Perang Indocina Pertama, Gerbang Menuju Perang Vietnam



Bangkai tank Perancis dari masa Perang Indocina Pertama. (dienbienphuredstarminiatures.blogspot.com)

Indocina adalah nama dari kawasan di Asia Tenggara yang sekarang menjadi lokasi dari negara Vietnam, Laos, & Kamboja. Kawasan ini mendapatkan namanya dari lokasi geografisnya yang berada di antara India & Cina. Kalau dalam lingkup sejarah modern, Indocina dikenal sebagai salah satu kawasan paling membara di Asia akibat banyaknya perang yang terjadi di Indocina sepanjang abad ke-20. Perang Indocina Pertama yang terjadi pada tahun 1947 hingga 1954 adalah salah satu di antaranya.

Perang Indocina Pertama sendiri terjadi karena sesudah berakhirnya Perang Dunia II, Perancis ingin kembali menguasai wilayah Indocina. Upaya Perancis tersebut langsung mendapat perlawanan hebat dari kelompok-kelompok pejuang kemerdekaan di Indocina, salah satunya Viet Minh yang daerah operasinya terkonsentrasi di wilayah Vietnam. Nama "Pertama" pada perang ini sendiri diberikan untuk membedakan perang yang bersangkutn dari Perang Indocina Kedua / Perang Vietnam yang terjadi beberapa tahun sesudah perang ini.



LATAR BELAKANG

Sejak abad ke-19, wilayah Indocina yang mencakup Vietnam, Laos, & Kamboja berada di bawah kekuasaan Perancis. Kerajaan-kerajaan lokal yang sudah lebih dulu berdiri di sana memang tetap dibiarkan berdiri, namun urusan internal & eksternal mereka kini berada di bawah kendali Perancis seutuhnya.

Karena wilayah Indocina pada masa itu berstatus sebagai wilayah milik Perancis, wilayah tersebut juga dikenal dengan nama "Indocina Perancis" (Indochine Francaise; French Indochina). Berkat tanahnya yang subur & iklimnya yang tropis, Perancis memanfaatkan wilayah Indocina sebagai tempat untuk mengeksploitasi sumber daya bernilai ekonomi tinggi seperti karet, batu bara, & beras.

Selama Perancis menguasai wilayah Indocina, Perancis memperlakukan penduduk asli Indocina bak warga kelas dua. Dalam bidang administrasi contohnnya, penduduk asli hanya dipercaya menempati jabatan rendah dengan bayaran yang juga rendah.

Di sektor pendidikan, jumlah warga lokal yang pernah mengenyam bangku sekolah tidak sampai 20 persen. Sementara di sektor pertanian, sebanyak separuh warga lokal diketahui tidak memiliki lahan pertaniannya sendiri.

Kombinasi dari hal-hal tersebut lantas memicu rasa tidak suka dari sejumlah warga asli Indocina. Ho Chi Minh yang berasal dari Vietnam adalah satu di antaranya. Karena Ho pernah berprofesi sebagai juru masak di sebuah kapal milik orang Perancis, Ho pun memiliki kesempatan untuk singgah di berbagai macam negara. Selama berada di luar negeri itulah, Ho berkenalan dengan paham komunisme & nasionalisme.

Ho Chi Minh (kanan) bersama jenderal andalannya, Vo Nguyen Giap. (vovworld.vn)

Tahun 1941, Ho & sejumlah perantauan Vietnam di Cina mendirikan organisasi Viet Minh dengan tujuan memperjuangkan kemerdekaan wilayah Vietnam lewat jalur perjuangan bersenjata. Dengan memanfaatkan wilayah Cina selatan sebagai markasnya, Ho & para pengikutnya melakukan serangan sembunyi-sembunyi ke wilayah Vietnam. Saat Perang Dunia II meletus & wilayah Indocina ganti dikuasai oleh Jepang, Viet Minh terus melanjutkan perlawanannya untuk mengakhiri pendudukan Jepang.

Upaya Viet Minh untuk mengenyahkan Jepang akhirnya terwujud setelah pasukan Amerika Serikat (AS) menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima & Nagasaki pada bulan Agustus 1945. Begitu Viet Minh mendengar kabar kalau Jepang secara resmi menyerah, pasukan Viet Minh kemudian beramai-ramai memasuki ibukota Hanoi pada tanggal 19 Agustus. Tanggal 2 September, Ho memproklamasikan kemerdekaan Vietnam.

Impian Ho untuk menjadikan Vietnam sebagai negara merdeka langsung menuai penolakan dari Perancis yang ingin kembali menguasai wilayah Indocina pasca berakhirnya Perang Dunia II. Bulan Oktober, pasukan Perancis yang dilengkapi dengan kendaraan berat akhirnya tiba di Saigon (sekarang bernama Ho Chi Minh City). Hanya dalam rentang waktu 3 bulan, seluruh wilayah Vietnam selatan sudah kembali berada di bawah kekuasaan Perancis.

Karena kedua belah pihak pada awalnya sama-sama tidak ingin terlibat perang, perwakilan Viet Minh & Perancis pun kemudian melakukan perundingan. Hasilnya, dicapailah kesepakatan pada bulan Maret 1946. Berdasarkan kesepakatan ini, Perancis akan menarik keluar pasukannya dari Vietnam dalam rentang waktu 5 tahun. Sebagai gantinya, Vietnam akan dijadikan negara merdeka yang masih berada di bawah pengaruh Perancis.

Kesepakatan tersebut sayangnya tidak berhasil mengakhiri perselisihan antara Viet Minh & Perancis seutuhnya akibat masih adanya penolakan di kedua belah pihak. Perancis ingin kembali menjadikan wilayah Vietnam sebagai koloninya, sementara Vietnam ingin menjadi negara merdeka yang benar-benar lepas dari pengaruh Perancis.

Peta Indocina.

Bulan Juni 1946, Perancis mengumumkan berdirinya Republik Cochinchina di wilayah Vietnam selatan, di mana republik tersebut berstatus sebagai daerah bawah Perancis. Tindakan Perancis tersebut ganti menuai rasa tidak suka dari Viet Minh yang ingin supaya Vietnam tetap menjadi satu negara.

Saat perbedaan pendapat antara keduanya memuncak, kapal perang Perancis kemudian membombardir kota Haiphong pada bulan November & menewaskan ribuan warga sipil setempat. Sebulan kemudian, pasukan Perancis berhasil menguasai kota Hanoi pasca timbulnya pertempuran sengit antara pasukan Perancis & Viet Minh. Terusir dari Hanoi, Viet MInh memutuskan untuk melanjutkan perlawanan dari kawasan pelosok sehingga dimulailah Perang Indocina Pertama.



BERJALANNYA PERANG

Neraka di Rimba Indocina

Karena lebih unggul dalam hal persenjataan, seluruh kota besar di Vietnam sudah berada di bawah kekuasaan Perancis pada tahun 1947. Meskipun begitu, perang masih jauh dari kata berakhir karena pasukan Viet Minh masih berkeliaran di kawasan hutan & pedesaan. Saat ada pasukan Perancis yang melakukan patroli di kawasan pelosok, pasukan Viet Minh akan langsung melakukan serangan tiba-tiba sebelum kemudian bergegas melarikan diri.

Selama melakukan perang gerilya, para milisi Viet Minh singgah dari desa ke desa untuk bersembunyi sambil merekrut anggota baru dengan memanfaatkan sentimen anti asing. Namun jika warga desa terebut ada yang menolak bekerja sama dengan Viet Minh, anggota Viet Minh juga tidak segan-segan menggunakan metode ancaman & kekerasan.

Taktik yang digunakan oleh Viet Minh tersebut lantas membuat pasukan Perancis kewalahan. Kendati pasukan Viet Minh tidak bisa merebut kota-kota besar yang sedang dikuasai oleh pasukan Perancis, pasukan Perancis bakal langsung menjadi sasaran empuk begitu mereka meninggalkan kota & markasnya.

Saat militer Perancis merasa semakin frustrasi dalam memadamkan perlawanan Viet Minh, mereka pun semakin terpancing untuk melakukan aksi-aksi membabi buta. Saat memasuki kawasan pedesaan yang diduga pernah disinggahi oleh pasukan Viet Minh, pasukan Perancis akan menyiksa warga desa setempat & membakar desa yang mereka tinggali. Akibatnya, warga pedesaan Vietnam kini justru malah semakin antipati terhadap Perancis sehingga banyak dari mereka yang kemudian malah bergabung ke Viet Minh.

Pasukan Viet Minh. (indochine54.free.fr)

Tahun 1949, pemerintah Perancis menggabungkan Republik Cochinchina dengan wilayah Vietnam sebelah utara. Bao Dai selaku mantan kaisar Vietnam kemudian ditunjuk menjadi pemimpin baru negara Vietnam bersatu ini.

Perancis berharap dengan menempatkan tokoh asli Vietnam yang pro-Perancis sebagai pemimpin negara Vietnam, pemberontakan yang terjadi di Vietnam akan menghilang dengan sendirinya & status Vietnam sebagai negara bawahan Perancis tetap bisa dipertahankan.

Naiknya Bao Dai sebagai pemimpin negara Vietnam bentukan Perancis nyatanya malah menuai kecaman dari tokoh-tokoh intelektual Vietnam, termasuk dari mereka yang pro-Perancis. Pasalnya Bao Dai dikenal sebagai sosok yang gemar berpesta & kerap mengabaikan tugasnya sebagai pemimpin negara. Masalah yang harus dihadapi oleh Perancis menjadi semakin rumit setelah pada tahun 1949, Perang Sipil Cina berakhir dengan kemenangan pihak komunis.

Karena memiliki kesamaan ideologi, pemerintah komunis Cina bersedia mengirimkan bantuan logistik & persenjataan kepada Viet Minh. Jumlah milisi yang dimiliki oleh Viet Minh juga sudah membengkak hingga lebih dari 200.000 personil. Untuk mencegah pihak komunis memenangkan perang, AS memutuskan untuk ikut campur dengan cara mengirimkan bantuan uang beserta senjata ke pihak Perancis & negara boneka Vietnam.

Tahun 1950, AS mengakui negara Vietnam bentukan Perancis sebagai penguasa wilayah Vietnam yang sah. Tindakan AS tersebut langsung dibalas oleh Cina & Uni Soviet dengan memberikan pengakuan diplomatik kepada Republik Demokratik Vietnam (RDV), negara Vietnam versi kelompok Viet Minh. Sementara itu di medan perang, pasukan Viet Minh menggencarkan operasi militernya di kawasan sekitar Sungai Merah, Vietnam utara.

Fokus utama Viet Minh sejak tahun 1950 adalah menyerang pos-pos militer Perancis yang berpengamanan rendah & lokasinya saling berjauhan supaya pasukan Perancis merasa semakin kewalahan saat harus berpindah-pindah lokasi pertempuran. Selain harus menghadapi Viet Minh di Vietnam, pasukan Perancis juga harus berjibaku melawan kelompok gerilyawan Pathet Lao di Laos & Front Issarak Bersatu di Kamboja.


Pasukan penerjun payung Perancis di Dien Binh Phu. (historyextra.com)


Habis-Habisan di Dien Bien Phu

Tahun 1952, Jenderal Henri Navarre ditunjuk sebagai pemimpin baru pasukan Perancis di Vietnam. Begitu tiba di Vietnam, Navarre menyatakan kalau pasukan Perancis harus menguasai kota Dien Bien Phu yang terletak di Vietnam utara & berjarak tidak jauh dari perbatasan Laos. Menurut Navarre, jika Perancis berhasil menguasai Dien Bien Phu, maka jalur logistik Viet Minh dengan Cina bakal terputus.

Bulan November 1953, pasukan penerjun payung Perancis berhasil menduduki kota Dien Bien Phu. Pasukan Perancis dari wilayah lain kemudian beramai-ramai didatangkan ke Dien Bien Phu untuk membantu melindungi kota tersebut.

Namun Viet Minh tidak mau kalah. Pada bulan Maret 1954, ratusan ribu anggota Viet Minh yang terdiri dari 50.000 prajurit regular, 55.000 prajurit cadangan, & hampir 100.000 kuli angkut disiagakan di dekat Dien Bien Phu.

Tanggal 13 Maret, pasukan Viet Minh memulai penyerbuannya ke Dien Bien Phu. Kota tersebut saat itu hanya dijaga oleh sekitar 15.000. Namun karena mereka dilengkapi dengan persenjataan yang lengkap & sistem perbentengan yang kokoh, pasukan Viet Minh tidak bisa menerobos masuk ke Dien Bien Phu begitu saja. Untuk mengatasinya, pasukan Viet Minh pun fokus mengepung kawasan di sekeliling Dien Bien Phu supaya pasukan Perancis di Dien Bien Phu tidak bisa menerima bala bantuan.

Pasukan Viet Minh juga menghujani pangkalan udara di Dien Bien Phu dengan meriam artileri. Supaya meriam artileri mereka aman dari serangan balasan musuh, setiap kali pasukan Viet Minh baru saja menembakkan artilerinya, mereka akan langsung memindahkan meriam-meriam tersebut lewat terowongan bawah tanah. Tanggal 27 Maret, mereka akhirnya berhasil meluluh lantakkan pangkalan udara di Dien Bien Phu hingga tidak bisa lagi digunakan.

Ilustrasi gudang senjata & terowongan bawah tanah Viet Minh. (indochine54.free.fr)

Saat garis depan yang dibuat oleh pasukan Viet Minh berjarak semakin dekat dengan Dien Bien Phu, para prajurit Vietnam kemudian beramai-ramai menyerbu garis pertahanan Dien Bien Phu tanpa merasa gentar akan berondongan senjata musuh. Berada dalam kondisi terpojok & kalah jauh dalam hal jumlah, pada tanggal 7 Mei pasukan Perancis di Dien Bien Phu akhirnya mengaku kalah.

Walaupun berhasil keluar sebagai pemenang, Viet Minh harus kehilangan 25.000 prajuritnya dalam pertempuran ini. Jumlah tentara Perancis yang tewas di lain pihak "hanya" sekitar 2.000 jiwa, sementara sebanyak 10.000 lainnya yang masih hidup dijadikan tahanan & dipaksa pergi menuju kamp tahanan perang yang terletak ratusan kilometer di sebelah timur. Banyak dari para tahanan tersebut yang meninggal dalam perjalanan.

Pertempuran Dien Bien Phu berakhir hanya sehari sebelum digelarnya perundingan damai di Jenewa, Swiss. Perundingan tersebut dihadiri oleh perwakilan AS, Inggris, Perancis, Uni Soviet, Cina, Vietnam (Selatan), Viet Minh, Laos, & Kamboja. Setelah berulang kali terlibat dalam perdebatan sengit, pihak-pihak yang terlibat dalam perundingan ini akhirnya berhasil merumuskan kesepakatan pada bulan Juli 1954.

Berdasarkan kesepakatan tersebut, seluruh pasukan Perancis akan ditarik mundur dari Indocina pada tahun 1956. Kemudian garis batas selebar 5 kilometer akan didirikan pada wilayah Vietnam di koordinat 17 derajat lintang utara.

Garis batas tersebut berfungsi sebagai pemisah antara wilayah Vietnam utara yang dikuasai oleh Viet Minh & wilayah Vietnam selatan yang dikuasai oleh rezim non-komunis. Di luar masalah Vietnam, kesepakatan ini juga mengakui status Kamboja & Laos sebagai negara merdeka. Dicapainya kesepakatan di Jenewa sekaligus menandai berakhirnya Perang Indocina Pertama.


Peta Vietnam utara & selatan berdasarkan kesepakatan damai di Jenewa. (Oo Cheng Keat / researchgate.net)


KONDISI PASCA PERANG

Perang Indocina Pertama merupakan salah satu perang paling berdarah yang pernah terjadi di Asia Tenggara pasca berakhirnya Perang Dunia II. Tingginya korban tewas tidak lepas dari lokasi pertempuran yang banyak mengambil tempat di pemukiman penduduk. Jumlah korban tewas di pihak Viet Minh & warga sipil Vietnam berkisar antara 200.000 hingga 500.000 jiwa. Di pihak Perancis, jumlah korban tewasnya berkisar antara 40.000 hingga 59.745 jiwa.

Sudah disinggung sebelumnya kalau berdasarkan kesepakatan di Jenewa, Vietnam dibagi menjadi 2. Pembagian itu sendiri tidak direncanakan sebagai pembagian yang permanen karena wilayah utara & selatan rencananya bakal menyatu pasca digelarnya pemilu di seluruh Vietnam tahun 1956. Kelompok Viet Minh pada masa itu dipandang memiliki peluang yang lebih besar untuk memenangkan pemilu berkat citra mereka sebagai kelompok pejuang kemerdekaan.

Hal tersebut ganti menuai rasa tidak suka dari Ngo Dinh Diem, perdana menteri Vietnam Selatan (Vietsel) sejak tahun 1954. Supaya ia bisa tetap menikmati statusnya sebagai kepala pemerintahan Vietsel, pada tahun 1955 ia mengumumkan berdirinya Republik Vietnam selaku negara berdaulat yang menguasai wilayah Vietsel. Ngo juga menolak untuk menggelar pemilu di tahun 1956 sesuai dengan kesepakatan di Jenewa.

Pendirian Republik Vietnam sebagai negara tersendiri mendapat dukungan dari AS yang membutuhkan sekutu di Vietnam supaya pihak komunis tidak tumbuh menjadi terlampau kuat di Asia Tenggara. Di pihak Vietnam Utara / RDV sendiri, kegagalan menyatukan Vietnam lewat jalur politik membuat mereka kini beralih ke jalur militer.

Sejak akhir dekade 1950-an, sejumlah milisi komunis Vietkong secara diam-diam menyelinap ke dalam wilayah Vietsel untuk melakukan sabotase & melemahkan Vietsel dari dalam. Saat intensitas konflik antara Vietkong dengan militer Vietsel semakin meningkat & turut melibatkan pihak-pihak di luar Vietnam, konflik tersebut kemudian membesar menjadi apa yang sekarang kita kenal sebagai "Perang Vietnam".  -  © Rep. Eusosialis Tawon



LIHAT JUGA

Perang Vietnam (1959 - 1975)



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
-  Waktu : 1947 - 1954
-  Lokasi : Indocina

Pihak yang Bertempur
(Negara)  -  Perancis
(Daerah)  -  Indocina Perancis
      melawan
(Grup)  -  Viet Minh, Pathet Lao, Front Issarak Bersatu

Hasil Akhir
-  Kemenangan pihak Viet Minh
-  Pasukan Perancis ditarik mundur dari Indocina
-  Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Laos, & Kamboja menjadi negara merdeka

Korban Jiwa
Lebih dari 240.000 jiwa



REFERENSI

 - . 2008. "Ngo Dinh Diem". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

GlobalSecurity.org. "1945-1960 - The Cambodian Left".
(www.globalsecurity.org/military/world/cambodia/history-rouge-1.htm)

GlobalSecurity.org. "First Indochina War".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/vietnam1.htm)

GlobalSecurity.org. "Pathet Lao Uprising in Laos".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/laos.htm)

HistoryNet.com. 2004. "Battle of Dien Bien Phu".
(www.historynet.com/battle-of-dien-bien-phu.htm)

Lacouture, J.. 2008. "Ho Chi Minh". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

W.J. Diuker, dkk.. 2008. "Vietnam". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

World Peace Foundation. 2015. "Indochina: First Indochina War".
(sites.tufts.edu/atrocityendings/2015/08/07/indochina-1st-indochina-war/)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.