CARI

Cocopet, Serangga dengan Ekor Penjepit Serba Guna



Cocopet yang sedang menegakkan ekor capitnya. (Bryan Wright / uk.inaturalist.org)

Cocopet (earwig) adalah nama dari sejenis serangga yang mudah dikenali dengan melihat capit di ekornya. Capit tersebut menyebabkan cocopet nampak sebagai serangga yang berbahaya. Faktanya, cocopet bukanlah serangga yang berbahaya bagi manusia karena capit tersebut tidak beracun & tidak cukup kuat untuk melukai manusia.

Capit pada ekor cocopet memiliki fungsi yang beragam. Fungsi pertama adalah sebagai alat pertahanan diri. Saat cocopet merasa terancam, cocopet akan mengangkat ujung capitnya supaya musuhnya merasa gentar. Jika musuhnya masih tidak mau mundur, cocopet akan menggunakan capit ekornya untuk menusuk & menjepit.

Fungsi kedua capit ekor cocopet adalah untuk menangkap hewan kecil mangsanya. Pada jenis cocopet yang bisa terbang, capit tersebut juga memiliki fungsi tambahan. Cocopet akan menggunakan capit ekornya untuk membantu melipat sayap saat baru saja selesai terbang.

Cocopet dengan sayap belakang yang terentang. (Jakob Faber / sciencenews.org)

Jenis cocopet yang bisa terbang memiliki 2 pasang sayap pada punggungnya. Sayap depan cocopet berukuran pendek & berwarna gelap, sementara sayap belakangnya berukuran besar & transparan. Meskipun cocopet memang bisa menggunakan sayapnya untuk terbang, cocopet hanya bisa terbang dalam jarak dekat.

Saat terbang, cocopet akan mengepak-ngepakkan sayap belakangnya, sementara sayap depannya hanya terentang kaku. Ketika sedang tidak terbang, cocopet akan melipat sayap transparannya di bawah sayap depannya yang tebal. Itulah sebabnya cocopet yang sedang tidak terbang nampak seolah-olah tidak memiliki sayap.

Cocopet jantan & betina bisa dibedakan dengan melihat bentuk capit ekornya. Pejantan memiliki capit berbentuk melengkung, sementara betina memiliki capit yang bentuknya lurus. Berkat ekor capitnya yang berbentuk melengkung, pejantan bisa berpegangan pada ekor betina saat melakukan perkawinan.

(Kiri-kanan) Cocopet jantan & betina. (Sharon Warner / bugguide.net)

Cocopet terdiri dari 2.000 macam spesies yang semuanya tergolong dalam ordo Dermaptera. Karena terdiri dari banyak spesies, cocopet pun memiliki wujud & perilaku yang beragam.

Cocopet terkecil panjangnya tidak sampai 1 cm. Namun cocopet terbesar panjangnya bisa mencapai 5 cm. Spesies cocopet berukuran jumbo tersebut adalah cocopet raksasa Australia (Titanolabis colossea).

Di masa lampau, cocopet bahkan diketahui bisa berukuran lebih besar lagi. Spesies cocopet Labidura herculeana yang berasal dari Pulau Saint Helena - pulau kecil di tengah-tengah Samudera Atlantik - panjangnya diketahui mencapai 8 cm. Namun cocopet tersebut sekarang sudah dinyatakan punah karena tidak pernah lagi terlihat sejak dekade 1970-an.



HEWAN PEMALU YANG PROTEKTIF

Cocopet dapat ditemukan di seluruh dunia, kecuali di Kutub Selatan yang suhunya amat dingin. Mereka umumnya memiliki pola hidup nokturnal alias aktif pada malam hari. Pada siang hari, cocopet bersembunyi di tempat-tempat yang gelap & terlindung. Misalnya di bawah batu atau di celah pohon.

Cocopet adalah hewan omnivora alias pemakan segala. Makanannya terdiri dari serangga kecil, bangkai hewan besar, buah, bunga,lumut, hingga tanaman yang sedang membusuk. Cocopet paling tertarik pada makanan yang rasanya manis atau yang mengandung kadar minyak tinggi.

Cocopet merupakan hewan dengan sifat keibuan yang tinggi. Saat cocopet betina sudah melakukan perkawinan, ia akan menaruh telur-telurnya di tempat yang terlindung, misalnya di bawah batu atau di dalam tanah. Jumlah telur yang dikeluarkan oleh cocopet betina bisa mencapai 50 butir lebih.

Sesudah mengeluarkan telurnya, cocopet betina akan melindungi telur-telur tersebut hingga menetas. Saat ada hewan lain yang mencoba mendekati telurnya, cocopet betina akan menyerang hewan tersebut memakai capit ekornya. Cocopet betina juga membersihkan telur-telurnya secara teratur supaya jamur tidak tumbuh pada telurnya.

Induk cocopet yang sedang melindungi telur & bayinya. (Nabokov / wikipedia.org)

Saat telurnya sudah menetas, cocopet betina kembali menunjukkan perilaku keibuannya. Ia akan melindungi bayi-bayinya & memberi mereka makan dengan cara memuntahkan makanan dari mulutnya.

Saat anak cocopet sudah berganti kulit untuk kedua kalinya, anak cocopet akan meninggalkan sarangnya & melanjutkan hidupnya secara mandiri. Cocopet biasanya baru mulai hidup mandiri pada usia 2 bulan & mengalami kematangan seksual pada usia 3 bulan.

Cocopet mengalami metamorfosis tidak sempurna yang berarti hewan ini menjalani 3 fase dalam siklus hidupnya : fase telur, nimfa, & dewasa. Nimfa yang baru menetas wujudnya serupa dengan cocopet dewasa, namun masih belum memiliki sayap.

Supaya bisa tumbuh hingga menjadi cocopet dewasa, nimfa cocopet akan melakukan pergantian kulit berulang kali. Cocopet diketahui bisa hidup hingga usia 1 tahun.


Seekor cocopet di atas punggung tangan manusia. (mothernaturesinc.com)


GEMAR BERSARANG DI TELINGA MANUSIA?

Di alam liar, cocopet memiliki banyak pemangsa. Hewan-hewan yang diketahui memakan cocopet di antaranya adalah burung, laba-laba, tawon, kelabang, lalat parasit, kodok, kadal, & masih banyak lagi.

Supaya aman dari pemangsanya, cocopet memiliki kebiasaan untuk bersembunyi & baru akan keluar saat hari sudah gelap. Kalaupun cocopet berpapasan dengan pemangsanya, cocopet masih bisa membela diri dengan memakai capit ekornya. Cocopet spesies tertentu juga bisa mengeluarkan cairan yang baunya tidak sedap.

Bagi manusia, cocopet dipandang sebagai hewan yang menguntungkan sekaligus merugikan. Cocopet disebut menguntungkan saat hewan ini membantu memakan sisa-sisa tanaman & hewan yang membusuk. Namun saat cocopet kehabisan sampah organik untuk dimakan, cocopet akan berubah menjadi hama yang menyerang tanaman perkebunan.

Cocopet juga ditakuti oleh manusia karena adanya kepercayaan kalau hewan ini memiliki kebiasaan untuk memasuki telinga manusia & bertelur pada otak manusia. Faktanya, cocopet aslinya tidak pernah bertelur pada otak manusia.

Jika cocopet sampai masuk ke dalam telinga, itu lebih karena cocopet mengira kalau telinga manusia adalah tempat untuk bersembunyi. Karena kebiasaan cocopet memasuki telinga pulalah, hewan ini di negara-negara berbahasa Inggris dikenal dengan nama "earwig" (ear = telinga).  -  © Rep. Eusosialis Tawon



KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Dermaptera



REFERENSI

Allison, T.. " All about earwigs, curious victims of a baseless myth".
(www.welcomewildlife.com/all-about-earwigs-curious-victims-of-a-baseless-myth/)

BBC. 2012. "Common earwig".
(www.bbc.co.uk/nature/wildfacts/factfiles/421.shtml)

Bruckbauer, M.. 2021. "11 Facts You Need to Know About the Pincher Bug".
(www.familyhandyman.com/list/earwig-facts/)

Hance, J.. 2014. "Gone for good: world’s largest earwig declared extinct".
(news.mongabay.com/2014/11/gone-for-good-worlds-largest-earwig-declared-extinct/)

Miller, M.L.. 2020. "Weird and Unbelievable Facts About Earwigs".
(blog.nature.org/science/2020/07/13/weird-and-unbelievable-facts-about-earwigs/)

Vincent, M.. 2013. "Forficula auricularia".
(animaldiversity.org/accounts/Forficula_auricularia/)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



2 komentar:

  1. Apakah cocopet ini yg dulu sempat hrboh di indo, dan disebut tomcat?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beda. Cocopet itu nggak beracun, sementara kumbang tomcat itu beracun & bisa menimbulkan luka di kulit kalau keinjak. Lalu kumbang tomcat nggak punya capit di ekornya.

      Kalau di klasifikasi ilmiah, cocopet itu masuk ordo tersendiri (Dermaptera), sementara kumbang tomcat itu masuknya ordo kumbang (Coleoptera).

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.