Cekibar, Kadal yang Mahir Terbang Layang



Cekibar dari spesies Draco spilonotus. (Chiswick Chap / wikipedia.org)

Cekibar adalah nama dari sejenis kadal yang jika dilihat secara sepintas penampilannya nampak tidak istimewa. Namun lain halnya ketika kadal tersebut hendak berpindah dari 1 ranting ke ranting yang lain. Pasalnya saat berpindah tempat menuju ranting lain, kadal ini bisa merentangkan sayapnya & kemudian terbang ke ranting tersebut.

Berkat keahliannya tersebut, kadal ini dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan "flying lizard" (kadal terbang) serta "flying dragon" (naga terbang). Di Indonesia sendiri (khususnya Pulau Jawa), selain dengan nama cekibar, kadal ini juga dikenal dengan nama "hap-hap" & "cleret gombel".

Ada lebih dari 40 spesies cekibar yang sudah diketahui manusia. Dalam taksonomi, mereka semua digolongkan dalam genus Draco. Nama Latin yang secara harfiah memiliki makna "naga" karena penampilan kadal ini saat terbang memang akan mengingatkan kita akan sosok naga terbang.

Cekibar sendiri sebenarnya tidak benar-benar terbang, melainkan hanya sebatas melayang layaknya manusia yang sedang menggunakan parasut atau gantole. Dalam artikel kali ini, pihak Republik akan fokus membahas cekibar dari spesies Draco volans yang habitatnya berada di India selatan & Asia Tenggara

Cekibar bisa melayang di udara berkat keberadaan membran bernama "patagium" di kedua sisi badannya. Dalam keadaan biasa, patagium berada dalam kondisi terlipat. Namun saat cekibar sedang melayang, patagium beserta tulang rusuk panjangnya akan terentang di kedua sisi badannya.

Aliran udara yang menerpa patagium akan memberi daya angkat kepada cekibar sehingga hewan tersebut bisa melayang selama mungkin di udara. Jika ingin mengubah arah terbangnya, cekibar akan menggerakkan ekornya yang panjang.

Cekibar saat melayang di antara puncak pohon.

Saat cekibar hendak melayang, mula-mula ia akan mengarahkan kepalanya ke bawah. Sesudah itu, barulah cekibar melompat sambil merentangkan patagiumnya. Tujuan utama cekibar melayang adalah supaya ia bisa berpindah ke pohon lain tanpa harus turun ke tanah & membuat dirinya rentan diserang oleh hewan pemangsa. Jarak rata-rata yang bisa ditempuh oleh cekibar saat melayang adalah sekitar 8 meter.

Karena cekibar bertubuh kecil, cekibar tidak akan melakukan terbang layang jika kondisi sekitarnya sedang hujan atau berangin. Cekibar juga jarang menggunakan kemampuannya melayang untuk melarikan diri dari pemangsa. Jika dirinya merasa terancam, cekibar lebih memilih untuk memanjat ke puncak pohon yang lebih tinggi & rimbun.

Cekibar adalah hewan diurnal yang berarti hewan ini aktif pada siang hari. Namun pada puncak siang hari, cekibar lebih memilih untuk beristirahat supaya terhindar dari paparan cahaya matahari yang berlebihan. Berkat warna sisiknya yang menyerupai kulit pohon, kadal ini bisa beraktivitas di puncak pohon dengan aman.

Cekibar adalah hewan pemakan serangga (insektivora) di mana makanan favoritnya terdiri dari serangga-serangga kecil seperti semut & rayap. Saat hendak makan, cekibar hanya akan diam di dekat jalur yang biasa dilintasi oleh serangga mangsanya & kemudian mencaploki mereka dengan santai.

Cekibar bukan hanya memiliki membran di kedua sisi tubuhnya. Reptil ini juga memiliki membran di bagian dagu & lehernya. Jika pejantan memiliki membran leher berwarna kuning cerah, maka membran leher betina umumnya berwarna biru agak kelabu. Fungsi membran leher tersebut adalah untuk berkomunikasi dengan cekibar lain, khususnya saat pejantan ingin menggertak pejantan saingannya.

Cekibar dengan membran sayap & leher yang terlipat. (Nick Baker / ecologyasia.com)

Cekibar jantan merupakan hewan dengan perilaku teritorial yang berarti masing-masing cekibar jantan memiliki wilayah kekuasaannya sendiri-sendiri. Jika seekor cekibar jantan berpapasan dengan pejantan lain, ia akan menggertak pejantan tersebut atau bahkan menyerangnya hingga salah satu di antara mereka terbang ke pohon lain.

Seekor cekibar jantan bisa memiliki 2 hingga 3 pohon sebagai wilayah kekuasaannya. Namun jika cekibar yang ada di wilayah seekor pejantan adalah cekibar betina, maka pejantan akan membiarkannya atau mengajaknya kawin.

Supaya betina mau kawin dengan pejantan, pejantan akan merayunya dengan cara membentangkan membran sayap & dagunya, atau berjalan melingkari betina. Jika betina menolak untuk kawin, betina akan merentangkan membran sayapnya sendiri. Namun jika betina menyukai ajakan pejantan, keduanya akan melakukan perkawinan.

Sesudah kawin, betina akan turun ke tanah untuk membuat lubang dengan cara menusuk-nusukkan kepalanya ke dalam tanah layaknya sekop. Jika lubangnya sudah jadi, betina akan menaruh telur-telurnya di sana & kemudian menutupnya kembali supaya telurnya tidak terlihat oleh hewan pemakan telur.

Jumlah telur yang bisa dikeluarkan oleh cekibar betina sekali bertelur adalah 5 butir. Sesudah kurang lebih 1 bulan, telur-telur tersebut akan menetas. Bayi cekibar yang baru menetas sudah harus hidup mandiri. Seekor cekibar bisa tumbuh hingga sepanjang 21 cm, di mana betina biasanya berukuran lebih besar dibandingkan pejantan.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Agamidae
Genus : Draco
Spesies : Draco volans



REFERENSI

Crew, B.. 2014. "Flying dragon lizard a true gliding reptile".
(www.australiangeographic.com.au/blogs/creatura-blog/2014/05/dragon-lizard-draco-volans/)

National Geographic. "Draco Lizard".
(www.nationalgeographic.com/animals/reptiles/facts/draco-lizard)

Van Arsdale, M.. 1999. "Draco volans".
(animaldiversity.org/accounts/Draco_volans/)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.