Cacing Beludru, Naga Penyembur yang Ditakuti Para Serangga



Seekor cacing beludru di atas daun.

Cacing beludru (velvet worm) adalah nama dari sejenis hewan yang penampilannya terlihat seperti hasil persilangan dari cacing, siput, & ulat bulu. Seperti cacing, cacing beludru memiliki tubuh yang panjang & lunak. Dan seperti siput, cacing beludru memiliki sepasang antena yang besar & lunak. Namun seperti halnya ulat bulu, cacing beludru memiliki tubuh berambut lebat & kaki berjumlah banyak di bagian bawah tubuhnya.

Sebagian akibat dari penampilan fisiknya yang begitu unik, cacing beludru pun digolongkan ke dalam kategori tersendiri dalam tangga klasifikasi ilmiah : filum Onycophora. Ada sekitar 180 spesies cacing beludru yang sudah teridentifikasi oleh manusia. Mereka bisa ditemukan di seluruh dunia, kecuali di daerah yang beriklim terlalu panas & terlalu dingin. Ukuran mereka bervariasi mulai dari yang hanya sepanjang 5 mm hingga yang mencapai 15 cm.

Tubuhnya yang lunak & lentur membuat hewan yang bersangkutan bisa masuk & meliuk-liuk ke dalam celah yang sempit dengan mudah. Supaya tidak mengalami dehidrasi akibat terpapar suhu lingkungan yang terlampu tinggi, cacing beludru umumnya baru aktif pada malam hari.

Cacing beludru tidak memiliki cangkang ataupun tulang kerangka. Namun hewan ini memiliki pembuluh berisi cairan bening di sekujur bagian dalam tubuhnya. Pembuluh tersebut memiliki fungsi ganda sebagai pembuluh darah sekaligus pengganti kerangka dalam.

Ketika bergerak, pembuluh di bagian tubuh yang sedang digerakkan akan memadat akibat terisi cairan sehingga otot-otot cacing beludru bisa memanfaatkan pembuluh tersebut sebagai tumpuan. Sementara untuk urusan respirasi, cacing beludru bernapas memakai organ trakea yang terhubung dengan lubang-lubang kecil bernama spirakel. Cacing beludru juga bisa melakukan pertukaran udara melalui kulitnya.

Walaupun penampilannya terlihat tidak berbahaya, cacing beludru aslinya merupakan hewan pemangsa yang ganas. Makanannya mencakup segala macam hewan invertebrata yang ukurannya tidak berbeda jauh dari cacing beludru yang bersangkutan. Entah itu serangga, cacing tanah, siput, & bahkan laba-laba.

Cacing beludru ketika menyemprotkan cairan lengket.

Untuk mengetahui kondisi sekitarnya, sekujur tubuh cacing beludru dipenuhi oleh organ sensor yang bentuknya menyerupai rambut beludru. Sementara di kepalanya, cacing ini memiliki antena yang peka terhadap bau & aliran udara. Cacing beludru juga memiliki sepasang mata yang letaknya berada di dekat pangkal antena.

Begitu cacing beludru berhasil menemukan mangsanya, hewan yang bersangkutan akan menyemprotkan cairan yang lengket dari organ menyerupai selang di kepalanya. Jarak tembak dari cairan tersebut dilaporkan bisa mencapai 20 cm! Begitu terkena cairan tersebut, hewan mangsa cacing beludru tidak bisa lagi melawan ataupun melarikan diri akibat terjebak.

Hal berikutnya yang perlu dilakukan oleh cacing beludru hanyalah mendekati mangsanya dengan santai & kemudian melubangi kulit mangsanya dengan kaki depannya yang berbentuk tajam seperti taring. Cacing beludru selanjutnya akan menyuntikkan air liur untuk melelehkan jaringan tubuh mangsanya & kemudian menghisapnya.

Tidak seperti cacing tanah yang bersifat hermafrodit alias berkelamin ganda, masing-masing individu cacing beludru berdasarkan jenis kelaminnya terbagi menjadi individu jantan atau betina. Bergantung dari spesiesnya, cacing beludru memiliki metode perkawinan yang berbeda-beda. Mayoritas spesies melakukan perkawinan dengan cara saling menempelkan lubang alat kelaminnya yang terletak di bagian bawah tubuh dekat ekor.

Pejantan dari cacing beludru di Australia memiliki kemampuan untuk menampung sperma di kepalanya sebelum kemudian menyalurkannya ke dalam lubang kelamin betina. Di Chili, cacing beludru jantan setempat akan mengolesi seluruh tubuh betina dengan cairan sperma. Betina selanjutnya akan menyerap sperma tersebut melalui kulitnya.

Induk cacing beludru bersama bayinya. (landcareresearch.co.nz)

Metode reproduksi yang dimiliki oleh cacing beludru tidak kalah bervariasi. Bergantung dari spesiesnya, cacing beludru bisa menghasilkan keturunan dengan cara bertelur, melahirkan, atau bahkan kombinasi keduanya. Mayoritas spesies cacing beludru berkembang biak dengan cara melahirkan yang berarti begitu perkawinan selesai dilakukan, embrio dari cacing beludru akan tumbuh di dalam tubuh induknya hingga berkembang menjadi cacing mini.

Masa kehamilan yang dialami oleh cacing beludru bisa mencapai 15 bulan. Tidak diketahui usia maksimum dari cacing beludru, namun hewan betina umumnya baru akan melakukan reproduksi pada usia 17 bulan.

Sebagai bagian dari piramida makanan di alam liar, sudah barang tentu cacing beludru pun memiliki musuh. Pada dasarnya cacing beludru dimangsa oleh segala macam hewan pemakan serangga yang berukuran lebih besar darinya. Metode pertahanan diri paling dasar yang dimiliki oleh cacing beludru adalah bersembunyi pada siang hari & aktif pada malam hari dengan memanfaatkan gelapnya malam.

Jika cacing beludru tidak sengaja berpapasan dengan musuhnya & tidak sempat lagi melarikan diri, hewan ini masih bisa membela diri dengan cara menyemprotkan cairannya yang lengket supaya musuhnya menjadi terkejut & kemudian mundur.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia
Filum : Onychophora



REFERENSI

Simon, M.. 2014. "Absurd Creature of the Week: Voracious Velvet Worm Ensnares Foes With Jets of Slime".
(www.wired.com/2014/08/absurd-creature-of-the-week-velvet-worm/)

Wright, J.. 2014. "Onychophora".
(animaldiversity.org/accounts/Onychophora/)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



2 komentar:

  1. Geli lihatnya... bisa nyemprot nyemprotin sperma kaya gitu.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.