat gigi-gigi tersebut bergesekan, suara gesekan yang ditimbulkannya akan terdengar seperti suara mendesis. Di belakang sefalotoraks, terdapat segmen yang menghubungkan bagian sefalotoraks dengan abdomen kalajengking angin yang beruas-ruas.

Kalajengking angin memiliki persebaran yang luas. Mereka dapat ditemukan di kawasan gurun di Timur Tengah, Afrika selatan, Amerika Serikat, & Meksiko. Kalajengking angin adalah hewan nokturnal yang berarti mereka aktif pada malam hari.

Kalau pada siang hari, hewan ini lebih banyak beristirahat di dalam liang atau di bawah bayangan benda besar supaya terhindar dari panas matahari. Di kawasan yang dihuni oleh manusia, kalajengking angin juga menunjukkan ketertarikan akan cahaya lampu & bakal mendatangi lokasi sumber cahaya lampu.



PEMBURU YANG JUGA DIBURU

Kalajengking angin adalah hewan karnivora alias pemakan daging. Makanan utamanya adalah serangga, hewan kecil, & bangkai reptil. Ketika sudah berhasil menemukan mangsanya, kalajengking angin akan menangkap mangsanya tersebut dengan memakai taringnya yang berukuran besar.

Hal berikutnya yang bakal dilakukan oleh kalajengking angin adalah menggesek-gesekkan taringnya hingga daging mangsanya tercabik-cabik menjadi potongan yang lebih kecil. Sesudah itu, barulah kalajengking angin menelan potongan daging tersebut.

Layaknya siklus memakan & dimakan di alam liar, kalajengking angin juga memiliki musuh. Biasanya hewan yang menjadi predator kalajengking angin adalah hewan karnivora yang berukuran lebih besar dari dirinya.

Di Amerika, kalajengking angin diketahui menjadi mangsa dari burung-burung besar. Sementara kalajengking angin yang hidup di Afrika rentan menjadi mangsa dari hewan-hewan mamalia gurun seperti rubah gurun, jackal, & musang Afrika.

Kalajengking angin yang sedang memakan kodok. (rjbritz / pinterest.com)

Sebagai bentuk pertahanan diri yang paling dasar, kalajengking angin akan bersembunyi di tempat terlindung & teduh saat sedang beristirahat. Jika kalajengking angin berhasil dipergoki oleh musuhnya di tempat terbuka, hewan ini bisa memanfaatkan kecepatannya untuk berlari menjauhi musuhnya.

Kalaupun kalajengking angin sudah berada dalam kondisi terpojok, kalajengking angin masih bisa membela diri dengan cara mendesis atau menggigit. Gigitan kalajengking cukup kuat untuk melukai manusia, namun untungnya gigitannya tidak akan sampai berdampak fatal karena kalajengking angin tidak menghasilkan racun.

Kalajengking angin memiliki ritual perkawinan yang berbeda antar spesies. Namun secara garis besar, proses perkawinan semua spesies kalajengking angin pada dasarnya memiliki tahapan-tahapan berikut. Saat sudah waktunya kawin, kalajengking angin jantan akan pergi berkeliaran untuk mencari betina.

Saat sudah berhasil menemukan betina, kalajengking angin jantan akan menggigit bagian tengah dari tubuh kalajengking betina. Pejantan selanjutnya akan menyuntikkan sperma ke dalam lubang kelamin betina dengan memakai rahangnya. Sesudah kawin, pejantan harus segera pergi supaya dirinya tidak dimakan oleh betina.

Kurang lebih sekitar 2 minggu sesudah melakukan perkawinan, betina sudah siap mengeluarkan telur-telurnya. Saat hendak bertelur, kalajengking angin akan menggali liang & kemudian mengeluarkan telur-telurnya di dalam sana.

Jumlah telur yang dikeluarkan oleh kalajengking betina amat bervariasi karena jumlahnya bisa berkisar antara puluhan hingga ratusan butir. Sesudah mengeluarkan semua telurnya, betina kemudian akan bersiaga di dekat liang supaya telur-telurnya bisa menetas & berkembang dengan aman.

Bayi kalajengking angin yang baru menetas bentuknya mirip kalajengking angin dewasa, namun dengan ukuran yang lebih kecil & tubuh berwarna putih. Setelah melakukan pergantian kulit pertamanya, anak-anak kalajengking angin akan pergi meninggalkan sarangnya & sudah harus hidup mandiri. Kalajengking angin memiliki ukuran maksimum yang berbeda antar spesies, namun kalajengking angin yang terbesar diketahui bisa tumbuh hingga sepanjang 15 cm.

Kalajengking angin hitam dari genus Rhagodes. (solpugid.com)

Sebagai akibat dari penampilannya yang terkesan menakutkan, kalajengking angin sudah lama dipandang secara negatif oleh manusia. Sebagai contoh, ada cerita yang menyatakan bahwa kalajengking angin memiliki kebiasaan untuk mendatangi manusia & bahkan mengejarnya jika manusia tersebut mencoba melarikan diri dari kalajengking angin.

Faktanya, kendati kalajengking angin memang kadang-kadang mendatangi manusia secara sengaja, kebiasaan tersebut ia lakukan bukan untuk menyerang manusia, tapi sekedar untuk berteduh di bawah bayangan manusia.

Kalajengking angin juga sempat dipercaya memiliki kebiasaan untuk menyerbu unta & memakan isi perutnya. Pola pikir itulah yang diduga melahirkan sebutan "laba-laba unta" untuk hewan yang bersangkutan. Seperti penjelasan di paragraf sebelumnya, jika kalajengking angin mendatangi unta, maka hal tersebut dilakukan karena kalajengking angin ingin berlindung di bawah bayangan unta.

Dengan melihat hal-hal tadi, maka kalajengking angin sebaiknya dibiarkan hidup selama tidak menganggu karena hewan ini pada dasarnya tidak berbahaya & bermanfaat dalam mengendalikan populasi hewan lain.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Chelicerata
Kelas : Arachnida
Ordo : Solifugae



REFERENSI

Eaton, E.R.. "Solpugids".
(www.desertusa.com/insects/solpugids.html)

Hackett, M.. 2001. "Eremobates pallipes".
(animaldiversity.org/accounts/Eremobates_pallipes/)

Szalay, J.. 2014. "Camel Spiders: Facts & Myths".
(www.livescience.com/40025-camel-spiders-facts.html)

Savary, W.. "Biology, Behavior, and Ecology".
(www.solifugae.info/biology.html)

Savary, W.. "Courtship and Mating".
(www.solifugae.info/courtship.html)

Savary, W.. "Feeding Behavior".
(www.solifugae.info/feeding.html)

Savary, W.. "Growth and Development".
(www.solifugae.info/growth.html)

Savary, W.. "Predators".
(www.solifugae.info/predators.html)

Savary, W.. "Solifuges as Scavengers".
(www.solifugae.info/scavenging.html)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.