Kerang Raksasa, Penghuni Abadi Dasar Lautan



Cangkang kerang raksasa yang sudah kosong. (naplesseashellcompany.com)

Kerang adalah sebutan untuk hewan air dari kelas Bivalvia yang mudah dikenali berkat bentuknya yang khas. Tubuhnya terdiri dari 2 bilah cangkang keras yang bagian pangkalnya terhubung satu sama lain. Bentuk cangkang kerang yang khas tersebut lantas membuat hewan yang bersangkutan terlihat seperti bibir tanpa wajah. Kerang-kerang yang sudah dikenal oleh manusia pada umumnya hanya berukuran kecil. Namun hal tersebut tidak berlaku untuk spesies kerang raksasa (giant clam; Tridacna gigas).

Dengan melihat namanya sekilas saja, kita pasti sudah bisa menebak kenapa hewan tersebut memperoleh nama demikian. Benar, kerang raksasa memang berukuran amat besar. Panjang cangkangnya yang terbesar diketahui mencapai 1,5 m. Ukurannya tersebut lantas menjadikan kerang raksasa sebagai spesies bivalve / hewan bercangkang ganda terbesar di dunia.

Walaupun kerang raksasa bukanlah hewan Mollusca terbesar di dunia (spesies Mollusca terbesar adalah cumi-cumi kolosal), kerang ini adalah hewan Mollusca terberat dengan bobot mencapai 300 kilogram. Kerang raksasa hanya dapat ditemukan di perairan tropis Hindia & Pasifik. Habitatnya adalah perairan dangkal dengan kedalaman maksimum 20 m.

Sebagai akibat dari ukurannya yang besar, beredarlah cerita kalau kerang ini konon bisa membunuh penyelam dengan cara menjepit tangannya & membuat penyelam tersebut mati kehabisan oksigen. Cerita itu sendiri nampaknya sudah dilebih-lebihkan karena kenyataannya, kerang raksasa yang sudah berukuran dewasa tidak bisa menutup cangkangnya rapat-rapat. Sementara kerang yang berukuran lebih kecil hanya bisa menutup cangkangnya dalam gerakan yang lambat.

Selain ukurannya yang besar, kerang raksasa juga dapat dikenali dengan melihat bagian tepi cangkangnya yang bergelombang. Jumlah lekukan yang menyusun masing-masing bilah cangkang biasanya berjumlah antara 4 hingga 5 buah.

Di bagian tepi permukaan dalam cangkangnya, terdapat lapisan lunak bernama "mantel" yang penampakannya terlihat seperti bibir pada manusia. Kerang raksasa biasanya memiliki mantel dengan warna-warna mencolok seperti cokelat, kuning, hijau, hingga biru.

Kerang raksasa dengan mantel berwarna ungu & lubang sifon yang terlihat. (maritimereview.ph)

Walaupun berukuran amat besar, makanan kerang raksasa terdiri hewan-hewan kecil seperti plankton. Kerang raksasa makan dengan cara menghisap air laut memakai lubang sifonnya & kemudian menyaring plankton memakai insangnya.

Namun plankton sendiri sebenarnya bukanlah sumber asupan gizi utama bagi kerang raksasa. Untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya, kerang raksasa mengembangkan hubungan simbiosis mutualisme dengan zooxanthellae, sejenis plankton nabati yang juga dapat ditemukan dalam tubuh terumbu karang.

Zooxanthellae menjadikan jaringan tubuh kerang raksasa sebagai tempat tinggalnya. Sebagai gantinya, zooxanthellae akan melakukan fotosintesis & melepaskan zat hara yang kemudian akan diserap oleh kerang raksasa. Sebanyak 90% kebutuhan gizi kerang raksasa diketahui berasal dari zooxanthellae.

Karena zooxanthellae hanya bisa menghasilkan zat hara jika ada cahaya, seekor kerang raksasa yang terlalu lama berada di tempat gelap bisa mati akibat kelaparan. Kerang raksasa juga bisa mengalami kematian jika zooxanthellae-nya mati akibat sebab-sebab tertentu semisal polusi.

Zooxanthellae bukanlah satu-satunya makhluk yang menjadikan kerang raksasa sebagai tempat tinggalnya. Sejenis kepiting laut yang bernama kepiting polong (pea crab; Xanthasia murigera) diketahui juga menggunakan kerang raksasa sebagai tempat tinggal untuk & berkembang biak.

Namun tidak seperti zooxanthellae yang keberadaannya membawa manfaat bagi kerang raksasa, hubungan antara kerang raksasa dengan kepiting polong nampaknya bersifat komensalisme. Pasalnya jika kepiting mendapatkan jaminan keamanan saat berlindung di dalam tubuh kerang raksasa, maka kerang raksasa tidak mendapatkan keuntungan maupun kerugian dari keberadaan kepiting polong.


Perbandingan ukuran cangkang kerang raksasa dengan manusia. (tampabaysalvage / pinterest.com)


TELURNYA MENCAPAI JUTAAN BUTIR

Kerang raksasa adalah hewan hermafrodit yang berarti hewan ini memiliki organ jantan sekaligus betina. Namun kerang ini tetap harus melakukan perkawinan dengan kerang lain untuk berkembang biak.

Perkawinan antar kerang raksasa terjadi ketika 2 ekor kerang / lebih melepaskan sel-sel sperma & telurnya ke laut lepas. Jumlah sel telur yang dilepaskan oleh seekor kerang raksasa bisa mencapai 500 juta butir! Ketika sel telurnya ada yang bertabrakan dengan sel sperma, terjadilah pembuahan & hasil pembuahannya kemudian akan menetas menjadi larva 12 jam kemudian.

Tidak seperti kerang dewasa, larva berukuran amat kecil & masih belum memiliki cangkang. Pada fase ini, larva akan hidup melayang-layang mengikuti arus laut layaknya plankton. Seiring berjalannya waktu, larva kerang akan tumbuh semakin besar & mulai menumbuhkan cangkang serta kaki.

Ketika larva kerang menemukan tempat yang cocok di dasar laut, larva akan menjatuhkan dirinya ke dasar laut & melanjutkan hidupnya sebagai penghuni tetap dasar laut tersebut. Seekor kerang raksasa diketahui bisa hidup hingga usia lebih dari 100 tahun!

Walaupun berukuran besar & memiliki cangkang yang tebal, kerang raksasa tetap memiliki musuh. Saat masih menjalani fase larva, kerang raksasa rentan dimakan oleh hewan-hewan pemakan plankton.

Larva kerang raksasa. (Neo Mei Lin / psychedelic-nature.blogspot.com)

Ketika sudah memasuki fase kerang, hewan yang memangsa kerang-kerang raksasa justru adalah hewan-hewan kecil seperti sidat laut, siput laut, bintang laut, & beberapa jenis ikan. Mereka memakan kerang raksasa dengan cara menyelinap ke dalam celah cangkangnya & mencabik potongan daging mantelnya.

Dari sekian banyak makhluk yang memangsa kerang raksasa, tak ada lebih berbahaya bagi kerang raksasa selain manusia. Karena habitat kerang raksasa berada di tempat yang mudah dijangkau, hewan ini pun menjadi sasaran empuk bagi manusia untuk diambil daging serta cangkangnya.

Saat jumlah kerang raksasa yang diambil langsung dari habitat aslinya semakin banyak, populasi mereka pun secara berangsur-angsur memudar. Di sejumlah tempat semisal di Kepulauan Fiji, kerang raksasa bahkan sudah tidak bisa ditemukan lagi.

Supaya kerang raksasa tidak benar-benar punah, upaya-upaya pelestarian pun sudah mulai ditempuh. Salah satunya dengan metode budidaya supaya manusia bisa memanfaatkan kerang raksasa tanpa harus mengambilnya secara langsung dari alam liar.

Dengan metode yang sama, manusia juga berupaya memulihkan populasi kerang raksasa di alam liar dengan cara membudidayakan kerang & kemudian menaruh kerang hasil budidayanya di laut lepas. Metode ini sudah diterapkan di negara Tonga pada dekade 90-an.

Selain ancaman dari manusia, kerang raksasa nampaknya juga terancam oleh pemanasan global & pencemaran air laut. Pasalnya karena kerang raksasa tidak pernah berpindah tempat, bertambahnya kadar senyawa limbah di perairan tempatnya hidup akan berdampak pada menumpuknya senyawa berbahaya dalam tubuhnya. Sementara meningkatnya suhu air laut akan berdampak pada meningkatnya kadar keasaman laut & melemahnya cangkang kerang raksasa.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Veneroida
Famili : Tridacnidae
Genus : Tridacna
Spesies : Tridacna gigas



REFERENSI

ARKive. "Giant clam  (Tridacna gigas)".
(www.arkive.org/giant-clam/tridacna-gigas/)

A-Z Animals. "Giant Clam (Tridacna gigas)".
(a-z-animals.com/animals/giant-clam/)

K. Tervo & R. Csomos. 2001. "Tridacna gigas".
(animaldiversity.org/accounts/Tridacna_gigas/)

Safrizal, R.. 2011. "Asidifikasi Samudera: Ancaman Bagi Organisme Laut".
(www.jejaringkimia.web.id/2011/04/asidifikasi-samudra-ancaman-bagi.html)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.