Perang Sipil Yordania, Retaknya Hubungan Yordania & Palestina



Pasukan Fatah Palestina di kota Amman, Yordania. (Getty / bbc.com)

Yordania, atau lengkapnya Kerajaan Hasyimiyah Yordania, adalah nama dari sebuah negara Arab yang terletak di sisi timur Sungai Yordan & Laut Mati. Karena negara ini juga bertetangga dengan Israel di sebelah barat, Yordania pun dalam sejarahnya sempat terlibat perang melawan Israel. Namun selain terlibat konflik melawan Israel, Yordania ternyata juga sempat terlibat konflik dengan sesama bangsa Arab. Perang Sipil Yordania adalah contoh dari konflik tersebut.

Perang Sipil Yordania adalah sebutan untuk konflik bersenjata yang terjadi di Yordania sejak bulan September 1970 hingga Juli 1971. Dalam perang ini, militer Yordania terlibat perseteruan melawan milisi-milisi pejuang Palestina yang kebetulan sedang bermarkas di Yordania. Di luar Yordania, negara-negara seperti Suriah & Israel juga sempat mengirimkan pasukannya ke wilayah Yordania saat perang masih berlangsung.

Perang Sipil Yordania juga dikenal dengan nama "September Hitam" (Black September; Aylul Al-Aswad) karena perang ini menyimbolkan retaknya hubungan antara sesama komunitas Arab di saat mereka harusnya bersatu padu dalam konflik melawan Israel. Mayoritas korban tewas dalam perang ini juga berasal dari konflik yang terjadi pada bulan September 1970. Akibat perang ini, kelompok-kelompok pejuang Palestina yang selama ini bermarkas di Yordania terpaksa pergi ke luar Yordania.



LATAR BELAKANG

Tahun 1948, pecah Perang Arab-Israel pertama antara Israel melawan negara-negara Arab tetangganya. Perang itu sendiri terjadi karena Israel nekat memproklamasikan pendirian negaranya di saat masalah sengketa dengan orang-orang Arab di wilayah Palestina belum terselesaikan. Yordania yang lokasinya tepat berada di sebelah timur Israel adalah salah satu negara Arab yang ikut terlibat dalam perang tersebut.

Saat perang berakhir di tahun 1949, Yordania menguasai wilayah Tepi Barat yang terletak di sisi barat Sungai Yordan & mencakup wilayah timur kota Yerusalem. Namun ketegangan dengan Israel masih jauh dari kata berakhir karena negara-negara Arab masih memendam ambisi untuk membubarkan negara Israel di kemudian hari. Terlebih lagi karena saat perang meletus, banyak penduduk Arab Palestina yang terusir dari tempat tinggalnya & terpaksa mengungsi ke negara-negara Arab di sekitarnya.

Peta Yordania & Tepi Barat (West Bank).

Ada sekitar 725.000 orang Palestina yang mengungsi ke Yordania. Karena Yordania sendiri pada waktu itu bukanlah negara yang memiliki banyak penduduk, jumlah orang Palestina yang tinggal di wilayah Yordania mencapai lebih dari separuh dari populasi total penduduk Yordania. Untuk mengakomodasi banyaknya pengungsi Palestina yang tinggal di Yordania, para pengungsi Palestina tersebut kemudian diberikan kewarganegaraan Yordania.

Tahun 1967, pecah Perang 6 Hari antara Israel melawan Mesir, Suriah, & Yordania. Meskipun harus melawan 3 negara sekaligus, Israel secara mengagumkan berhasil mengalahkan mereka semua & bahkan merebut wilayah milik negara-negara lawannya.

Untuk kasus Yordania, negara tersebut harus kehilangan wilayah Tepi Barat. Jatuhnya Tepi Barat ke Israel lantas diikuti dengan masuknya lebih banyak pengungsi Palestina ke wilayah Yordania sehingga kini jumlah orang Palestina di Yordania mencapai 2/3 dari populasi total penduduk Yordania.

Wilayah Tepi Barat memiliki nilai ekonomi yang tinggi bagi Yordania berkat tanahnya yang subur. Yordania juga menerima pemasukan yang tidak sedikit dari orang-orang yang berziarah ke Yerusalem timur. Akibat hilangnya kedua wilayah tadi, perekonomian Yordania pun mengalami pukulan telak. Sebagai akibatnya, jika di tahun 1949 rakyat Yordania menerima masuknya pengungsi Palestina dengan tangan terbuka, maka di tahun 1967 sikap mereka cenderung lebih dingin.

Kekalahan telak dalam Perang 6 Hari & melemahnya perekonomian Yordania menyebabkan Hussein selaku raja Yordania tidak mau lagi terlibat konflik melawan Israel. Namun sikap sebaliknya ditunjukkan oleh para fedayeen / milisi pejuang Palestina yang tetap ngotot ingin melakukan perjuangan bersenjata. Mereka kini menjadikan Amman - ibukota Yordania - sebagai markas untuk melanjutkan perlawanannya.

Ada 2 kelompok bersenjata utama Palestina yang aktif pada periode tersebut : kelompok Fatah yang mengusung ideologi nasionalisme & kelompok PFLP yang mengusung aliran komunisme. Kedua kelompok tersebut tergabung dalam organisasi Palestine Liberation Organization (PLO; Organisasi Pembebasan Palestina) yang diakui oleh negara-negara Arab sebagai organisasi resmi yang mewakili rakyat Palestina.

Pasukan PFLP di Yordania pada tahun 1969. (Andrew Levine~commonswiki / wikipedia.org)

Perbedaan pandangan antara pemerintah Yordania dengan Palestina (PLO) lantas membuat hubungan keduanya memanas. PLO tidak menyukai sikap pemerintah Yordania yang tidak mau lagi mendukung perjuangan Palestina. Yordania di lain pihak tidak menyukai sikap para milisi Palestina yang dianggap bertindak semaunya sendiri di tanah orang. Mereka kerap menenteng senjata di tempat umum & meminta uang secara paksa kepada warga lokal. Para anggota PLO juga kerap melakukan aksi-aksi penyerangan di luar negeri tanpa memberitahu pihak Yordania terlebih dahulu.

Tanggal 6 September 1970, anggota PFLP membajak 4 pesawat penumpang & menerbangkan 2 di antaranya ke bandara Dawson, bekas pangkalan udara militer Inggris yang terletak di tengah-tengah kawasan gurun Yordania. Tiga hari kemudian, anggota PFLP membajak sebuah pesawat penumpang yang sedang menempuh rute dari Bombay (India) menuju London. Pesawat yang dibajak tersebut kemudian turut diterbangkan ke bandara Dawson sehingga kini ada 3 pesawat penumpang yang disandera oleh PFLP.

Ketiga pesawat tersebut kemudian diledakkan oleh PFLP pada tanggal 12 September sambil diliput oleh media internasional. Namun sebelum meledakkan pesawat, mereka sempat membebaskan ratusan penumpang & memindahkan 40 penumpang lainnya ke markas rahasia mereka yang terletak di kamp-kamp pengungsi Palestina. PFLP beralasan 40 penumpang tersebut tetap ditahan karena mereka adalah bagian dari militer Israel.

Peristiwa pembajakan tersebut jelas tidak disukai oleh pemerintah Yordania karena PFLP menggunakan wilayah Yordania sebagai tempat untuk mendaratkan pesawat yang sudah mereka bajak. Kemarahan pemerintah Yordania kepada PLO hanya semakin meningkat karena saat PFLP masih menyandera pesawat penumpang di bandara Dawson, PFLP sempat meminta kepada para pengikutnya untuk menggulingkan raja Yordania. Maka, pada tanggal 17 September 1970 raja Hussein memerintahkan militernya untuk segera menumpas PLO di wilayah Yordania.


Pesawat korban pembajakan PFLP saat diledakkan. (alchetron.com)


BERJALANNYA PERANG

Sebagai respon atas keluarnya perintah dari raja Hussein, pasukan Yordania yang dilengkapi dengan tank & pesawat melakukan serangan besar-besaran ke kamp-kamp pengungsi Palestina. Baku tembak pun pecah antara para milisi Palestina melawan tentara Yordania.

Karena militer Yordania sama sekali tidak mau menahan diri saat melancarkan serangannya ke kamp pengungsi Palestina, banyak milisi Palestina yang nekat melarikan diri ke wilayah Israel & membiarkan diri mereka ditangkap, daripada harus berhadapan dengan pasukan Yordania.

Kalah jauh dalam hal persenjataan, para petinggi PLO kemudian meminta bantuan militer kepada Suriah. Pemerintah Suriah lantas menanggapi permintaan tersebut dengan cara mengirimkan pasukan tank ke arah Yordania. Tanggal 20 September, pasukan gabungan PLO & Suriah berhasil mengalahkan pasukan Yordania di perbatasan kedua negara. Sebanyak 100 tank Suriah kini sudah berada di dalam wilayah Yordania.

Perkembangan situasi tersebut tak pelak mengundang rasa was-was dari pemerintah Yordania. Maka, raja Hussein pun kemudian meminta bantuan militer kepada AS & Inggris. Permintaan tersebut ditanggapi positif oleh AS yang ingin mengimbangi pengaruh Uni Soviet di Timur Tengah. Kebetulan PFLP selaku pemicu utama rangkaian krisis ini memiliki kesamaan ideologi dengan Uni Soviet.

Pasukan Yordania. (AFP / birdinflight.com)

AS kemudian menghubungi Israel & meminta Israel mengerahkan militernya untuk membantu Yordania. Israel setuju untuk menerjunkan pasukannya dengan syarat AS bersedia membantu Israel jika mendadak Israel diserang oleh Mesir atau Uni Soviet. Maka, tak lama berselang, Israel menyiagakan 200 unit tank miliknya. Pesawat-pesawat tempur Israel juga mulai beterbangan di atas konvoi tank Suriah.

Selain mengirimkan pesawatnya untuk sekedar terbang di atas pasukan Suriah tanpa menyerang, pasukan Israel tidak melibatkan diri lebih jauh dalam perang ini. Namun situasi tersebut sudah cukup memberikan efek gentar bagi Suriah & PLO karena mereka khawatir bahwa jika perang ini sampai berlangsung lebih lama, maka Israel cepat atau lambat bakal ikut terlibat dengan membantu pihak Yordania.

Di pihak Yordania, kendati pada awalnya merasa kewalahan dengan ikut campurnya pasukan darat Suriah, pasukan Yordania berhasil membalikkan situasi dengan cepat. Karena pasukan tank Suriah memasuki wilayah Yordania tanpa didukung oleh pasukan udara, pesawat-pesawat Yordania bisa leluasa menggempur pasukan tank Suriah tanpa harus khawatir bakal diserang balik. Sebagai akibatnya, pasukan tank Suriah pun terpaksa mundur kembali ke negaranya.

Suriah tidak bisa mengirimkan armada pesawat tempurnya ke Yordania akibat adanya penolakan dari Hafez Al-Assad, Menteri Pertahanan Suriah pada waktu itu. Kebetulan hubungan Assad dengan presiden Suriah pada waktu itu tengah memburuk akibat kekalahan Suriah dalam Perang 6 Hari. Assad sendiri nantinya bakal mengkudeta presiden Suriah pada bulan November 1970. Sesudah kudeta, Assad menjadi pemimpin baru Suriah hingga 30 tahun kemudian.

Di tempat lain, timbulnya konflik antara PLO dengan Yordania jelas tidak disukai oleh negara-negara Arab yang lain. Maka, dengan difasilitasi oleh Mesir, pemimpin kedua belah pihak setuju untuk melakukan perundingan damai di Kairo.

Pertemuan berlangsung panas karena Yasser Arafat selaku perwakilan PLO menuding kalau Hussein melakukan pembunuhan membabi buta kepada warga sipil Palestina. Hussein balik menuduh kalau PLO berniat melakukan pembunuhan kepada dirinya sambil menunjukkan rekaman siaran radio PLO sebagai bukti.

Yasser Arafat (bersorban) saat bersalaman dengan raja Hussein. (AFP / birdinflight.com)

Lepas dari kontroversi dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak sepakat untuk melakukan gencatan senjata pada tanggal 27 September. Namun terhentinya konflik bersenjata tidak lantas membuat hubungan kedua belah pihak membaik. Karena Yordania merasa curiga kalau PLO kelak bakal kembali memberontak, militer Yordania melakukan penyisiran besar-besaran untuk memaksa para anggota PLO meninggalkan kawasan perkotaan Yordania.

Bulan Juli 1971, setelah para anggota PLO menolak perintah dari otoritas Yordania untuk pergi meninggalkan markasnya di Pegunungan Ajlun, pasukan Yordania yang dilengkapi dengan meriam artileri & pesawat melancarkan serangan besar-besaran ke markas PLO tersebut. Hanya dalam waktu seminggu, pasukan Yordania berhasil memenangkan pertempuran & menewaskan ratusan milisi PLO. Sementara mereka yang masih hidup diperintahkan untuk pergi meninggalkan Yordania.



KONDISI PASCA PERANG

Terusir dari Yordania, sebanyak 20.000 simpatisan PLO terpaksa mengungsi ke luar negeri, terutama ke Suriah. Namun Suriah sendiri ternyata juga enggan menampung mereka karena Suriah tidak mau terlibat konflik dengan Israel jika para anggota PLO kembali bertindak di luar kendali.

Maka, para anggota PLO pun melanjutkan perjalanannya ke Lebanon & menjadikan negara tersebut sebagai markas baru mereka. Para anggota PLO nantinya bakal terlibat ketegangan dengan golongan Kristen & nasionalis Lebanon sehingga Lebanon kemudian terjerumus ke dalam perang saudara.

Kembali ke soal Yordania. Perang Sipil Yordania membawa dampak yang amat serius bagi komunitas Palestina di Yordania. Menurut klaim Yasser Arafat, jumlah orang Palestina yang tewas akibat perang ini mencapai 25.000 jiwa. Namun kalau menurut pihak lain, jumlah korban tewas di pihak Palestina aslinya tidak sampai 4.000 jiwa. Suriah kehilangan 120 tank & 600 prajuritnya dalam perang ini. Di pihak Yordania, militer Yordania mengklaim kalau ada 537 tentaranya yang gugur.

Pasukan Yordania saat berkumpul di sekitar bangkai tank Suriah. (Makeandtoss / wikimedia.org)

Komunitas Palestina menjuluki Perang Sipil Yordania sebagai "September Hitam" karena banyak orang Palestina yang tewas dalam konflik yang terjadi di bulan September 1970. Peristiwa kelam tersebut lantas menginspirasi sejumlah milisi Palestina untuk membentuk kelompok rahasia baru yang bernama "Gerakan September Hitam" (GSH). Salah satu aksi mereka yang paling terkenal adalah ketika pada perhelatan Olimpiade 1972 di Muenchen, Jerman, para anggota GSH menculik & membunuh sejumlah atlet Israel.

Seusai perang sipil, Yordania mengambil sikap yang jauh lebih pasif dalam konflik Arab-Israel. Ketika terjadi Perang Yom Kippur pada tahun 1973, Yordania tidak ikut melibatkan diri di saat Mesir & Suriah tengah berjibaku melawan Israel. Kemudian pada tahun 1994, Yordania bahkan setuju untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Meskipun begitu, Yordania tetap memberikan dukungan moral kepada PLO dengan menyatakan kalau wilayah Tepi Barat adalah wilayah milik bangsa Palestina.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
-  Waktu : 1970 - 1971
-  Lokasi : Yordania

Pihak yang Bertempur
(Negara)  -  Yordania
     melawan
(Grup)  -  PLO
(Negara)  -  Suriah

Hasil Akhir
-  Kemenangan pihak Yordania
-  PLO pergi meninggalkan Yordania menuju Lebanon

Korban Jiwa
-  Yordania : 537 jiwa
-  PLO : 2.400 - 25.000 jiwa
-  Suriah : 600 jiwa



REFERENSI

 - . 2008. "Hussein". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

BBC. "1970: Hijacked jets destroyed by guerrillas".
(news.bbc.co.uk/onthisday/hi/dates/stories/september/12/newsid_2514000/2514929.stm)

Bickerton, I.J.. 2008. "Jordan". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Michalak, T.. 2012. "The PLO and the Civil War in Jordan (1970)".
(www.sav.sk/journals/uploads/091911456_Michalak.pdf)

Minorities at Risk Project. 2004. "Chronology for Palestinians in Jordan".
(www.refworld.org/docid/469f38aa1e.html)

Tristam, P.. 2019. "Black September: The Jordanian-PLO Civil War of 1970".
(www.thoughtco.com/black-september-jordanian-plo-civil-war-2353168)

Wikipedia. "Ajlun offensive".
(en.wikipedia.org/w/index.php?title=Ajlun_offensive&oldid=981346895)

Wikipedia. "Black September".
(en.wikipedia.org/w/index.php?title=Black_September&oldid=983190698)
 





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.