Perang Nagorno-Karabakh, Sengketa di Bekas Tanah "Beruang Merah"



Tentara Nagorno-Karabakh (Armenia) yang sedang mendaki parit perlindungan. (Sumber)

Pernah dengar nama Nagorno-Karabakh? Belum? Kalau begitu, bagaimana dengan nama Kaukasus? Belum pernah dengar juga? Baik, kalau negara yang bernama Armenia & Azerbaijan? Masih belum juga??? Oke, kalau nama Uni Soviet atau Rusia pasti semuanya pada tahu lah. Kalau masih belum tahu juga, buka kembali atlasnya atau pergi lagi ke bangku sekolah untuk belajar ulang soal geografi. Hehehe, hanya bercanda, jangan diambil hati kalau anda memang benar-benar tidak mengerti.

Oke, itu tadi hanya sekedar pemanasan. Kali ini pihak Republik ingin membahas soal konflik yang cukup penting, tapi gaungnya tidak sepopuler perang-perang lainnya semisal perang antara Irak melawan Iran. Konflik yang dimaksud di sini adalah Perang Nagorno-Karabakh, perang yang terjadi antara negara Armenia melawan negara Azerbaijan akibat mempersengketakan wilayah Nagorno-Karabakh, suatu wilayah kecil di kawasan pegunungan Kaukasus yang diapit oleh Laut Hitam & Laut (danau) Kaspia.

Perang Nagorno-Karabakh secara garis besar bisa dibagi menjadi 2 fase : fase I (1988 - 1991) & fase II (1992 - 1994). Fase I atau bisa disebut fase konflik antar etnis sudah dimulai sejak wilayah Armenia, Azerbaijan, & NK masih menjadi bagian dari Uni Soviet. Menyusul kebijakan glasnost (keterbukaan politik) yang diberlakukan oleh Uni Soviet sejak pertengahan tahun 1980-an, sengketa atas NK pun kemudian berubah menjadi konflik terbuka antar etnis. Konflik pada fase ini sendiri umumnya berupa kontak senjata yang intensitas & ruang lingkupnya masih terbatas.

Fase II atau fase konflik antar negara bermula ketika Uni Soviet pecah sehingga wilayah Armenia & Azerbaijan sama-sama berubah menjadi negara merdeka, namun status wilayah NK masih tetap mengambang. Fase ini bisa dikatakan sebagai fase tersengit dalam perang karena selama fase ini, masing-masing pihak mulai menerjunkan persenjataan-persenjataan beratnya seperti tank & pesawat tempur. Perang akhirnya berakhir pada tahun 1994 dengan kemenangan kubu Armenia, namun persengketaan atas status NK tetap berlanjut hingga sekarang di meja perundingan.


Peta dari Armenia, Azerbaijan, & Nagorno-Karabakh. (Sumber)


LATAR BELAKANG

Sebelum kita bicara soal perangnya, kita bahas dulu sedikit soal Nagorno-Karabakh (saya sebut NK saja habis ini biar lebih singkat). Nagorno-Karabakh adalah nama sebuah wilayah kecil yang terletak di kawasan selatan Kaukasus yang bergunung-gunung. Kendati hanya berukuran kecil, wilayah Kaukasus - termasuk NK - sangatlah strategis karena menjadi jalur darat yang menghubungkan kawasan Timur Tengah dengan Eropa Timur. Tanah dari Kaukasus juga kaya akan barang tambang, salah satunya minyak bumi. Wilayah NK sendiri secara geografis terletak di wilayah Azerbaijan, namun komposisi penduduknya didominasi oleh etnis Armenia.

Kawasan NK selama berabad-abad ditaklukkan oleh berbagai bangsa, namun sejak abad ke-19 wilayah tersebut menjadi bagian dari Rusia. Ketika terjadi Revolusi Merah oleh kaum komunis Rusia di tahun 1917, wilayah Kaukasus - termasuk NK - sempat melepaskan diri untuk membentuk negara baru bernama Federasi Transkaukasian. Konsep negara tersebut sayangnya tak bertahan lama & kawasan Kaukasus lalu terpecah menjadi 3 negara berdasarkan komposisi etnis dominannya : Armenia, Azerbaijan, & Georgia. Pada periode ini pula, untuk pertama kalinya Armenia & Azerbaijan terlibat perang terbuka karena memperebutkan wilayah NK.

Perang antara Armenia & Azerbaijan berakhir dengan sendirinya menyusul invasi militer Uni Soviet (Rusia) ke kawasan Kaukasus pada tahun 1920. Uni Soviet kemudian memasukkan wilayah Kaukasus sebagai bagian dari wilayahnya & masing-masing negara di kawasan tersebut dijadikan negara bagian (federasi) berhaluan sosialis komunis yang loyal kepada Soviet. Kendati demikian, sengketa atas NK tidak serta-merta berakhir begitu saja karena perwakilan dari Armenia & Azerbaijan kembali mempermasalahkan NK akan dimasukkan ke wilayah mana.

Setelah melalui diskusi yang alot, Uni Soviet akhirnya memutuskan untuk menjadikan NK sebagai wilayah dari Azerbaijan dengan status otonomi khusus pada tahun 1923. Kebijakan Uni Soviet tersebut oleh sejumlah akademisi masa kini dianggap sebagai upaya memecah-belah wilayah Kaukasus secara halus sehingga sang "Beruang Merah" - sebutan lain Uni Soviet / Rusia - bisa mengontrol wilayah Kaukasus dengan lebih mudah. Jadi jika suatu hari nanti terjadi gejolak sosial politik di NK, rakyat etnis Armenia & Azerbaijan akan sibuk berkonflik 1 sama lain alih-alih bersatu melawan pemerintah pusat Uni Soviet.

Berkat kebijakan Uni Soviet tersebut, kondisi wilayah Kaukasus bisa dibilang stabil & sengketa soal NK nyaris tidak pernah muncul ke permukaan lagi. Namun situasinya mulai berubah sejak Mikhail Gorbachev naik menjadi Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet pada tahun 1985. Ia mulai memberikan kebebasan pada masing-masing wilayah Uni Soviet untuk menentukan masa depannya sendiri (dikenal sebagai "glasnost"). Kebijakan Gorbachev tersebut pada gilirannya memunculkan kembali masalah sengketa NK di mana pada saat itu, pemimpin wilayah NK menyatakan kesediaannya agar NK menjadi bagian dari wilayah Armenia. Keinginan tersebut jelas ditentang oleh Azerbaijan selaku pemilik resmi wilayah NK saat itu.


Mikhail Gorbachev. (Sumber)


PERANG FASE I (1988 - 1991)

Dimulainya Pembantaian Antar Etnis

Seiring dengan semakin menguatnya upaya penyatuan wilayah NK dengan Armenia, gesekan antara etnis Armenia dengan etnis Azerbaijan di NK pun timbul. Komunitas Azerbaijan di NK mengklaim bahwa mereka terus diteror & diintimidasi oleh komunitas Armenia yang memang merupakan etnis mayoritas NK. Gesekan-gesekan itu lantas pecah menjadi bentrokan besar pada tanggal 22 Februari 1988 di dekat kota Askeran, NK, yang berujung pada tewasnya 2 pemuda Azerbaijan akibat dibakar hidup-hidup.

Bagaikan api yang disiram bensin, bentrokan di NK kemudian meluas ke wilayah lain Azerbaijan dengan cepat. Tanggal 27 Februari 1988 menyusul beredarnya kabar angin bahwa etnis Armenia di kota Ghapan melakukan aksi kekerasan kepada wanita Azerbaijan, orang-orang Azerbaijan yang marah melakukan aksi penyerangan kepada etnis Armenia di kota Sumgait, Azerbaijan. Pemukiman-pemukiman milik komunitas Armenia dirusak, sementara orang-orangnya dianiaya & diperkosa di jalanan.

Aksi-aksi penyerangan yang dilakukan terhadap etnis Armenia di wilayah Azerbaijan balik mengundang kemarahan & aksi balas dendam dari orang-orang Armenia. Akibatnya sejak bulan November 1988, puluhan orang Azerbaijan yang mendiami wilayah Armenia tewas dibunuh & ratusan lainnya yang selamat harus kehilangan tempat tinggal akibat serangan-serangan penduduk Armenia setempat. Sebagai akibat dari semakin memanasnya konflik di masing-masing wilayah, terjadi migrasi besar-besaran di mana sebagian besar etnis Armenia yang bermukim di Azerbaijan mengungsi ke Armenia & sebaliknya.

Situasi keamanan di kawasan Kaukasus yang semakin berlarut-larut pada akhirnya membuat pemerintah pusat Uni Soviet memutuskan untuk turun tangan. Komite Karabakh yang bertanggung jawab atas aktivitas pemerintahan NK dibubarkan & sejumlah petingginya dipenjara oleh Uni Soviet pada akhir tahun 1988 karena dianggap membiarkan sentimen nasionalisme masing-masing etnis berkembang menjadi semakin ekstrim. Lebih lanjut, sejak awal tahun 1989 pemerintah pusat Uni Soviet juga mulai mengambil alih aktivitas pemerintahan di NK secara langsung.


Milisi Armenia. (Sumber)


Meningkatnya Gerakan Nasionalisme di Armenia & Azerbaijan

Perkembangan situasi di NK yang semakin rumit mengundang rasa tidak puas dari rakyat Azerbaijan yang menuduh pemerintahan komunis Azerbaijan terlalu lunak & terlalu patuh pada pemerintah pusat Uni Soviet. Seiring dengan makin mengikisnya pamor kubu komunis, timbul aksi demonstrasi besar-besaran di pertengahan tahun 1989 oleh komunitas Azerbaijan yang berujung pada pendirian partai politik baru bernama Azarbaycan Xalq Caphasi (AXC; Front Populer Azerbaijan). Sepak terjang AXC bisa dibilang lebih radikal karena AXC tidak segan-segan memakai cara kekerasan demi memperjuangkan status NK sebagai bagian dari Azerbaijan.

Aksi-aksi radikal AXC akhirnya memuncak menjadi aksi penyerangan & pembantaian kepada komunitas Armenia yang bermukim di Baku, ibukota Azerbaijan, pada bulan Januari 1990. Uni Soviet lantas meresponnya dengan mengirimkan pasukan darat & tank untuk menduduki kota Baku. Konflik antara milisi Azerbaijan dengan tentara Uni Soviet pun akhirnya tak terhindarkan sehingga sekitar 120 penduduk sipil Azerbaijan & 8 tentara Uni Soviet harus kehilangan nyawa. Peristiwa itu kemudian dikenal dengan sebutan "Januari Hitam" & akibat peristiwa itu pula, hubungan antara Azerbaijan dengan pemerintah pusat Uni Soviet semakin memburuk.

Konflik antar etnis di NK masih terus berlangsung hingga tahun 1991 di mana pada tahun yang sama, Uni Soviet menggelar pemungutan suara (referendum) besar-besaran untuk menentukan masa depan masing-masing negara bagian Uni Soviet. Armenia sendiri memboikot aktivitas pemungutan suara yang digelar Uni Soviet tersebut & memilih untuk langsung memerdekakan diri pada tanggal 23 Agustus. Kemerdekaan Armenia lalu diikuti dengan kemerdekaan negara-negara bagian Uni Soviet lainnya, termasuk Azerbaijan yang mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 18 Oktober. Merdekanya Armenia & Azerbaijan lalu diikuti dengan penarikan mundur tentara Uni Soviet yang masih berada di NK.

Menyusul merdekanya wilayah Armenia & Azerbaijan, parlemen wilayah NK juga turut menggelar referendum di mana hasilnya, lebih dari 90 % rakyat NK menginginkan kemerdekaan NK. Namun perlu diperhatikan juga bahwa dalam referendum itu, etnis Azerbaijan melakukan pemboikotan sehingga hasil referendum tersebut bisa dikatakan hanya mewakili opini etnis Armenia di NK. Usai diumumkannya hasil referendum, wilayah NK kemudian memproklamasikan dirinya sebagai negara baru dengan nama resmi Republik Nagorno-Karabakh. Merdekanya Armenia & Azerbaijan yang diikuti dengan deklarasi kemerdekaan oleh kawasan NK pun sekaligus mengawali fase baru dalam perang di atas wilayah NK...


Iring-iringan pasukan Azerbaijan. (Sumber)


PERANG FASE II (1992 - 1994)

Serangan Pembuka oleh Pasukan Armenia

Usai merdekanya Armenia & Azerbaijan, situasi keamanan di NK tidak lantas membaik, bahkan cenderung semakin memanas. Sebelum kedua wilayah tersebut merdeka, kegiatan bersenjata masing-masing etnis masih bisa dibatasi pergerakannya oleh militer Uni Soviet. Namun pasca runtuhnya Uni Soviet, masing-masing pihak mulai membeli persenjataan sebanyak mungkin tanpa bisa dicegah di mana persenjataan yang dibeli sudah mencakup tank, artileri, & pesawat tempur. Untuk membeli aneka persenjataan tersebut, Azerbaijan mengandalkan pendapatan dari sektor minyaknya, sementara Armenia bergantung pada sumbangan uang dari pengusaha-pengusaha Armenia di luar negeri.

Perang fase antar negara ini juga ditandai dengan mulai masuknya pengaruh asing pada masing-masing pihak yang berperang. Turki menjadi salah satu sekutu utama Azerbaijan karena faktor keterkaitan sejarah & agama, namun Turki sendiri enggan ikut campur terlalu dalam ke dalam konflik karena khawatir campur tangannya akan membuat Perang NK menjurus jadi perang agama (Armenia didominasi oleh pemeluk agama Kristen, sementara Azerbaijan & Turki kebetulan mayoritas penduduknya penganut agama Islam). Sebagai akibatnya, bantuan yang diberikan Turki pun hanya terbatas pada dukungan politis & pengiriman bantuan logistik serta penasihat militer ke Azerbaijan.

Di lain pihak, Armenia sejak awal merasa khawatir bahwa Turki akan ikut campur membantu Azerbaijan di tengah-tengah perang. Sebagai tindakan antisipasinya, Armenia pun bergabung dengan Commonwealth of Independent States (CIS; Persemakmuran Negara-Negara Merdeka) yang anggotanya terdiri dari mayoritas negara-negara bekas Uni Soviet. Armenia berharap bisa mendapat bantuan militer & keamanan dari negara-negara anggota CIS yang lain bila situasi perang tak lagi menguntungkan Armenia.

Pertempuran skala besar pertama akhirnya meletus pada bulan Februari 1992 ketika pasukan Armenia & NK menyerbu kota Khojali (Xocali) di Azerbaijan. Hanya dalam waktu singkat, pasukan gabungan Armenia-NK yang dibantu kendaraan lapis baja berhasil mengalahkan pasukan milisi Azerbaijan yang berada di kota tersebut. Keberhasilan pasukan gabungan Armenia-NK menduduki kota Khojali lantas diikuti dengan peristiwa kelam yang dikenal dengan nama "pembantaian Khojali" di mana dalam peristiwa itu, ratusan penduduk sipil Khojali dibunuh & dimutilasi oleh tentara gabungan Armenia-NK.

Peristiwa pembantaian Khojali berbuntut panjang bagi Armenia karena akibat peristiwa tersebut, pemerintah Armenia mendapat kecaman bertubi-tubi dari dunia internasional. Kubu Armenia sendiri membela diri dengan menyatakan bahwa mereka sudah memberi peringatan lebih dulu kepada penduduk sipil Khojali sebelum penyerbuan agar mereka meninggalkan kota. Di luar perdebatan mengenai siapa yang salah atas peristiwa tersebut, jumlah korban tewas dari peristiwa tersebut juga tidak jelas, namun diperkirakan jumlahnya antara 200 - 1.000 orang.


Peta lokasi Khojali. (Sumber)


Berebut Status sebagai Penguasa Nagorno-Karabakh

Lepas dari misteri-misteri yang masih menyelimuti peristiwa pembantaian Khojali, sebulan kemudian pasukan gabungan Armenia-NK kembali melancarkan serangan untuk ke kota Shusha, Azerbaijan. Pertempuran berlangsung sengit. Pasukan Azerbaijan yang dibantu oleh milisi mujahidin Chechnya melawan sekuat tenaga, namun mereka gagal membendung pergerakan pasukan gabungan Armenia-NK yang dibantu oleh tank & helikopter sehingga kota tersebut pun akhirnya jatuh ke tangan pasukan gabungan Armenia-NK. Tak lama kemudian, pasukan gabungan Armenia-NK juga berhasil merebut kota Lachin di dekatnya sekaligus mengamankan jalur darat antara kawasan NK dengan Armenia.

Pasukan Azerbaijan yang selama ini berada dalam posisi tertekan akhirnya melancarkan serangannya pada bulan Juni 1992 untuk merebut kembali seluruh wilayah NK. Penyerbuan dimulai ketika pasukan Azerbaijan melancarkan serangan besar-besaran dari utara & selatan kawasan NK dengan mengerahkan tank, helikopter, & ribuan personil tentara. Kesulitan karena dikeroyok dari 2 arah sekaligus oleh pasukan Azerbaijan, pasukan gabungan Armenia-NK dipaksa mundur sehingga serangan pasukan Azerbaijan tersebut berakhir dengan jatuhnya wilayah timur NK ke tangan Azerbaijan.

Konflik antara Armenia dengan Azerbaijan sempat mereda pada akhir tahun 1992 menyusul musim dingin yang mendera kawasan tersebut, namun konflik kembali memanas di tahun berikutnya. Bulan Januari 1993, pasukan Armenia melancarkan serangan ke wilayah NK utara yang sudah dikuasai oleh pasukan Azerbaijan sejak pertengahan tahun 1992. Serangan tersebut berbuah manis bagi kubu Armenia karena usai serangan tersebut, sebagian wilayah utara NK berhasil dikuasai kembali oleh kubu Armenia.


Tentara Azerbaijan yang sedang menembakkan meriam. (Sumber)


Timbulnya Konflik Internal di Tubuh Azerbaijan

Jatuhnya kembali sebagian wilayah NK ke tangan Armenia pada gilirannya menimbulkan perpecahan dalam tubuh pemerintahan Azerbaijan. Bulan Februari 1993, menteri pertahanan Rahim Gaziev meletakkan jabatannya setelah berdebat panas dengan menteri dalam negeri Isgandar Hamidov. Dalam periode yang kurang lebih bersamaan, Kolonel Surat Huseynov yang selama ini ikut menyokong & mendanai militer Azerbaijan juga memutuskan untuk menghentikan sokongannya. Semakin berlarut-larutnya kondisi internal Azerbaijan tersebut pada gilirannya semakin meruntuhkan moral prajurit Azerbaijan yang sebenarnya sudah terpuruk sejak kekalahan melawan pasukan Azerbaijan di awal tahun 1993.

Kembali ke medan perang, kemenangan atas pasukan Azerbaijan di awal tahun 1993 membuat pasukan Armenia semakin bersemangat & yakin bahwa mereka bisa merebut kembali seluruh wilayah NK dari tangan Azerbaijan. Maka pada bulan April 1993, pasukan Armenia pun melancarkan serangan wilayah Kalbajar, Azerbaijan, dari 2 arah sekaligus. Karena minimnya pasukan Azerbaijan yang dikerahkan untuk melindungi Kalbajar & sekitarnya, pasukan Armenia berhasil merebut wilayah tersebut dalam waktu singkat. Selama serangan tersebut, pasukan Armenia juga berhasil merebut sejumlah kendaraan lapis baja milik Azerbaijan.

Keberhasilan Armenia merebut Kalbajar ternyata memantik kecaman internasional karena Kalbajar sebenarnya termasuk ke dalam wilayah resmi Azerbaijan & serangan Armenia ke Kalbajar dianggap sebagai upaya pencaplokan wilayah secara paksa. Maka pada tanggal 30 April 1993, PBB pun mengeluarkan Resolusi 822 yang meminta tentara Armenia untuk meninggalkan wilayah Kalbajar sesegera mungkin. Namun, Armenia kembali membela diri dengan menyatakan bahwa tujuan mereka merebut wilayah Azerbaijan di sekitar NK adalah untuk menciptakan jarak yang aman antara wilayah NK dengan markas militer Azerbaijan sehingga artileri milik Azerbaijan takkan bisa menjangkau wilayah NK.

Semakin berlarut-larutnya kondisi perang membuat campur tangan negara-negara lain ke medan perang mulai menguat. Awal September 1993, Turki mengirimkan ribuan pasukannya ke perbatasan Armenia-Turki, namun Rusia meresponnya dengan mengirimkan puluhan ribu tentaranya ke wilayah Armenia untuk mencegah adanya campur tangan Turki lebih jauh. Iran di lain pihak juga mulai menggerakkan pasukannya ke wilayah Azerbaijan menyusul semakin banyaknya pengungsi Azerbaijan yang melarikan diri ke wilayah Iran. Di bulan Oktober & November, PBB juga mengeluarkan sejumlah resolusi baru yang menyerukan Armenia & Azerbaijan agar berhenti berperang.

Di Azerbaijan sendiri, menyusul kekalahan berturut-turut yang dialami oleh pasukan Azerbaijan, Kolonel Surat Huseynov yang sebelumnya mundur dari aktivitas kepengurusan militer Azerbaijan memutuskan untuk melancarkan kudeta kepada pemerintahan berkuasa Azerbaijan pada bulan Juni 1993. Kudeta tersebut berhasil & pada tanggal 1 Juli, ia diangkat menjadi perdana menteri oleh parlemen baru Azerbaijan. Usai naiknya Huseynov ke kursi pemerintahan Azerbaijan, situasi di medan perang tidak lantas membaik, bahkan cenderung memburuk karena satu demi satu wilayah Azerbaijan di sekitar NK berhasil direbut oleh pasukan Armenia.


Surat Huseynov. (Sumber)


Konflik Terakhir Menjelang Akhir Perang

Tak lama usai peristiwa kudeta di Azerbaijan, Heydar Aliyev - eks anggota partai komunis Azerbaijan - terpilih sebagai presiden baru Azerbaijan pada bulan Oktober 1993. Aliyev lantas menjanjikan akan memulihkan kembali kondisi internal Azerbaijan & merebut kembali wilayah-wilayah Azerbaijan yang dikuasai oleh pasukan Armenia. Sebagai langkah awal, pemerintah Azerbaijan melakukan kebijakan berupa perekrutan pemuda-pemuda Azerbaijan dalam jumlah besar untuk menambah jumlah pasukan Azerbaijan. Azerbaijan juga bergabung ke dalam CIS pada bulan yang sama & berhasil mendapatkan bantuan stok persenjataan dari Rusia.

Serangan balik pasukan Azerbaijan di bawah rezim baru pimpinan Huseynov & Aliyev akhirnya dimulai pada bulan Desember 1993 di mana dalam serangan itu, ribuan pasukan Azerbaijan yang dibantu oleh milisi Afganistan menerapkan taktik yang dikenal sebagai "human wave attack", yaitu taktik menerjunkan langsung tentara dalam jumlah besar ke garis depan. Taktik Azerbaijan tersebut konon diinspirasi dari taktik Iran selama Perang Irak-Iran untuk mengantisipasi problem minimnya stok persenjataan berat macam tank yang bisa digunakan. Serangan tersebut berakhir positif bagi Azerbaijan karena usai serangan tersebut, mereka berhasil merebut kembali sejumlah wilayah di selatan NK.

Keberhasilan pasukan Azerbaijan merebut kembali sejumlah wilayah NK tidak lantas menunjukkan kehebatan pasukan Azerbaijan karena pasukan Armenia saat itu bisa dibilang belum merespon serangan pasukan Azerbaijan. Ketika pasukan Armenia akhirnya benar-benar diterjunkan untuk menghadapi pasukan Azerbaijan, pasukan Azerbaijan berhasil dipukul mundur & wilayah-wilayah yang sebelumnya berhasil direbut pasukan Azerbaijan jatuh kembali ke tangan Armenia. Pasukan Armenia juga sempat melancarkan serangan susulan untuk memecah wilayah Azerbaijan menjadi 2 bagian, namun gagal.

Lepas dari masih berlangsungnya perang, upaya untuk mengakhiri peperangan semakin menemukan titik perang. Bulan Mei 1994, perwakilan dari Armenia, Azerbaijan, NK, & Rusia melakukan sejumlah perundingan di Bishkek (Kirgiztan, Asia tengah) & Moskow (Rusia). Perundingan tersebut akhirnya melahirkan kesepakatan damai yang secara efektif mengakhiri perang memperebutkan kawasan NK yang sudah berlangsung selama 6 tahun di mana wilayah yang sudah ditaklukkan oleh pasukan Armenia & NK kini menjadi wilayah kekuasaan Republik NK.


Peta dari Republik NK (NKR). (Sumber)


KONDISI PASCA PERANG

Hingga sekarang, status NK sebagai republik merdeka tidak diakui oleh negara manapun, termasuk oleh Armenia selaku negara induk mereka sendiri. Sebabnya adalah karena sebagian wilayah mereka - khususnya yang berbatasan dengan Armenia - merupakan wilayah berdaulat milik Azerbaijan sehingga keberadaan negara NK dianggap ilegal oleh dunia internasional. Namun, kendati wilayah NK hingga sekarang tetap dianggap sebagai bagian dari Azerbaijan, pemerintah pusat Azerbaijan tetap kesulitan mengendalikan wilayah tersebut karena keberadaan pasukan bersenjata Armenia & NK yang menentang keberadaan otoritas Azerbaijan di sana.

Pemerintah Azerbaijan menolak untuk mengizinkan NK merdeka, namun mereka menjanjikan akan memberikan status otonomi khusus selonggar mungkin kepada NK bila wilayah tersebut mau menghentikan upayanya untuk memperoleh pengakuan sebagai negara merdeka. Armenia di lain pihak mengklaim bahwa sudah sepantasnya rakyat di NK diizinkan untuk menentukan nasibnya sendiri - termasuk untuk merdeka. Namun, pemerintah Armenia sendiri enggan mengakui status NK sebagai negara merdeka hingga sekarang karena khawatir mereka akan dikucilkan dunia internasional & keputusan mereka bakal memicu timbulnya kembali perang di kawasan NK.

Masalah sosial lainnya yang belum terselesaikan usai Perang NK adalah soal pengungsi korban perang. Hingga sekarang, ada sekitar 610.000 pengungsi NK - mayoritasnya berasal dari etnis Azerbaijan - yang terpaksa tinggal di kompleks pengungsian sementara di perbatasan Armenia & Azerbaijan. Karena status politik wilayah NK yang masih belum jelas, peluang para pengungsi tersebut untuk kembali ke tempat asal mereka sangat kecil. Kondisi sebagian kompleks pengungsian itu sendiri sangat memprihatinkan karena para pengungsi dipaksa hidup berjejal-jejal dalam kompleks yang sempit & minimnya sarana-prasarana pendukung yang layak.

Status para pengungsi di masing-masing negara juga terkatung-katung. Pemerintah Azerbaijan hingga sekarang tidak mengizinkan para pengungsi tersebut membaur dengan komunitas Azerbaijan yang lain karena khawatir, menerima para pengungsi tersebut dianggap sebagai pengakuan resmi atas kemerdekaan NK karena para pengungsi dianggap takkan pernah bisa kembali ke tempat tinggal awal mereka. Di Armenia, situasinya sedikit lebih baik karena sebagian dari para pengungsi diizinkan membaur dengan warga Armenia lainnya.

Suasana di kompleks pengungsian  etnis Azerbaijan. (Sumber)

Masalah lainnya yang masih membayangi kawasan NK hingga sekarang adalah ancaman ranjau darat di sejumlah wilayah bekas zona perang. Menurut PBB, jumlah ranjau darat di kawasan NK diperkirakan mencapai 100.000. Tidak hanya itu, tim yang diterjunkan PBB juga melaporkan bahwa sejak gencatan senjata di tahun 1994, sudah ratusan warga sipil NK tewas atau terluka akibat menginjak ranjau darat yang masih aktif. Aktivitas pembersihan ranjau darat sendiri tidak bisa dilakukan dengan cepat karena sedikitnya bantuan dari pihak-pihak luar untuk membantu membersihkan kawasan NK dari ranjau aktif & banyaknya jumlah ranjau darat yang masih tertanam.

Lepas dari masalah-masalah pasca perang yang masih belum terselesaikan & masih seringnya timbul kontak senjata skala kecil antar tentara di perbatasan, kondisi keamanan NK sekarang bisa dibilang sudah jauh lebih kondusif. Perundingan-perundingan antara perwakilan Armenia dengan Azerbaijan untuk mendapatkan solusi terbaik mengenai masa depan NK juga terus berjalan. Berharap saja agar solusi damai atas wilayah NK yang menguntungkan masing-masing pihak bisa segera ditemukan agar kawasan NK bisa menjadi kawasan damai yang bisa diterima masyarakat internasional & yang terpenting, tidak lagi menjadi medan pembantaian antar etnis.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



DAFTAR PERANG NAGORNO-KARABAKH

- Perang Nagorno-Karabakh I (artikel ini)
- Perang Nagorno-Karabakh II



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
- Waktu : 1988 - 1994
- Lokasi : Armenia, Azerbaijan

Pihak yang Bertempur
(Daerah)  -  Nagorno-Karabakh
(Negara)  -  Armenia
(Grup)  -  milisi-milisi pro-Armenia
         melawan
(Negara)  -  Azerbaijan
(Grup)  -  milisi-milisi pro-Azerbaijan

Hasil Akhir
- Kemenangan pihak Nagorno-Karabakh & sekutunya
- Nagorno-Karabakh menjadi negara merdeka yang tidak diakui dunia internasional

Korban Jiwa
- Armenia : 45.592
- Azerbaijan : 25.000 - 30.000



REFERENSI

RFE/RL - Nagorno-Karabakh : Timeline Of The Long....
Thomson Reuters Foundation - Nagorno-Karabakh Conflict
Wikipedia - Azerbaijan
Wikipedia - History of Nagorno-Karabakh
Wikipedia - Nagorno-Karabakh Republic
Wikipedia - Nagorno-Karabakh War
Cornell, S. E.. 1999. "The Nagorno-Karabakh Conflict". (file PDF)
Ozkan, G.. 2006. "Nagorno-Karabakh Problem". (file PDF)

 




COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



8 komentar:

  1. Go Armenia! :D

    BalasHapus
  2. waktu kecil saya sering sekali dengar konflik nagorno karabakh ini tp waktu itu belum ngeh itu dimana tempatnya.. ternyata di azerbaijan. tapi ko bisa ya etnis armenia menjadi mayoritas di tengah wilayah azerbaijan itu? apakah dulunya ada semacam transmigtasu/ deportasi atau memang etnis armenia sudah mendiami daerah itu dr dulu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah dari dulu. Kalau kesannya wilayah NK yang ditempati etnis Armenia terlihat seperti terjepit di tengah-tengah wilayah etnis Azeri, itu karena wilayah Kaukasus selama berabad-abad beberapa kali mengalami peperangan & pergantian penguasa. Sehingga komposisi penduduk setempat secara otomatis juga ikut berubah.

      Hapus
  3. 3 hari ini ( april 2016 ) konflik di Nagorno Karabakh kembali memanas antara Armenia & Azeri.
    Semoga tidak mencapai perang skala penuh, dan semoga di temukan solusi paling win-win solution.

    salam

    BalasHapus
  4. Lumayan infonya gan.Kami di Georgia ni. Lagi nonton televisi yang kami tak faham bahasanya

    BalasHapus
  5. Nagorno Karabakh adalah wilayah Azerbaijan yang dihuni oleh etnis Armenia. Hingga kini Azerbaijan gagal untuk mengendalikan wilayah tersebut. NK dapat bertahan secara de facto sebagai negara merdeka meskipun tak diakui secara de jure oleh dunia internasional. NK mampu bertahan menghadapi Azerbaijan, tanpa bantuan Rusia sama sekali. Berbeda dengan negara pecahan Soviet lainnya, Abkhazia, Ossetia Selatan & Transnistria yang "merdeka" berkat bantuan & proktektorat Rusia. Tanpa bantuan Rusia, ketiga negara tersebut pasti tidak akan bisa bertahan lama seperti Biafra contohnya.

    BalasHapus
  6. Di tahun 2020,Armenia yang saat itu menjadi kekuatan perkasa kini harus berbalik menjadi kekalahan telak.
    Pada tanggal 27 September, Konflik di Nagorno Karabakh kembali terjadi antara Armenia dan Azerbaijan akibat melanggar Gencatan senjata Total yang membuat Militer Azerbaijan kembali bangkit untuk membebaskan Nagorno Karabakh dari tangan Separatis Armenia
    Konflik ini berlangsung selama 6 Minggu, akhirnya Militer Azerbaijan telah berhasil merebut 5 Kota di wilayah Nagorno Karabakh yakni Jabrayil, Fizuli, Hadrut, Zangilan, dan Gubadli
    Hingga tanggal 10 November pukul 00.00 waktu setempat, Armenia mengumumkan Kesepakatan Damai total dengan Azerbaijan atas saran dari pihak Rusia yang sebelumnya meminta kedua negara untuk adakan Gencatan senjata selama 2 kali, tetapi gagal.
    Sebelum berakhirnya konflik, Militer Armenia dan Milisi Nagorno Karabakh harus kehilangan kendali atas Kota Penghubung antara Lachin dan Stepanakert, yaitu Shusha "Shushi" yang berhasil direbut kembali oleh Militer Azerbaijan pada tanggal 8 November. Mereka mulai kewalahan hingga mengakui Kekalahan telak.
    Kini, berakhirnya Konflik di Nagorno Karabakh, Pemerintah Rusia selaku mediator pemegang Perjanjian Damai antara Armenia dan Azerbaijan telah mengerahkan 2.000 Pasukan Perdamaian ke wilayah Nagorno Karabakh untuk menjalani misi perdamaian dimulai dari pengamanan Koridor Lacin hingga mengamankan wilayah Nagorno Karabakh yang belum direbut, yaitu Stepanakert dan Khojali untuk mengevakuasi penjemputan warga sipil dan Militer Armenia kembali ke Tempat asalnya. Armenia yang kalah telak akan menyerahkan kendali wilayah Pendudukan di Barat Azerbaijan dan Nagorno Karabakh kepada Azerbaijan sekaligus berencana akan menarik semua Pasukannya dari Nagorno Karabakh mulai tanggal 1 Desember sesuai dengan kesepakatan Damai total.
    Azerbaijan akan diberi jalan penghubung antara Wilayah Darat Azerbaijan dengan Wilayah Otonomi Nakhchivan melewati Tanah sebidang Armenia. Meskipun, Rakyat Azerbaijan merayakan Kemenangan besar atas Pembebasan Nagorno Karabakh sebaliknya Rakyat Armenia yang tampak kecewa dan marah mengadakan aksi demonstrasi menuju Kantor Pemerintahan Armenia di Ibu Kota Yerevan dan berhasil menerobos masuk ke ruangan parlemen akibat menolak Hasil Kesepakatan Damai total dengan Azerbaijan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang saya penasaran bagaimana kelanjutan nasibnya Republik Artsakh / Nagorno-Karabakh. Sebab sejauh yang saya tahu, perjanjiannya hanya mengharuskan pasukan Armenia ditarik mundur dari NK & wilayah yang sedang diduduki pasukan Azerbaijan otomatis jadi milik Azerbaijan. Tapi perjanjiannya nggak menyinggung apakah Artsakh bakal dibubarkan / diubah status politiknya.

      Kemudian di Armenia sendiri, sekarang tekanan kepada pemerintah sedang kuat-kuatnya karena pemerintah Armenia dianggap terlalu pengecut. Kalau akhirnya rezim Armenia yang sekarang lengser (entah karena kudeta atau mundur sukarela), ada peluang kalau perangnya bakal lanjut lagi. Dan kalau perangnya lanjut, Azerbaijan justru merasa untung karena mereka jadi punya alasan untuk sekalian menguasai seluruh Artsakh lewat jalur militer, secara Azerbaijan sekarang ini lebih unggul dalam hal alutsista.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.