Revolusi Haiti, Lahirnya Negara Bentukan Para Budak



Konflik antara tentara Perancis & pemberontak kulit hitam semasa Revolus Haiti. (ucf.collegiatelink.net)

Hispaniola adalah nama dari sebuah pulau yang terletak di Pulau Karibia. Sekarang ada 2 negara yang menempati Pulau Hispaniola. Kedua negara tersebut adalah Haiti di sebelah barat & Republik Dominika di sebelah timur.

Walaupun kecil, Haiti ternyata memiliki sejarah yang menarik. Bagaimana tidak, biarpun lokasinya ada di Benua Amerika, mayoritas penduduk negara ini justru berasal dari golongan kulit hitam. Ketika Haiti merdeka pada tahun 1804, negara yang beribukota di Port-Au-Prince tersebut sekaligus menjadi negara kulit hitam pertama yang berdiri di luar Benua Afrika.

Sebelum merdeka, Haiti berstatus sebagai koloni Perancis. Namun kombinasi dari akumulasi kebencian terhadap majikan kulit putih & kacaunya kondisi domestik Perancis akibat revolusi membuat budak-budak kulit hitam di Haiti memberontak.

Selain terlibat konflik melawan orang-orang kulit hitam, para budak tadi juga terlibat konflik melawan golongan berdarah campuran & dengan sesama golongan mereka sendiri. Peristiwa sejak meletusnya pemberontakan hingga berdirinya negara Haiti dikenal dengan sebutan "Revolusi Haiti".



LATAR BELAKANG

Pulau Hispaniola pertama kali ditemukan oleh rombongan pelaut Spanyol pimpinan Christopher Columbus pada tahun 1492. Terhitung sejak tahun 1697, Pulau Hispaniola dibagi 2 oleh Spanyol & Perancis berdasarkan Traktat Ryswick.

Wilayah sepertiga pulau bagian barat menjadi milik Perancis dengan nama Saint-Domingue, sementara wilayah sisanya yang berada di sebelah timur tetap berada di bawah kekuasaan Spanyol dengan nama Santo Domingo. Wilayah Saint-Domingue inilah yang kelak menjadi cikal bakal negara Haiti.

Di bawah kekuasaan Perancis, Saint-Domingue menjadi salah satu daerah penghasil gula tebu tertinggi di dunia pada akhir abad ke-18. Namun prestasi tersebut bukan tanpa pengorbanan. Untuk menggarap lahan-lahan tebu yang ada di Saint-Domingue, Perancis mengimpor budak-budak kulit hitam yang jumlahnya mencapai 2.000 orang per tahunnya.

Peta Haiti / Saint-Domingue. (bbc.co.uk)

Banyak dari budak tersebut menjadi sasaran penyiksaan oleh majikannya ketika mereka mencoba melarikan diri atau melakukan kesalahan saat bekerja. Dalam perkembangannya, sejumlah majikan kulit putih menjadikan budak mereka sendiri sebagai istri & menghasilkan keturunan campuran yang dikenal dengan sebutan "mulatto".

Perlakuan-perlakuan kasar yang mereka terima membuat banyak budak kulit hitam melarikan diri & bersembunyi di pelosok hutan. Ketika jumlah mereka semakin banyak, mereka pun membentuk kelompok-kelompok kecil & memulai pemberontakan secara sporadis untuk membalas dendam kepada golongan kulit putih.

Tahun 1757 contohnya, kawanan budak kulit hitam pimpinan Francois Mackandal meracuni makanan orang-orang kulit putih secara diam-diam. Namun pemberontakan tersebut tidak berlanjut lebih jauh setelah Mackandal ditangkap & disiksa hingga tewas pada tahun 1758.

Tahun 1789, Perancis dilanda revolusi menyusul diserbunya Penjara Bastille oleh rakyat Paris yang menentang kediktatoran raja. Setahun berselang, Saint-Domingue mendapat izin dari pemerintah Perancis yang baru untuk mendirikan parlemennya sendiri.

Awalnya golongan mulatto & kulit hitam non budak berharap kalau keberadaan parlemen tersebut bisa digunakan untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Namun keinginan mereka ditentang habis-habisan golongan pemilik lahan luas.

Impian mereka akhirnya benar-benar sirna setelah pada bulan Oktober 1790, pemerintah pusat Perancis membubarkan parlemen Saint-Domingue secara paksa. Sejak itulah golongan mulatto & kulit hitam di Saint-Domingue berkesimpulan kalau satu-satunya cara untuk memperbaiki nasib mereka adalah melalui jalur kekerasan.

Budak kulit hitam yang sedang menggarap lahan tebu. (leahmariebrownhistoricals.blogspot.com)

Bulan April 1791, belasan ribu budak-budak di kawasan pertanian Cul-De-Sac, Saint-Domingue tenggara, melakukan pemberontakan. Pemberontakan tersebut berhasil diredam setelah persenjataan mereka dirampas oleh para pemilik lahan & sebagian dari para budak diberi kemerdekaan. Namun ternyata semua itu baru awalnya.

Sejak bulan Juni, para budak pergi ke tengah hutan pada malam hari secara diam-diam untuk menyusun rencana pemberontakan yang skalanya lebih besar. Mereka juga semakin sering mengajukan tuntutan kepada majikannya supaya mereka diberi kemerdekaan atau setidaknya tidak mendapat hukuman cambuk dari majikannya. Ketika para majikan budak menolak segala macam bentuk perundingan dengan para budak, Saint-Domingue siap memasuki periode paling mencekamnya.



BERJALANNYA REVOLUSI

Dimulainya Perlawanan Para Budak

Revolusi Haiti bermula pada bulan Agustus 1791 setelah pasukan budak yang berkumpul di Morne-Rouge, Saint-Domingue utara, menyerbu lahan-lahan milik orang-orang kulit putih. Ladang & rumah milik para majikan dibakar. Orang-orang kulit putih dibantai atau dijadikan tahanan.

Jumlah milisi budak semakin bertambah setelah budak-budak di sepanjang rute yang mereka lewati turut bergabung. Mereka juga sempat mencoba menduduki kota Le Cap / Cap Francais (sekarang bernama Cap Haitien) pada tanggal 25 Agustus.

Karena pasukan yang melindungi Le Cap dilengkapi dengan meriam & senapan, kota tersebut berhasil dipertahankan dari serangan pasukan budak. Memasuki bulan November 1791, jumlah pasukan budak sudah mencapai 80.000 personil lebih. Namun di bulan itu pula, pasukan budak sempat menerima pukulan berat setelah pemimpin mereka yang bernama Dutty Boukman terbunuh di medan perang.

Suasana mengenai kepanikan warga kulit putih di Le Cap. (histclo.com)

Pukulan berikutnya terjadi pada bulan Januari 1792 setelah pasukan Perancis pimpinan gubernur Blanchelande berhasil menaklukkan Platons & membantai orang-orang kulit hitam yang ada di dalamnya. Mayoritas dari korban pembantaian adalah wanita & anak-anak. Namun di sisi lain, gugurnya Boukman membuka jalan bagi seorang panglima kulit hitam bernama Toussaint Louverture untuk mencitrakan dirinya sebagai tokoh kharismatik baru pejuang kepentingan para budak.

Revolusi Haiti berlangsung pada periode yang sama dengan Perang Revolusi Perancis. Dua dari sekian banyak negara yang menjadi musuh Perancis dalam perang tersebut adalah Inggris & Spanyol. Maka, adalah hal yang wajar kalau negara-negara tadi kemudian bersekutu dengan siapapun yang bermusuhan dengan Perancis.

Pada bulan Juni 1792, orang-orang kulit hitam & mulatto di Saint-Domingue selatan memulai pemberontakannya usai menerima bantuan senjata dari Inggris. Sementara di utara, pasukan pimpinan Louverture bersekutu dengan pasukan Spanyol setelah Perancis menolak permintaan Louverture supaya perbudakan dihapuskan & para pemberontak mendapatkan pengampunan hukum.

Perancis sadar kalau militernya tidak akan bisa mempertahankan Saint-Domingue sambil memerangi negara-negara Eropa rivalnya pada saat bersamaan. Maka, pada bulan Juni 1793 pemerintah Perancis menawarkan pembebasan & pengampunan hukum kepada para budak jika mereka mau bergabung ke dalam militer Perancis.

Pasukan pemberontak saat bertempur melawan pasukan kulit putih. (Hohum / wikimedia.org)

Pada bulan Agustus, pemerintah Perancis juga menghapus perbudakan di Saint-Domingue & menggantinya dengan sistem kuli kontrak. Namun fakta di lapangan menunjukkan kalau kondisi para budak tetap tidak banyak berubah. Para budak / kuli kontrak masih berada di bawah kendali ketat majikannya. Perlakuan kasar yang diberikan para majikan atas budak-budaknya masih tetap berlangsung.

Memasuki pertengahan tahun 1794, kondisi Saint-Domingue sudah begitu kacau. Wilayah di Saint-Domingue yang masih berada di bawah kendali efektif Perancis kini tinggal kota Port-de-Paix & Le Cap (keduanya terletak di pesisir utara). Namun pada bulan Mei 1794, hal yang tidak terduga kembali terjadi. Louverture membelot ke Perancis setelah Spanyol menolak permintaan Louverture untuk menghapuskan perbudakan di wilayah yang sedang dikuasainya.

Bergabungnya Louverture ke Perancis lalu diikuti dengan bergabungnya milisi-milisi kulit hitam ke pasukan pimpinan Louverture. Peruntungan di medan perang seketika berubah. Kota penting Poart-Au-Prince yang terletak di Saint-Domingue tengah berhasil dikuasai kembali oleh Perancis pada bulan Juni 1795.

Bulan Juli 1795, jumlah musuh yang harus diperangi Perancis berkurang setelah Perancis & Spanyol sepakat untuk berdamai pasca dicapainya kesepakatan damai di Basel (sekarang terletak di Swiss). Bulan Maret 1796, Louverture diangkat menjadi letnan gubernur Saint-Domingue setelah pasukan pimpinannya menangkap & memenjarakan Etienne Laveaux, gubernur jenderal Saint-Domingue.

Memasuki bulan Oktober di tahun yang sama, kedudukan Louverture kian menguat setelah komisi pemerintah yang dikirim dari Perancis mengangkat Louverture sebagai komandan militer tertinggi Saint-Domingue. Namun bak senjata makan tuan, pada bulan Agustus 1797 Louverture justru memulangkan paksa komisi pemerintah tadi.


Toussaint Louverture. (britannica.com)


Bertempur Melawan Sesama Kulit Hitam

Bulan Maret 1798, Inggris mengibarkan bendera putih setelah wilayah-wilayah di Saint-Domingue yang dikuasainya berhasil direbut oleh pasukan pimpinan Louverture & rekannya, Andre Rigaud. Namun memasuki bulan Juli 1799, Louverture & Rigaud yang awalnya bersekutu justru kini malah terlibat perang saudara.

Jika wilayah kekuasaan Louverture terkonsentrasi di utara & barat, maka wilayah kekuasaan Rigaud terkonsentrasi di selatan. Berkat keberhasilan Louverture membangun aliansi dengan AS & memikat budak-budak di koloni Santo Domingo milik Spanyol di sebelah timur untuk bergabung dengannya, Louverture berhasil mengalahkan Rigaud & pasukannya pada bulan Juli 1800.

Tahun 1801, wilayah kekuasaan Louverture bertambah luas setelah ia berhasil menjadikan koloni Santo Domingo berada di bawah kendalinya. Di wilayah kekuasaannya, Louverture secara resmi memang menghapuskan perbudakan. Namun ia tetap mengharuskan orang-orang kulit hitam untuk bekerja di ladang dengan jam kerja minimum.

Hal tersebut lantas membuat orang-orang kulit hitam beranggapan kalau Louverture ingin tetap melanjutkan perbudakan secara terselubung. Buntutnya, mereka pun memberontak pada bulan Oktober. Namun Louverture berhasil menumpas pemberontakan tersebut dengan tangan besi & menewaskan 1.000 milisi pemberontak dalam prosesnya.

Sementara itu di Perancis, semakin tidak terkendalinya tindak tanduk Louverture membuat Napoleon selaku pemimpin Perancis memutuskan untuk mengirimkan pasukan ke Saint-Domingue. Bulan Februari 1802, pasukan Perancis yang dipimpin oleh Charles Leclerc mendarat di Saint-Domingue.

Charles Leclerc. (davidswatton.com)

Kombinasi dari lebih superiornya pasukan Perancis & menurunnya pamor Louverture membuat prajurit bawahan Louverture beramai-ramai membelot ke kubu Perancis. Sebagai akibatnya, pada bulan April 1802 Louverture pun menyerahkan diri setelah Leclerc berjanji kalau Louverture tidak akan ditangkap & Perancis tidak akan mempraktikkan kembali perbudakan di Saint-Domingue.

Janji Leclerc ternyata hanyalah pancingan. Bulan Juni 1802, dengan berkedok undangan perundingan, Louverture ditangkap & diasingkan ke penjara Perancis. Masalah Louverture sudah berhasil diatasi, kini Leclerc berupaya menegakkan kembali perbudakan di Saint-Domingue. Namun upayanya jauh dari kata mulus karena para tentara kulit hitam menolak membiarkan senjatanya dilucuti & beramai-ramai membelot.

Jean-Jacques Dessalines yang dulunya merupakan jenderal bawahan Louverture kini menjadi tokoh baru pemimpin perlawanan golongan kulit berwarna sejak bulan Oktober. Di saat kondisi keamanan Saint-Domingue kian tak terkendali, Leclerc meninggal pada bulan November akibat demam kuning. Posisinya sebagai pemimpin pasukan Perancis di Saint-Domingue lalu digantikan oleh Vicomte de Rochambeau.

Tanggal 18 Mei 1803, Dessalines merobek motif puth dari bendera Perancis. Motif biru serta merah yang tersisa kemudian disatukan & dikibarkan dalam posisi horizontal. Simbolisasi dari bersatunya golongan kulit hitam & mulatto melawan orang-orang kulit putih Perancis. Peristiwa tersebut sekaligus menandai lahirnya bendera nasional Haiti.

Di luar Pulau Hispaniola, pasukan pemberontak juga terbantu dengan berkecamuknya Perang Napoleon di Eropa. Karena Inggris bermusuhan dengan Perancis, kapal-kapal Inggris melakukan blokade di perairan sekitar Saint-Domingue supaya Perancis tidak bisa mengirimkan perbekalan ke pasukan Perancis yang sedang bertempur di sana.

Kapal Perancis & Inggris yang sedang bertempur. (Nicholas Pocock)

Terhambatnya pasokan logistik membuat banyak prajurit Perancis terpaksa membarter stok amunisinya dengan makanan yang dimiliki penduduk lokal. Lalu selain harus berperang melawan pasukan pemberontak, mereka juga harus berjibaku dengan cuaca tropis & wabah penyakit. Merasa tidak sanggup lagi kalau harus melanjutkan perang dengan kondisi demikian, pada bulan November 1803 Rochmebau pun menyerukan gencatan senjata.

Dessalines menerima tawaran gencatan senjata tersebut & memberi waktu 10 hari kepada Rochembau untuk menarik mundur sisa-sisa pasukan Perancis di Saint-Domingue. Tanggal 1 Januari 1804, Dessalines memproklamasikan berdirinya Haiti sebagai negara merdeka yang baru di mana wilayahnya mencakup seluruh Pulau Hispaniola.



KONDISI PASCA REVOLUSI

Pasca proklamasi pendirian Haiti, hal yang selama ini ditakutkan oleh orang-orang kulit putih akhirnya benar-benar terjadi. Dessalines memerintahkan seluruh orang kulit putih yang masih tinggal di Haiti untuk dibantai. Total 4.000 orang kulit putih dilaporkan tewas akibat pembantaian di sepanjang tahun 1804.

Dalam jangka panjang, pembantaian ini menjadi penyebab mengapa negara-negara Barat sempat enggan menjalin kontak & mengakui kemerdekaan Haiti hingga puluhan tahun sesudahnya. Perancis contohnya, negara ini baru bersedia mengakui kemerdekaan bekas koloninya pada tahun 1825 setelah pemerintah Haiti bersedia membayar uang cicilan sebesar 100 juta franc. Inggris & AS secara berturut-turut baru mengakui kemerdekaan Haiti pada tahun 1833 & 1862.

Pembantaian warga kulit putih di Haiti.

Haiti merdeka sebagai negara republik. Namun sejak bulan Oktober 1804, Haiti berubah menjadi negara monarki setelah Dessalines mengangkat dirinya sendiri sebagai kaisar. Tahun 1806, kombinasi dari kebijakan diskriminatif Dessalines terhadap golongan mulatto & penolakan terhadap sistem monarki membuat wilayah selatan memberontak & memisahkan diri.

Dessalines gugur di tahun yang sama & perang antara wilayah utara melawan selatan terus berlanjut hingga tahun 1820 dengan kembali bersatunya Haiti sebagai negara republik. Di tengah-tengah berlangsungnya perang saudara, wilayah Santo Domingo kembali dikuasai oleh Spanyol pada tahun 1809.

Tahun 1821, wilayah Santo Domingo memerdekakan diri dari tangan Spanyol dengan nama "Haiti Spanyol" (sekarang bernama Republik Dominika). Namun baru setahun menikmati kemerdekaannya, Haiti Spanyol diinvasi & diduduki oleh pasukan Haiti. Baru sesudah tahun 1844, Haiti Spanyol berhasil melepaskan diri & wilayah Haiti pun kembali menciut seperti sekarang.

Sudah hampir 2 abad berlalu sejak Haiti pertama kali memproklamasikan kemerdekaannya. Namun kombinasi dari kesalahan pengelolaan ekonomi, bencana alam, & tidak stabilnya kondisi dalam negeri membuat negara kulit hitam pertama di luar Afrika tersebut sekarang menyandang status sebagai salah satu negara termiskin di wilayah Barat.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



RINGKASAN KONFLIK

Waktu & Lokasi Pertempuran
-  Waktu : 1791 - 1803
-  Lokasi : Pulau Hispaniola

Pihak yang Bertempur
Bervariasi

Hasil Akhir
-  Kemenangan golongan penentang Perancis
-  Koloni Saint-Domingue merdeka dengan nama Haiti

Korban Jiwa
Lebih dari 50.000 jiwa



REFERENSI

Girard, P.R.. 2010. "The Ugly Duckling: The French Navy and the Saint-Domingue Expedition,1801-1803".
(www.ijnhonline.org/2010/12/01/the-ugly-duckling-the-french-navy-and-the-saint-domingue-expedition1801-1803/)

Ferguson, J. A.. 2008. "Haiti". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Shen, K.. 2015. "French Rule and Tensions in the Colony".
(library.brown.edu/haitihistory/2frt.html)

Shen, K.. 2015. "General Leclerc in Saint-Domingue".
(library.brown.edu/haitihistory/9.html)

Shen, K.. 2015. "Haitian Independence".
(library.brown.edu/haitihistory/11.html)

Shen, K.. 2015. "Slave Resistance Gains Momentum".
(library.brown.edu/haitihistory/4.html)

Shen, K.. 2015. "Spanish Rule".
(library.brown.edu/haitihistory/1sr.html)

Shen, K.. 2015. "The Final Years of the Revolution".
(library.brown.edu/haitihistory/10.html)

Shen, K.. 2015. "The French Revolution Begins".
(library.brown.edu/haitihistory/3.html)

Shen, K.. 2015. "The Revolution Builds".
(library.brown.edu/haitihistory/6.html)

Shen, K.. 2015. "Toussaint Louverture in Power".
(library.brown.edu/haitihistory/8.html)

Shen, K.. 2015. "Upheavals in France and Saint-Domingue".
(library.brown.edu/haitihistory/7.html)

Wiarda, H. J.. 2008. "Dominican Republic". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



3 komentar:

  1. kemerdekaan yang hanya memakan korban lainya....
    pembantaian kulit putih. jadi tidak ada bedanya kulit hitam, yang katanya ingin merdeka, mereka akhirnya juga melaksanakan hal biadab, pembantaian atas kaum putih... sama sama biadab

    tapi min saya mau tanya, Toussaint Louverture itu anggota Freemason ya min, soalnya berdasarkan tanda tanganya, katanya ada lambang FM.

    Salam hangat dari Kevin Nauli Harahap

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya malah baru dengar soal itu. Maaf kalau saya tidak bisa menjawab pertanyaan anda.

      Hapus
  2. revolusi selalu meminta korban anak2nya sendiri

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.