Pemberontakan Etnis Albania di Makedonia



Pasukan pemberontak etnis Albania di Makedonia. (Sumber)

Yugoslavia adalah nama dari sebuah negara di Eropa Timur yang di masa lalu cukup terkenal. Ada banyak aspek yang membuat Yugoslavia begitu terkenal di masanya, mulai dari luas wilayahnya, kemakmuran negaranya, kehebatan tim sepakbolanya, hingga kharisma pemimpinnya, Josep Broz Tito, yang kepribadiannya dianggap mirip dengan eks Presiden Sukarno.

Sayang, riwayat kejayaan Yugoslavia tidak berlangsung lama karena begitu Tito meninggal, Yugoslavia terjerumus ke dalam perang saudara berkepanjangan yang mengakibatkan negara tersebut terpecah-pecah menjadi sejumlah negara kecil. Nah, salah satu dari negara kecil tersebut adalah Makedonia, topik pembahasan dalam artikel kali ini.

Bila dibandingkan dengan negara-negara kecil pecahan Yugoslavia lainnya, Makedonia bisa dibilang tidak seterkenal negara-negara lainnya semisal Kroasia, Bosnia, atau Serbia. Salah satu sebabnya mungkin karena ketika timbul perang sipil di Yugoslavia, kondisi Makedonia bisa dibilang aman-aman saja sehingga porsi liputan dari media-media internasional terhadap kawasan Makedonia pun menjadi sedikit.

Namun sayang, "keberuntungan" yang dimiliki oleh Makedonia tidak bertahan lama karena setelah berhasil memerdekakan diri dari Yugoslavia tanpa melalui api peperangan, Makedonia justru terjerumus ke dalam perang sipil beberapa tahun sesudahnya. Perang sipil di Makedonia terjadi pada tahun 2001 antara pasukan Makedonia melawan pasukan pemberontak Ushtria Clirimtare Kombetare (UCK; Pasukan Pembebasan Nasional) yang anggotanya terdiri dari etnis minoritas Albania, etnis yang negara asalnya terletak bersebelahan dengan Makedonia.

Akar dari peperangan itu sendiri disebabkan oleh rasa tidak puas dari etnis Albania yang merasa diperlakukan sebagai warga kelas dua oleh pemerintah Makedonia. Akibat perang tersebut, sentimen kebencian antar etnis di Makedonia sempat meningkat & citra Makedonia sebagai negara bekas Yugoslavia yang paling damai juga ikut tercoreng.



SEKILAS TENTANG MAKEDONIA

Sebelum kita membahas soal konflik yang meletus di Makedonia, ada baiknya kita bicara sedikit soal Makedonia agar kita bisa mendapatkan gambaran mengenai negara tersebut. Republik Makedonia atau kerap dikenal juga dengan nama panjang Republik Makedonia Bekas Yugoslavia (Former Yugoslav Republic of Macedonia; FYROM) adalah sebuah negara kecil yang terletak di tengah-tengah Semenanjung Balkan, Eropa Tenggara.

Sebagai akibat dari posisinya yang "terjepit" oleh negara-negara Balkan lainnya, Makedonia tidak memiliki wilayah laut & wilayah daratnya didominasi oleh pegunungan. Dan sedikit info tambahan, pemain sepakbola Goran Pandev yang berposisi sebagai penyerang & pernah memperkuat Inter Milan - salah satu klub papan atas Liga Italia - berasal dari negara ini.

Kendati wilayah Makedonia (atau Masedonia, kalau menurut pelafalan lokal) berukuran kecil, namun wilayah tersebut memiliki sejarah yang panjang & rumit. Salah satu sebabnya adalah karena wilayah Makedonia berlokasi di Semenanjung Balkan yang notabene sangat strategis sebagai jalur penghubung antara Benua Afrika, Asia, & Eropa sehingga kerap menjadi medan konflik antara kerajaan-kerajaan besar. Akibatnya, sejak abad ke-14 wilayah Makedonia pun secara berturut-turut dikuasai secara bergantian oleh Turki Ottoman, Kerajaan Yugoslavia, Bulgaria, & Albania sebelum kemudian dijadikan negara bagian penyusun republik komunis Yugoslavia pada tahun 1945.

Peta Republik Yugoslavia & negara-negara bagiannya. (Sumber)

Selama menjadi bagian dari Yugoslavia, wilayah Makedonia bisa dibilang tertinggal - baik dari segi perkembangan infrastruktur maupun kesejahteraan rakyatnya - bila dibandingkan dengan negara-negara bagian Yugoslavia lainnya semisal Kroasia & Serbia.

Kendati demikian, penduduk Makedonia tetap loyal kepada pemerintah pusat Yugoslavia. Pasalnya penduduk Makedonia berharap Yugoslavia yang memiliki kesamaan etnis dominan dengan mereka bisa melindungi wilayah Makedonia dari ancaman Yunani & Albania, 2 negara tetangga Makedonia yang sama-sama berambisi menjadikan Makedonia sebagai bagian dari wilayahnya.

Singkatnya, penduduk Makedonia yang mayoritasnya adalah etnis Slavia Selatan merasa lebih suka diperintah oleh sesama etnis Slavia Selatan (Yugoslavia) daripada harus diperintah oleh etnis non-Slavia (Albania atau Yunani).

Menjelang akhir dekade 1980-an & awal 1990-an, kawasan Yugoslavia yang awalnya tenteram & damai berubah menjadi medan perang yang mengerikan setelah negara-negara bagian Yugoslavia ingin memisahkan diri menjadi negara baru. Seperti negara bagian lainnya, Makedonia juga ingin memerdekakan diri.

Bedanya, upaya Makedonia untuk memerdekakan diri relatif mulus & tidak diwarnai api peperangan karena pemerintah Yugoslavia menganggap bahwa mempertahankan wilayah Makedonia yang dianggap sebagai salah satu negara bagian paling miskin di Yugoslavia hanya akan menguras waktu & tenaga. Hasilnya, setelah melalui sebuah referendum, Makedonia pun resmi merdeka pada tahun 1991 dengan Skopje sebagai ibukotanya.



LATAR BELAKANG KONFLIK


Wilayah Makedonia secara garis besar terdiri dari 2 etnis utama : etnis mayoritas Makedonia (Slavia Selatan) yang menganut agama Kristen Ortodoks & etnis minoritas Albania yang umumnya beragama Islam. 2 etnis inilah yang menjadi kekuatan utama dalam aktivitas politik di Makedonia menyusul menurunnya pamor kaum komunis setelah Yugoslavia pecah. Dalam perkembangannya, etnis Makedonia yang memang jumlahnya paling besar di Makedonia berhasil mendominasi pemerintahan.

Etnis Albania yang tidak puas dengan dominasi etnis Makedonia di tubuh pemerintahan setempat lantas menuntut pemerintah Makedonia untuk memberikan kebebasan lebih luas kepada mereka. Kebebasan-kebebasan yang dimaksud antara lain pemakaian bahasa Albania sebagai salah satu bahasa nasional, tuntutan untuk merevisi undang-undang yang menuliskan negara Makedonia sebagai "negara khusus etnis Makedonia", & kemudahan bagi etnis Albania untuk memasuki sektor-sektor yang dikelola pemerintah seperti sektor tata negara, kemiliteran, & kepolisian.

Peta wilayah berpenduduk mayoritas etnis Albania (warna kuning). Peta inilah yang menjadi dasar dari ide pendirian negara "Albania Raya". (Sumber)

Keinginan etnis Albania tersebut ditanggapi dingin oleh etnis Makedonia yang justru balik mengklaim bahwa hak-hak yang dimiliki oleh etnis Albania di negara Makedonia sudah lebih dari cukup. Selain alasan tersebut, etnis Makedonia juga memiliki alasan lain untuk menolak keinginan etnis Albania.

Mereka khawatir bila etnis Albania mendapatkan kebebasan lebih luas, wilayah-wilayah yang didominasi oleh etnis Albania akan memisahkan diri dari Makedonia & kemudian bergabung dengan negara Albania. Kebetulan memang ada orang-orang etnis Albania - khususnya dari golongan nasionalis garis keras - yang bercita-cita mendirikan negara "Albania Raya", suatu negara impian yang jangkauan wilayahnya mencakup negara Albania & sekitarnya - termasuk Makedonia.

Penolakan yang diberikan etnis Makedonia lantas semakin memperkeruh hubungan antara kedua etnis tersebut. Dalam periode yang kurang lebih bersamaan - tepatnya sejak tahun 1998 - terjadi konflik bersenjata di Kosovo, Yugoslavia barat daya, antara etnis Albania yang dibantu oleh pasukan multinasional NATO melawan pasukan Serbia.

Ketika kondisi peperangan semakin berlarut-larut, banyak dari penduduk etnis Albania yang mendiami Kosovo kemudian mengungsi ke wilayah-wilayah sekitar Kosovo. Karena wilayah Makedonia kebetulan memang terletak bersebelahan dengan Kosovo, maka arus pengungsi etnis Albania dari Kosovo pun banyak yang menuju Makedonia.

Tanpa disadari, di antara rombongan pengungsi tersebut ternyata ada juga anggota-anggota milisi Albania yang memakai wilayah pengungsian Makedonia sebagai basis militer rahasia. Tak hanya itu, di bawah pimpinan Ali Ahmeti, para milisi etnis Albania yang mendiami Makedonia juga membentuk kelompok bersenjata baru yang bernama Ushtria Clirimtare Kombetare (UCK; Pasukan Pembebasan Nasional) dengan tujuan memperjuangkan kepentingan etnis Albania di Makedonia melalui perlawanan bersenjata. Ketika kondisi politik di Makedonia semakin berlarut-larut inilah, kelompok UCK pun mulai menampakkan aktivitasnya secara terang-terangan...


Logo kelompok UCK. (Sumber)


BERJALANNYA PERANG

Bulan Januari 2001, para tentara & polisi Makedonia yang beroperasi di wilayah Makedonia utara diserang oleh segerombolan orang yang tidak dikenal. Peristiwa penyerangan misterius tersebut tak pelak langsung menimbulkan kekagetan & tanda tanya besar mengenai siapa pelaku sebenarnya karena selama ini Makedonia dikenal sebagai wilayah bekas Yugoslavia yang paling damai & bebas dari konflik bersenjata. Belakangan diketahui bahwa kelompok UCK-lah yang melakukan serangan-serangan tersebut setelah perwakilan UCK membuat pernyataan ke muka umum.

UCK mengklaim bahwa mereka tidak berniat membahayakan stabilitas negara Makedonia & bersedia menghentikan aktivitas bersenjatanya bila etnis Albania di Makedonia sudah mendapatkan hak-hak yang setara dengan etnis Makedonia. Namun pemerintah Makedonia di lain pihak menuduh bahwa UCK memiliki niat rahasia untuk membahayakan stabilitas negara dengan cara memisahkan sebagian wilayah Makedonia & menggabungkannya dengan wilayah negara Albania.

Tak hanya itu, pemerintah Makedonia juga menyalahkan organisasi militer multinasional NATO (North Atlantic Treaty Organization; Organisasi Pakta Atlantik Utara) karena dalam operasi militernya di Kosovo, NATO dianggap gagal mencegah milisi-milisi etnis Albania menyelinap keluar Kosovo.

Kembali ke medan perang. Pasukan UCK awalnya berada di atas angin setelah melalui sejumlah serangan sporadis, mereka berhasil menguasai wilayah utara Makedonia & semakin mendekati Skopje, ibukota Makedonia. Namun, arah peperangan mulai berbalik setelah sejak bulan Maret 2001, militer Makedonia yang sebelumnya bertindak pasif mulai melakukan serangan-serangan balik yang terkoordinir.

Hasilnya, wilayah-wilayah di sebelah utara Makedonia yang awalnya dikuasai UCK berhasil direbut kembali oleh pemerintah pusat Makedonia. Kendati demikian, kondisi wilayah utara Makedonia yang bermedan sulit & bergunung-gunung membuat pasukan Makedonia kesulitan melacak & menghabisi para milisi UCK yang bersembunyi.

Peta Makedonia. Lokasi terjadinya konflik berada di sebelah utara & barat laut. (Sumber)

Tanggal 28 April 2011, iring-iringan pasukan Makedonia di desa Vejce dekat Tetovo, Makedonia utara, diserang oleh pasukan UCK. Akibat serangan tersebut, 8 anggota militer Makedonia tewas & 3 lainnya luka-luka. Akibat peristiwa serangan itu pula, sentimen anti-Albania di Makedonia semakin menguat di mana tak lama seusai peristiwa serangan tersebut, perusahaan-perusahaan milik etnis Albania di Makedonia selatan dirusak oleh massa dari etnis Makedonia yang marah.

Dalam periode yang kurang lebih bersamaan, perundingan-perundingan antara etnis Makedonia & Albania juga terus berjalan. Hasilnya, pada pertengahan Mei 2001 kedua belah pihak sepakat untuk melakukan gencatan senjata untuk sementara waktu.

Di tengah-tengah periode gencatan senjata, militer Makedonia mengklaim diri mereka sebagai pemenang perang menyusul beredarnya kabar bahwa banyak anggota UCK yang membelot. Klaim kemenangan tersebut lantas diikuti dengan tindakan militer Makedonia untuk menyerang basis militer UCK di awal Juni.

Namun tanpa disangka-sangka, pasukan UCK berhasil mematahkan serangan tersebut & berbalik mendesak mundur pasukan Makedonia ke arah Tetovo serta ibukota Skopje. Kedua belah pihak sempat kembali sepakat untuk berhenti berperang pada tanggal 11 Juni, namun gencatan senjata tersebut lagi-lagi tak berlangsung lama setelah pasukan Makedonia membombardir Aracinovo - salah satu wilayah yang saat itu masih dikuasai UCK - pada tanggal 22 Juni 2001.

Menyusul semakin berlarut-larutnya konflik di Makedonia, organisasi NATO yang kebetulan saat itu masih menjalankan operasi militer di kawasan Balkan pun memutuskan untuk ikut campur dengan dalih menengahi pihak-pihak yang bertikai. Namun, upaya NATO tersebut bukannya tanpa halangan.

Ketika pasukan NATO mengevakuasi milisi-milisi etnis Albania & melucuti senjata mereka dengan tujuan melemahkan kekuatan UCK agar mereka mau berunding, sempat muncul aksi protes besar-besaran dari etnis Makedonia yang menuduh aktivitas NATO tersebut sebagai upaya untuk melindungi para pemberontak etnis Albania & mencampuri urusan internal Makedonia. Namun lepas dari itu semua, pembicaraan-pembicaraan antara pihak-pihak yang bertikai semakin menunjukkan kemajuan yang positif.

Memasuki bulan Agustus, kendati pembicaraan-pembicaraan untuk mengakhiri konflik semakin menemukan titik terang, konflik bersenjata di Makedonia justru malah mencapai puncaknya. Tanggal 7 Agustus, 5 anggota polisi Makedonia harus meregang nyawa usai serangan yang dilakukan oleh anggota UCK di Skopje, ibukota Makedonia.

Beberapa hari sesudahnya, belasan anggota tentara Makedonia tewas akibat serangan-serangan susulan yang dilakukan pasukan UCK. Pemerintah Makedonia lantas meresponnya dengan melakukan serangan udara ke markas milisi UCK di dekat kota Tetovo, Makedonia utara. Setelah dicapainya gencatan senjata permanen pada pertengahan bulan Agustus 2001, konflik masih berlanjut, namun intensitasnya terus menurun secara signifikan hingga akhirnya konflik benar-benar berhenti di akhir tahun 2001.


Tentara Makedonia dalam baku tembak melawan pasukan pemberontak. (Sumber)


GENCATAN SENJATA & PASCA PERANG

Sejak pemberontakan yang dilakukan UCK meletus, pembicaraan demi pembicaraan terus dilakukan oleh perwakilan masing-masing etnis yang bertikai di bawah pengawasan negara-negara anggota Uni Eropa & NATO. Hasilnya, pada tanggal 13 Agustus 2001 dicapailah "Perjanjian Ohrid" (Ohrid adalah nama kota di Makedonia selatan tempat dilangsungkannya perundingan terakhir) oleh kubu etnis Albania & etnis Makedonia.

Beberapa poin penting dari perjanjian tersebut adalah kelompok UCK sepakat untuk menghentikan aktivitas bersenjatanya, pemberian otonomi khusus di wilayah-wilayah yang mayoritas penduduknya diisi etnis Albania, & penambahan jumlah perwakilan etnis Albania di sektor kepolisian.

Tanggal 22 Agustus 2001, pasukan gabungan Makedonia & NATO menggelar "Operasi Panen Pokok" (Operation Essential Harvest) di mana dalam operasi militer tersebut, pasukan gabungan keduanya melakukan penyisiran di kawasan Makedonia utara untuk melucuti seluruh stok persenjataan milik UCK.

Operasi militer tersebut berjalan relatif mulus karena sejak disahkannya Perjanjian Ohrid, Ali Ahmeti selaku pemimpin UCK sudah meminta pasukannya untuk bersikap kooperatif & membiarkan persenjataan mereka dilucuti. Dalam operasi militer yang dilakukan selama 30 hari tersebut, pasukan gabungan Makedonia-NATO berhasil mengamankan sejumlah besar stok persenjataan milik UCK yang umumnya terdiri dari senjata api kecil & bom mortir.

Konflik bersenjata di Makedonia utara berlangsung selama nyaris setahun penuh pada tahun 2001. Kendati konflik tersebut berlangsung dalam waktu relatif sebentar & lokasi konfliknya hanya terbatas di kawasan Makedonia utara, kerugian yang diakibatkan konflik tersebut juga tidak bisa dipandang sebelah mata.

Tercatat ada 170.000 penduduk sipil yang harus kehilangan tempat tinggalnya akibat perang di mana mayoritasnya merupakan etnis Makedonia. Tidak diketahui angka pasti dari jumlah korban tewas, namun diperkirakan jumlahnya berkisar antara 140 - 180 orang di mana lebih dari separuhnya berasal dari etnis Albania.

Suasana kota Tetovo beberapa tahun pasca perang berakhir. (Sumber)

Cukup menarik untuk melihat bagaimana masing-masing etnis memandang para prajurit yang gugur di medan perang. Etnis Makedonia yang diwakili oleh pemerintah Makedonia jelas menganggap para tentara nasionalnya yang gugur di medan perang sebagai pahlawan.

Di lain pihak, etnis Albania juga menganggap para pejuang UCK - yang oleh pemerintah Makedonia dicap sebagai kelompok teroris & separatis - sebagai pahlawan lokal & pembela etnisnya. Tak hanya itu, sebuah museum yang berisi peninggalan-peninggalan bekas anggota UCK juga didirikan oleh komunitas etnis Albania di Skopje, ibukota Makedonia, dengan tujuan mengenang aksi-aksi UCK semasa masih melakukan perlawanan bersenjata.

Sekarang, sudah 10 tahun berlalu sejak konflik di Makedonia utara pertama kali meletus. Kondisi Makedonia utara kini sudah jauh lebih kondusif. Dengan bantuan negara-negara lain - khususnya negara anggota Uni Eropa - perlahan tapi pasti, perekonomian Makedonia juga terus berkembang.

Kendati demikian, kekhawatiran akan kembali meletusnya konflik serupa di masa depan tetaplah ada.  Terutama dengan melihat masih adanya sentimen kebencian antar etnis di sejumlah lapisan masyarakat & kasus-kasus semasa berlangsungnya konflik yang belum terselesaikan, misalnya soal tudingan kejahatan kemanusiaan. Semoga saja ke depannya, kedua belah pihak bisa terus menahan diri & menemukan solusi terbaik untuk memecahkan masalahnya tanpa harus memakai jalan kekerasan.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
- Waktu : Januari - November 2001
- Lokasi : Makedonia

Pihak yang Bertempur
(Negara)  -  Makedonia
      melawan
(Grup)  -  UCK

Hasil Akhir
- Perang berakhir tanpa pemenang
- Rencana pemberian otonomi & kebebasan lebih untuk etnis Albania
- Kelompok UCK dibubarkan

Korban Jiwa
Antara 140 - 180 jiwa



REFERENSI

GlobalSecurity.org - Conflict in FYR Macedonia
Wikipedia - Insurgency in the Republic of Macedonia
Wikipedia - National Liberation Army (Albanians of Macedonia)
Wikipedia - Republic of Macedonia
Kim, J.. 2001. "Macedonia : Country ... Conflict". (file PDF)

  




COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



5 komentar:

  1. Jangan ada perang dan pertumpahan darah di dunia ini. Saling menghargai antara sesama manusia adalah kunci untuk membawa kedamaian.

    BalasHapus
  2. Bagaimana cara mengkopi sengketa ini, saya sangt butuh untuk print tguaas sekolah. TRIMS

    BalasHapus
  3. Thanks bro atas postingannya.. Sangat informatif. 🙏

    BalasHapus
  4. sangat mencerahkan

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.