Perang Yom Kippur, Misi Pemulihan Harga Diri Negara-Negara Arab



Tank Israel di dekat rombongan tentara yang terluka semasa Perang Yom Kippur. (britannica.com)

Oke, satu lagi artikel dari pihak Republik yang menyinggung soal konflik Arab-Israel. Kalau dulu pihak Republik pernah membahas soal Perang 6 Hari, maka pada artikel kali ini pihak Republik akan mengulas soal Perang Yom Kippur.

Adapun selain dengan nama Perang Yom Kippur, perang ini juga dikenal dengan nama lain Perang Arab-Israel 1973, Perang Arab-Israel ke-4, Perang Oktober, & Perang Ramadhan. Soal kenapa perang tersebut bisa mendapatkan nama-nama demikian, jawabannya bisa ditemukan pada penjelasan di paragraf-paragraf berikutnya.

Perang Yom Kippur (Yom Kippur War) adalah konflik bersenjata yang terjadi pada bulan Oktober 1973 antara Israel melawan Mesir & Suriah. Dalam peperangan tersebut, Mesir & Suriah juga mendapat bantuan personil militer dari negara-negara Arab sekutunya seperti Irak, Yordania, Aljazair, Tunisia, & Libya.

Perang Yom Kippur juga kerap disebut-sebut sebagai salah satu fase paling kritis dalam Perang Dingin karena adanya ancaman intervensi langsung dari Uni Soviet yang memihak negara-negara Arab untuk menekan Amerika Serikat (AS) yang selama ini berada di belakang Israel sehingga memunculkan kemungkinan akan meletusnya perang antara 2 negara adidaya.

Perang Yom Kippur mendapatkan nama demikian karena tanggal dimulainya perang tersebut (6 Oktober 1973) bertepatan dengan hari Yom Kippur, hari suci dari umat Yahudi. Negara-negara Arab memulai perang pada tanggal tersebut dengan harapan bisa memanfaatkan kelengahan Israel yang para personil militernya sedang berlibur & berpuasa.

Menariknya, bukan hanya kaum kaum Yahudi Israel yang sedang berpuasa pada hari itu. Para personil militer negara-negara Arab yang beragama Islam juga melaksanakan puasa karena tanggal tersebut juga bertepatan dengan bulan Ramadhan sehingga perang tersebut juga dikenal dengan nama lain "Perang Ramadhan".



LATAR BELAKANG

Tahun 1948, komunitas pemukim Yahudi di Palestina memproklamasikan berdirinya negara Israel. Proklamasi tersebut langsung mendapat penolakan dari negara-negara Arab yang menganggap pembentukan Israel sebagai ilegal karena proklamasi tersebut dikumandangkan sebelum masalah sengketa wilayah antara orang-orang Yahudi & Arab Palestina yang sudah berlangsung sejak permulaan abad ke-20 benar-benar terselesaikan.

Sebagai bentuk penolakan lebih lanjut, negara-negara Arab juga menginvasi wilayah Israel pada tahun yang sama. Setahun kemudian alias pada tahun 1949, perang akhirnya berhenti, namun masalah sengketa antara Israel dengan komunitas Arab tetap belum terselesaikan.

Sebagai akibatnya, beberapa tahun kemudian atau tepatnya pada bulan Juni 1967, Israel kembali terlibat perang melawan negara-negara Arab yang terdiri dari Mesir, Suriah, & Yordania. Dalam perang yang berlangsung selama 6 hari tersebut, Israel secara mengejutkan keluar sebagai pemenang & bahkan sukses mencaplok wilayah lawan-lawannya. Negara-negara Arab di lain pihak merasa tertampar akan kekalahan tersebut & bertekad untuk kembali mendapatkan wilayahnya yang hilang akibat perang.

Peta wilayah Israel sebelum & sesudah Perang 6 Hari di tahun 1967.

Sejak bulan Juli 1967 alias hanya sebulan sesudah berakhirnya Perang 6 Hari, Mesir & Yordania kembali terlibat konflik bersenjata dengan Israel dalam serangkaian pertempuran yang dikenal dengan sebutan "Perang Pengurangan" (War of Attrition).

Dalam perang tersebut, Mesir & Yordania juga dibantu oleh angkatan udara Uni Soviet. Saat Perang Pengurangan masih berlangsung, negara-negara Arab & Israel di lain tempat juga terlibat pembicaraan damai untuk mencari solusi mengenai nasib wilayah-wilayah taklukan Israel seusai Perang 6 Hari.

Tahun 1970, Gamal Abdul Nasser selaku presiden Mesir meninggal akibat serangan jantung. Posisinya lalu digantikan oleh wakil presidennya, Anwar El-Sadat, yang setuju untuk mengakhiri Perang Pengurangan tak lama berselang.

Sepintas kondisi Timur Tengah terlihat akan membaik pasca berakhirnya Perang Pengurangan. Namun menyusul gagalnya perundingan antara Mesir & Israel menyusul penolakan Israel untuk mengembalikan Semenanjung Sinai ke tangan Mesir, situasi pun mulai memanas kembali setelah Sadat mengancam bahwa perang melawan Israel tak terhindarkan lagi.

Tahun 1972, Mesir membeli sejumlah besar roket SCUD, rudal anti udara, & pesawat tempur MiG dari Uni Soviet. Pada periode yang bersamaan, Sadat juga berkunjung ke sejumlah negara Afrika & Eropa untuk menggalang dukungan.

Intelijen dari Israel di lain pihak berpikir bahwa Mesir & Suriah tidak akan berani memulai peperangan karena kondisi militer kedua negara tersebut dianggap tidak sedang dalam kondisi siap tempur sehingga Israel pun merasa bahwa ancaman perang dari Mesir tidak lebih dari sebatas gertak sambal. Namun, waktu membuktikan bahwa ternyata perkiraan Israel tersebut adalah salah besar...


Presiden Mesir, Anwar Sadat. (dcafe.tistory.com)


BERJALANNYA PERANG

Front Utara (Israel Versus Suriah)

Tanggal 6 Oktober 1973, Mesir & Suriah melakukan serangan mendadak secara serentak ke wilayah perbatasan Israel. Jika Mesir menyerang dari tepi barat Terusan Suez, maka Suriah menyerang dari sisi timur Dataran Tinggi Golan.

Dalam serangan pembukanya, Suriah melancarkan pemboman besar-besaran dengan memakai pesawat tempur & meriam artilerinya. Tak lama kemudian, puluhan ribu tentara Suriah yang disokong oleh basis pertahanan anti udara, buldozer, & kendaraan penyapu ranjau bergerak menerobos garis pertahanan Israel.

Terjepit perang dalam 2 front sekaligus, Israel menjadikan front Golan sebagai prioritas utamanya karena kedekatan Golan dengan kota-kota besar Israel. Para tentara cadangan yang sedang berlibur & berpuasa di rumahnya masing-masing dipanggil untuk membantu menambah jumlah tentara Israel yang sedang bertempur di Golan.

Pesawat-pesawat tempur Israel juga dikirim untuk menghentikan laju pergerakan pasukan Suriah, namun keberadaan basis pertahanan udara milik pasukan Suriah membuat Israel harus kehilangan begitu banyak pesawat tempurnya.

Pasukan Suriah mengirimkan begitu banyak tank-tank miliknya untuk menerobos garis pertahanan Israel. Pasukan Israel di lain pihak mencoba menahan laju pasukan Suriah sekuat tenaga dengan memanfaatkan kondisi Golan yang berupa dataran tinggi dengan jalan-jalan sempit.

Hasilnya, pasukan Israel berhasil menghancurkan tank-tank Suriah dalam jumlah besar dengan memakai tank & kendaraan artileri miliknya. Namun karena faktor keunggulan dalam hal jumlah tentara & kendaraan tempur, pasukan Suriah pada akhirnya sukses menembus lapis pertama dari garis pertahanan Israel.

Tank-tank Suriah. (warchat.org)

Tanggal 9 Oktober, pasukan Suriah selaku pasukan penyerbu yang sudah digempur habis-habisan oleh pasukan pertahanan Israel akhirnya mulai melemah setelah kehilangan begitu banyak tanknya. Sadar akan kondisi tersebut, pasukan darat Suriah akhirnya mulai ditarik mundur dari garis depan peperangan.

Kendati demikian, di tanggal yang sama pasukan Suriah masih sempat menghancurkan pangkalan udara & rumah-rumah penduduk dengan memakai pesawat tempurnya. Serangan udara Suriah tersebut lantas dibalas oleh Israel dengan mengirimkan pesawat tempurnya untuk menghancurkan gedung Markas Staf Jenderal Suriah di Damaskus, ibukota Suriah.

Tanggal 10 Oktober, seluruh pasukan Suriah sudan meninggalkan Dataran Tinggi Golan. Perdebatan pun muncul di antara pejabat & petinggi militer Israel mengenai apakah sebaiknya Israel berhenti berperang atau mengirimkan pasukannya ke wilayah Suriah. Pilihan kedua akhirnya diambil & sehari kemudian, pasukan Israel digerakkan ke perbatasan Israel-Suriah, menuju ibukota Damaskus.

Tanggal 12 Oktober, pasukan penerjun payung Israel yang menyusup ke dalam wilayah Suriah sukses menghancurkan jembatan yang menghubungkan Suriah, Yordania, & Irak sehingga suplai logistik pasukan ketiga negara tersebut di medan perang menjadi terhambat.

Memasuki tanggal 22 Oktober, Suriah yang dibantu oleh Irak & Yordania berencana melancarkan serangan balik besar-besaran. Namun menyusul munculnya gencatan senjata yang diserukan oleh PBB pada hari sebelumnya, Suriah memutuskan untuk membatalkan rencana tersebut.

Di hari berikutnya, pertempuran udara yang sengit sempat terjadi antara pesawat-pesawat tempur Israel & Suriah, di mana pertempuran tersebut menghancurkan fasilitas-fasilitas umum di dekat Damaskus seperti jalan raya, jembatan, & pembangkit listrik. Untungnya, pertempuran tersebut tidak berlanjut lebih jauh & Perang Yom Kippur di front utara (Suriah) pun berakhir di hari yang sama.


Pesawat tempur Israel. (yomkippurwarphysiciansaccount.blogspot.com)


Front Selatan (Israel Versus Mesir)

Di hari yang sama saat Suriah menginvasi Israel, pasukan Mesir menyerbu garis pertahanan Israel di sisi timur Terusan Suez yang dilindungi oleh tembok pasir raksasa. Untuk menghancurkan tembok pasir tersebut, pasukan Mesir mengerahkan meriam-meriam air dalam jumlah besar sehingga tembok pasir tersebut bisa dijebol dengan mudah.

Tak lama kemudian, pesawat-pesawat udara pasukan Mesir melakukan pengeboman besar-besaran untuk melumpuhkan jaringan pertahanan militer Israel. Beberapa jam kemudian, puluhan ribu pasukan Mesir mulai mendirikan jembatan di atas Terusan Suez & melakukan penyeberangan besar-besaran ke sisi timur Terusan.

Israel sempat mengirimkan pesawat-pesawat tempurnya untuk menghentikan pergerakan pasukan Mesir, namun serangan udara Israel tersebut berhasil ditangkis oleh basis pertahanan udara milik pasukan Mesir.

Sadar bahwa Israel tak bisa lagi memanfaatkan keunggulan pasukan udaranya seperti halnya dalam Perang 6 Hari terdahulu, Israel lantas mengerahkan pasukan daratnya yang sedang berada di dekat Terusan Suez untuk menghentikan laju pasukan Mesir. Israel juga memanggil para tentara cadangannya yang saat itu sedang tidak bertugas karena sedang merayakan hari Yom Kippur di kediamannya masing-masing.

Tanggal 7 Oktober, pasukan Mesir terlibat pertempuran dengan pasukan lapis baja Israel. Dengan bantuan roket-roket anti tank dalam jumlah besar yang dimilikinya, pasukan Mesir berhasil menghancurkan ratusan tank Israel & kemudian melanjutkan pergerakannya lebih jauh ke dalam Semenanjung Sinai.

Memasuki tanggal 9 Oktober, pasukan Mesir yang sebelumnya bisa bergerak perlahan tapi pasti menghentikan pergerakannya pada tanggal ini. Mesir khawatir kalau mereka bergerak keluar dari jangkauan misil basis-basis pertahanan udaranya, pasukan mereka akan menjadi sasaran empuk angkatan udara Israel.

Tentara Mesir saat menyeberangi Terusan Suez. (soloposfm.com)

Tanggal 14 Oktober, Mesir mencoba keluar dari zona jangkauan misil anti udaranya dengan cara melancarkan gelombang invasi ke arah timur. Namun tindakan tersebut belakangan menjadi bencana karena saat pasukan mereka dicegat oleh pasukan Israel, Mesir kehilangan lebih dari 400 kendaraan lapis baja & 1.000 orang tentaranya.

Salah satu penyebab kemenangan Israel dalam pertempuran tersebut tidak lepas dari taktik serangan Mesir yang terlalu monoton & datangnya bala bantuan bagi pasukan Israel dari Golan, Israel utara. Sehari usai keberhasilan tersebut, Israel berbalik menjadi pihak penyerbu.

Pasukan Israel bisa bergerak secara leluasa untuk menyeberangi Terusan Suez & memasuki wilayah Mesir karena sebagian besar pasukan Mesir di Sinai sudah hilang pasca pertempuran di hari sebelumnya. Dalam pergerakannya, pasukan udara Israel juga melancarkan serangan udara bertubi-tubi ke basis-basis pertahanan udara milik Mesir sehingga Mesir terpaksa menarik mundur basis-basis pertahanan udara miliknya untuk mencegah timbulnya kerugian lebih jauh.

Sejak tanggal 17 Oktober, pasukan Mesir beberapa kali melancarkan serangan balik untuk mengusir pasukan Israel keluar dari wilayah Mesir, namun semuanya berakhir dengan kegagalan. Sebagai akibatnya, pasukan Israel pun bisa terus memperluas wilayah taklukannya di sisi barat Terusan Suez walaupun selama berjalannya penaklukan, Israel juga harus menanggung korban jiwa yang tidak sedikit.

Memasuki tanggal 22 Oktober, pergerakan pasukan Israel baru bisa dibendung setelah pasukan Israel gagal mengalahkan pasukan Mesir dalam pertempuran di sebelah selatan kota Ismailia. Di tanggal yang sama, PBB sebenarnya sudah mengeluarkan Resolusi 338 yang isinya meminta Mesir & Israel berhenti berperang.

Kedua belah pihak sepakat untuk berhenti berperang, namun sehari kemudian perang kembali meletus setelah Mesir & Israel saling menuduh bahwa lawannya melanggar kesepakatan gencatan senjata terlebih dahulu.

Dalam pergerakannya, pasukan Israel berhasil menguasai sisi barat daya Terusan Suez & bersiap menyerang pasukan Mesir di sisi timur Terusan Suez. Namun, rencana tersebut tidak pernah terwujud setelah pada tanggal 25 Oktober, gencatan senjata kembali diberlakukan sehingga Perang Yom Kippur pun secara resmi berakhir.


Tank Israel. (idfblog.com)


KONDISI PASCA PERANG

Walaupun tidak sampai kalah, Perang Yom Kippur oleh Israel dianggap sebagai aib & kegagalan. Dasar utamanya adalah karena Israel sempat kerepotan di hari-hari awal perang & tingginya jumlah korban tewas jika dibandingkan dengan perang-perang yang diikuti Israel sebelumnya.

Sebagai perbandingan, jika di Perang 6 Hari jumlah korban tewas Israel tidak sampai 1.000 orang, pada Perang Yom Kippur Israel kehilangan lebih dari 2.000 tentaranya. Sebagai akibatnya, Perdana Menteri Israel, Golda Meir, memutuskan untuk mengundurkan diri seusai perang.

Di pihak yang berseberangan, Perang Yom Kippur oleh negara-negara Arab dianggap sebagai kesuksesan besar. Sesudah kekalahan mereka dalam Perang 6 Hari, moral masyarakat Arab berada dalam salah satu titik terendahnya.

Namun keberhasilan mereka mengimbangi pasukan Israel dalam Perang Yom Kippur menumbuhkan kembali kepercayaan diri masyarakat Arab sekaligus mematahkan mitos bahwa pasukan Israel adalah pasukan yang tidak bisa dikalahkan. Di Mesir & Suriah, tanggal 6 Oktober yang juga merupakan tanggal dimulainya perang kini dirayakan sebagai hari libur nasional.

Perang Yom Kippur juga membawa efek domino susulan di luar medan perang. Sebagai respon atas dukungan AS kepada Israel, negara-negara Arab penghasil minyak memutuskan untuk menghentikan ekspor minyaknya ke AS & negara-negara sekutunya sejak pertengahan bulan Oktober.

Akibat tindakan tersebut, harga minyak dunia meroket tajam & timbul kelangkaan bahan bakar di mana-mana. Kondisi tersebut berlangsung selama beberapa bulan & baru berakhir setelah negara-negara Arab mengakhiri embargonya pada pertengahan tahun 1974.

Pemimpin Mesir, AS, & Israel dalam peresmian Perjanjian Camp David. (britannica.com)

Kembali ke medan konflik. Tak lama setelah berakhirnya Perang Yom Kippur, pembicaraan damai antara Israel & Mesir dilakukan. Pembicaraan damai tersebut akhirnya menghasilkan perjanjian kontroversial Camp David di tahun 1978.

Poin terpenting dari perjanjian tersebut adalah Israel akan menyerahkan Sinai ke Mesir & sebagai gantinya, Mesir akan mengakui kedaulatan Israel. Kemauan Mesir untuk mengakui Israel tersebut berbuntut panjang karena Mesir kemudian dikucilkan oleh negara-negara Arab lainnya & bahkan sempat terlibat perang singkat dengan negara tetangganya Libya di tahun 1977.

Jika Mesir & Israel melakukan perbaikan hubungan pasca Perang Yom Kippur, maka tidak demikian dengan Suriah yang memilih untuk tetap tidak mengakui Israel, sehingga hubungan antara Israel & Suriah pun tetap tegang.

Saat perang saudara meletus di Lebanon sejak pertengahan dekade 1970-an contohnya, pasukan Israel & Suriah sempat terlibat konflik di sana. Hingga sekarang, Suriah juga secara diam-diam mendukung kelompok Hizbullah (Lebanon) & Hamas (Palestina) yang sama-sama memusuhi Israel.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
-  Waktu : Oktober 1973
-  Lokasi : Israel, Mesir, Suriah

Pihak yang Bertempur
(Negara)  -  Israel
        melawan
(Negara)  -  Mesir, Suriah, Yordania, Irak

Hasil Akhir
-  Perang berakhir tanpa pemenang yang jelas
-  Dicapainya Perjanjian Camp David di tahun 1978 antara Mesir & Israel

Korban Jiwa
-  Israel : 2.500 - 2.800 orang
-  Mesir & sekutunya : 8.000 - 18.000 orang



REFERENSI

 - . 2006. "Edisi Koleksi Angkasa : Perang Hizbullah-Israel". PT Gramedia, Jakarta.

Buckwalter, David T.. "The 1973 Arab-Israeli War".
(www.au.af.mil/au/awc/awcgate/navy/pmi/1973.pdf)

Jewish Virtual Library. "The Yom Kippur War".
(www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/History/73_War.html)

U.S. Department of State. "OPEC Oil Embargo 1973–1974".
(history.state.gov/milestones/1969-1976/OPEC)

Wikipedia - Yom Kippur War".
(en.wikipedia.org/wiki/Yom_Kippur_War)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



27 komentar:

  1. Artikel yang sangat menarik sekali. Semoga semua pihak yang bertikai di sana saat ini bisa segera menyelesaikan permasalahan mereka dengan kepala dingin dan hati yan sejuk. Perang dan kebencian hanya akan membawa kesengsaraan pada semua pihak.

    BalasHapus
  2. Orang mesir ini ya aneh aneh... kalah perang lagi kok dijadikan moment meningkatkan moral... tanggal memulai perang dan kalah kok dijadikan hari libur nasional.. Yang heran lagi dunia arab... bangsa yang akan berdamai malah dimusuhi/dikucilkan... Arab primitif kali ya?...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lagian gimana mau ngeklaim menang , perang aja mulai duluan ternyata memble, nasibnya seperti jepang makan pearl harbour, habis itu jadi kalah ...

      Hapus
    2. Kemenangan sudah di pihak ARAB sebelum Amerika ikut campur. Israel cuma kerikil yang dilindungi batu besar. jadi g usah bilang ARAB primitif coz mereka jauh lebih punya prinsip dibanding kita.

      Hapus
  3. Artikelnya bagus, alurnya mudah dipahami.
    Usul revisi sedikit di ringkasan perang Yom Kippur, seharusnya Oktober 1973 ya.
    Thanks.

    BalasHapus
  4. gua bannga ma negara2 Arab yg dulu berani ngelawan zinonis ma kacungnya America.memang harus begitu soalnya Zionist brengsek

    BalasHapus
  5. Sekarang mah mending kita bergabung dengan pejuang hammas untuk melawan israel

    BalasHapus
  6. wegah mas... goblok banget mau perang.

    BalasHapus
  7. Bangsa Israel jumlahnya kecil dibanding negara2 Arab, tapi kekuatannya luar biasa, itu karena bangsa ini tersebar di berbagainegara2 di eropa dan amerika, dan disana mereka sebagai ilmuwan2 krn otaknya brilliant. Jadi diramalkan bila bersatu tdk ada kekuatan yg dpt mengalahkannya.

    BalasHapus
  8. negara2 arab tdk bisa menandingi israel dlm perang karena mereka tertinggal dlm hal teknologi persenjataan modern,dan jg tentara nya kurang modern dibanding israel.

    BalasHapus
  9. Perang Yom Kippur, dikenal juga dengan nama Perang Ramadan atau Perang Oktober (bahasa Ibrani: מלחמת יום הכיפורים Milẖemet Yom HaKipurim atau מלחמת יום כיפור Milẖemet Yom Kipur; bahasa Arab: حرب أكتوبر ḥarb ʾUktōbar atau حرب تشرين ḥarb Tišrīn) adalah perang yang terjadi pada tanggal 6 - 26 Oktober 1973 antara negara Israel yang dikeroyok oleh koalisi negara-negara arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah.

    Perang ini berakhir dengan kekalahan negara-negara arab.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak. Di Front Golan, Israel memang unggul. Tapi di Front Sinai, kondisinya berimbang karena Mesir masih menguasai sebagian Sinai pas gencatan senjatanya dilakukan. Anda bisa lihat petanya di sini :

      Peta Garis Gencatan Senjata

      Hapus
  10. pemenangnya jelas israel. sebab dalam perang israel masuk jauh ke wilayah mesir dan hampir masuk ke kairo.

    mesir di selamatkan oleh pbb, resolusi pbb tsbt menyelamatkan mesir dari kekalahan total.


    BalasHapus
  11. perang ini awalnya di menangkan oleh mesir tapi keadaan berbalik.

    israel bisa mengalahkan mesir dan sampai masuk jauh ke wilayah mesir.

    kekalahan mesir akibat mereka melakukan blunder yakni gap antara devisi 2 dan 3 mesir. israel melihat celah ini dan menunggu mesir melakukan blunder.
    dan terbukti setelah melakukannya, israel tidak menyia nyiakan kesempatan tsbt.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju dengan pendapat ini, Israel mendapatkan informasi dari pihak Amerika bahwa terdapat gap (antara dua divisi Mesir) yang lebarnya bisa mencapai lbh krg sekitar 10 km. Melalui celah ini Israel melakukan serangan sampai ke Mesir. Kalau tidak salah komandan Israel yang memanfaatkan celah itu adalah Sharon.

      Hapus
  12. hebat yah israel, meski korbannya cuma 2000 orang, dibandingkan dengan korban musuh yg sampai 8000,
    Israel malah menyatakan itu sebagai kekalahan. Memang Level Israel dengan Mesir/Suriah jauh berbeda.
    Mesir meski rugi jutaan dollar dan kehilangan tentara sangat banyak malah merayakan sebagai kemenangan.
    wkwkwk

    BalasHapus
  13. Sebab Tuhan lah yang berperang untuk Israel. Amin.

    BalasHapus
  14. Disinilah mestinya negara Arab banyak belajar jangan cuma bisa mencaci maki sumpah serapah apalagi hanya teriak take beeer,,,,password yg terkenal itu,,,

    BalasHapus
  15. Informasinya keren. Thanks

    BalasHapus
  16. Perang Yom Kippur/ Perang Ramadhan = Islam Vs Yahudi
    Jelas lah orang yahudi yang menang

    BalasHapus
  17. Perang Your Kippur merupakan kemenangan bangsa Arab atas Israel. Seandainya, AS tidak memberikan bantuan dgn memasok dana, persenjataan dan informasi intelijen kpd Israel. Bisa dipastikan Israel bisa dikalahkan. Langkah berani Presiden Mesir, Anwar Sadat secara politik berhasil memaksa Israel menyerahkan wilayah semenanjung Sinai yang direbut dalam Perang 6 Hari kepada Mesir dalam perundingan Camp David yang disponsori oleh AS. Disisi lain, Mesir menjadi negara Arab pertama yang mengakui Israel dan membuka hubungan diplomatik dengan negara tersebut. Konsekuensinya, Mesir dimusuhi oleh negara-negara Arab lain dan Anwar Sadat terbunuh oleh seorang prajurit Mesir.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Negara arab cs juga didukung rusia 😂😂

      Hapus
    2. Menang dari Hongkong....Damaskus aja sampai hancur2an dan Mesir juga habis2an di Sinai....untung saja ada gencatan senjata. Kalau ngga Israel sdh masuk ke Suez....

      Hapus
  18. Kalau bagi saya Israel masih pemenang dalam perang Yon Kippur,kalau negara Arab dan sekutunya merayakan kemenangan meski tentaranya lebih banyak yg tewas,sedangkan Israel yang hanya kehilangan 2000lebih tentaranya merasa sangat rugi besar....tp di akhir perang Israel masih unggul menurut saya...!

    BalasHapus
  19. Secara de jure tidak ada yang menang dalam perang ini, karena semua pihak akhirnya menerima gencatan senjata, tapi secara de facto Israel lah yang memenangkan perang, jika melihat perbandingan dari kerugian perang, korban jiwa, dan wilayah

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.