CARI

Sejarah Berdirinya Negara India & Pakistan



Bendera Pakistan & India. (rstv.nic.in)

Jika kita melihat peta Asia Selatan, kita bakal mendapati India & Pakistan sebagai 2 negara terbesar di wilayah tersebut. Kalau kita mundur hingga seabad sebelumnya, kita bakal tahu kalau India & Pakistan (serta Bangladesh) di masa lampau ternyata pernah menyatu sebagai koloni Inggris dengan nama "Raj Inggris" (British Raj). Namun rangkaian peristiwa yang terjadi sejak paruh awal abad ke-20 menyebabkan India & Pakistan harus merdeka di tahun 1947 sebagai 2 negara terpisah.

Lahirnya India & Pakistan sebagai 2 negara berbeda tidak lepas dari semakin memanasnya hubungan antar golongan agama setempat. Untuk mengakomodasi kepentingan masing-masing komunitas agama, Inggris pun memerdekakan Raj menjadi 2 negara berbeda. Jika mayoritas penduduk India menganut agama Hindu, maka mayoritas penduduk Pakistan menganut agama Islam. Di masa kini, peristiwa pecahnya Raj menjadi India & Pakistan juga dikenal dengan istilah "Pemisahan India" (Partition of India).



LATAR BELAKANG

Sejak rombongan pelaut Portugis pimpinan Vasco da Gama mencapai India pada tahun 1499, bangsa Eropa berlomba-lomba melakukan pelayaran ke India demi mengamankan hak dagang di kawasan tersebut. Dalam perkembangannya, Inggris lewat perantaraan serikat dagang East India Company (EIC; Perusahaan Hindia Timur) menjadi negara Eropa yang paling berhasil mendominasi aktivitas dagang di India.

Sebagai perusahaan swasta, EIC diperbolehkan memiliki angkatan bersenjatanya sendiri. EIC lantas merekrut orang-orang asli India untuk mengisi keanggotaan pasukannya. Karena India merupakan wilayah dengan komposisi penduduk yang beragam, tentara EIC yang direkrut dari India pun memiliki latar belakang suku & agama yang beragam. Mereka terdiri dari penganut Hindu, Islam, hingga Sikh. Para tentara pribumi ini dikenal dengan sebutan "Sepoy".

Tahun 1857, pecah pemberontakan oleh para tentara pribumi EIC yang di masa sekarang dikenal sebagai "Pemberontakan Sepoy" (Sepoy Mutiny / Rebellion). Pemberontakan tersebut dipicu oleh beredarnya kabar kalau peluru baru pasukan EIC menggunakan minyak pelumas yang terbuat dari lemak sapi & babi dalam proses pembuatannya. Namun selain disebabkan oleh hal tadi, Pemberontakan Sepoy juga bisa dipandang sebagai puncak akumulasi rasa tidak suka orang-orang pribumi India terhadap cara EIC dalam menguasai wilayah India.

Lukisan mengenai Pemberontakan Sepoy. (Granger / fineartamerica.com)

Ketika Pemberontakan Sepoy akhirnya berhasil dipadamkan, pemerintah Inggris memutuskan untuk mencabut wewenang yang dimiliki oleh EIC untuk mengelola India. Peristiwa ini sekaligus menandai dimulainya kekuasaan pemerintah Inggris atas India secara langsung. Di pihak yang berseberangan, Pemberontakan Sepoy memunculkan sentimen di kalangan penduduk asli India kalau sudah waktunya mereka diperbolehkan menentukan hak-haknya sendiri di tanah airnya.

Supaya penduduk asli India memiliki wadah untuk memperjuangkan aspirasinya lewat jalur politik, pada tahun 1885 para cendekiawan India mendirikan organisasi bernama Kongres Nasional India (Indian National Congress) di kota Bombay (sekarang bernama Mumbai). Dari organisasi inilah, kelak muncul tokoh-tokoh nasionalis India yang termahsyur seperti Jawaharlal Nehru & Mahatma Gandhi.

Kendati Kongres mengklaim kalau organisasi mereka mewakili seluruh penduduk pribumi India tanpa memandang suku & agamanya, golongan Muslim India tidak mempercayai klaim tersebut begitu saja karena jumlah penganut Hindu di India mencapai 70 persen lebih. Mereka khawatir bahwa jika India nantinya benar-benar merdeka dengan Kongres sebagai pemegang kekuasaannya, warga Muslim yang notabene merupakan golongan minoritas terbesar di India nantinya hanya akan diperlakukan layaknya warga kelas dua.

Atas pertimbangan tersebut, pada tahun 1906 sejumlah tokoh Muslim India mendirikan organisasi bernama Liga Muslim Seluruh India (All-India Muslim League) dengan tujuan memperjuangkan hak-hak golongan Muslim India lewat jalur politik sambil tetap menjaga hubungan baik dengan pihak Inggris. Dalam perkembangannya, Liga Muslim juga memiliki wacana kalau India sebaiknya dipecah menjadi negara khusus Muslim & negara khusus non-Muslim.


Peta India di masa penjajahan Inggris. (nzhistory.govt.nz)


KONGRES VERSUS LIGA MUSLIM

Wacana mengenai konsep negara khusus Muslim India pertama kali dikeluarkan oleh Muhammad Iqbal dalam rapat di Allahabad pada tahun 1930. Menurut Iqbal, daerah-daerah berpenduduk mayoritas Muslim seperti Sindh, Balochistan, Punjab, Kashmir, & Provinsi Perbatasan Barat Laut sebaiknya menjadi negara-negara tersendiri. Kemudian pada tahun 1933, tokoh Liga Muslim yang bernama Chaudhry Rehmat Ali mencetuskan nama "Pakistan" untuk menyebut kawasan-kawasan tadi.

Tahun 1937, koloni India menggelar pemilu daerah. Dalam pemilu tersebut, Kongres berhasil keluar sebagai pemenang di 6 daerah berbeda. Kongres kemudian mendirikan pemerintahan baru di daerah-daerah tadi tanpa melibatkan perwakilan dari Liga Muslim. Keputusan Kongres tersebut jelas menuai rasa tidak suka dari Liga Muslim, sehingga wacana supaya penduduk Muslim India sebaiknya memiliki negaranya sendiri menjadi semakin menguat. Muhammad Ali Jinnah menjadi tokoh Liga Muslim yang paling gigih mendukung wacana ini.

Tahun 1939, pecah Perang Dunia II di Eropa setelah militer Jerman menginvasi wilayah Polandia. Inggris langsung menanggapi invasi tersebut dengan menyatakan perang kepada Jerman, sekaligus menandai dimulainya keterlibatan Inggris dalam Perang Dunia II. Inggris juga turut melibatkan daerah-daerah koloninya (termasuk India) untuk ikut serta dalam perang.

Tindakan Inggris tersebut ganti menuai rasa tidak suka dari Kongres yang merasa kalau Inggris menyeret masuk India ke dalam perang tanpa berkonsultasi dengan Kongres terlebih dahulu. Sebagai akibatnya, muncullah gelombang aksi protes & sabotase di India oleh para simpatisan Kongres. Kemudian pada tahun 1942, Kongres memulai gerakan "Keluar dari India" (Quit India) supaya Inggris segera angkat kaki dari India.

Demonstrasi anti-Inggris di India. (financialexpress.com)

Jika Kongres bersikap antipati terhadap Inggris semasa berlangsungnya Perang Dunia II, maka tidak demikian halnya dengan Liga Muslim yang mendukung penuh keterlibatan Inggris dalam perang. Liga Muslim berharap, jika pihaknya tetap menunjukkan sikap loyal kepada Inggris, maka Inggris bersedia mengabulkan keinginan Liga Muslim supaya daerah-daerah berpenduduk mayoritas Muslim dijadikan negara tersendiri. Namun keinginan tersebut nyatanya tidak terwujud karena Inggris tidak mau menyinggung perasaan Kongres yang ingin supaya India tetap utuh.

Tahun 1945, Perang Dunia II berakhir dengan kemenangan Inggris & sekutunya. Namun kemenangan tersebut bukanlah tanpa pengorbanan karena seusai perang, ekonomi Inggris berada dalam kondisi lemah. Karena mengelola wilayah seluas India membutuhkan biaya yang tidak sedikit, Inggris yang awalnya hanya ingin memberikan otonomi luas kepada India kini mulai berpikir untuk sekalian memberikan kemerdekaan penuh kepada India.

Atas pertimbangan tersebut, Inggris mengumumkan pada bulan Maret 1946 kalau koloni India bakal diberikan kemerdekaan selambat-lambatnya pada tahun 1948. Sementara periode antara tahun 1946 hingga 1948 bakal dimanfaatkan oleh Inggris untuk menemukan solusi terbaik mengenai bagaimana sebaiknya India merdeka. Jika Kongres ingin supaya seluruh koloni India merdeka sebagai 1 negara, maka Liga Muslim ingin supaya koloni India merdeka sebagai negara Muslim & negara Hindu.

Saat upaya untuk menemukan jalan tengah antara Kongres & Liga Muslim nampak semakin rumit, hubungan antara penduduk Hindu & Muslim di India semakin lama semakin memanas. Puncaknya adalah ketika pada bulan Agustus 1946, pecah kerusuhan besar di kota Kalkutta yang menewaskan lebih dari 5.000 orang. Bak api yang menyala di timbunan jerami, kerusuhan yang terjadi di Kalkutta kemudian menjalar ke wilayah-wilayah lain di seantero India hingga setahun berikutnya.


Suasana kota Kalkutta saat kerusuhan berlangsung. (bbc.co.uk)


DIMULAINYA PEMISAHAN INDIA

Untuk mengatasi masalah sengketa kemerdekaan India yang kian berlarut-larut, pada bulan Februari 1947 Louis Mountbatten ditunjuk menjadi gubernur jenderal baru wilayah India. Setelah bertemu dengan tokoh-tokoh Kongres & Liga Muslim, Mountbatten menyimpulkan kalau India bakal dimerdekakan sebagai 2 negara berbeda : negara Pakistan di sebelah barat & timur, serta negara India di tengah-tengahnya.

Mountbatten merasa yakin kalau Kongres bakal menerima opsi ini karena sebagai akibat dari maraknya kerusuhan berbau agama yang terjadi di India, India kini sudah terlanjur berada dalam kondisi terpecah & tidak mungkin lagi merdeka sebagai 1 negara. Satu masalah sudah berhasil diatasi, sekarang hal berikutnya yang harus dilakukan oleh Mountbatten adalah menentukan wilayah mana saja yang nantinya bakal menjadi bagian dari negara India & Pakistan.

Jammu & Kashmir menjadi salah satu provinsi yang menjadi sumber kontroversi. Pasalnya wilayah tersebut berpenduduk mayoritas Muslim. Namun Hari Singh selaku maharaja / pemimpin wilayah Jammu & Kashmir sendiri menganut agama Hindu. Untuk mengatasi masalah tersebut, Inggris lantas memberikan kebebasan kepada wilayah Jammu & Kashmir perihal apakah mereka mau bergabung ke dalam India atau Pakistan.

Di sebelah selatan Jammu & Kashmir, terdapat provinsi Punjab yang oleh Inggris dibagi menjadi daerah barat (Pakistan) & daerah timur (India). Tujuan pembagian ini adalah sebagai antisipasi bahwa jika kelak Jammu & Kashmir memutuskan untuk bergabung ke India, maka wilayah tersebut akan terhubung ke wilayah India yang lain karena Jammu & Kashmir berbatasan langsung dengan Punjab Timur.

Provinsi lain yang dipecah oleh Inggris menjelang kemerdekaan India adalah Benggala / Bengal yang lokasinya berada jauh di sebelah timur. Kendati lokasinya terpisah dari wilayah Pakistan, wilayah Benggala tetap dianggap sebagai bagian dari wilayah Pakistan karena baik Pakistan maupun Benggala sama-sama berpenduduk mayoritas Muslim. Sementara wilayah Benggala bagian barat yang banyak dihuni oleh penganut Hindu dimasukkan ke dalam wilayah India. Saat Pakistan akhirnya benar-benar merdeka, wilayah Benggala yang termasuk dalam wilayah Pakistan kelak dikenal juga sebagai "Pakistan Timur".


Jawaharlal Nehru & Muhammad Ali Jinnah. (thehindu.com)


KEMERDEKAAN YANG DIIKUTI PEMBANTAIAN

Bulan Agustus 1947, Pakistan & India akhirnya resmi memperoleh kemerdekaannya. Muhammad Ali Jinnah menjadi kepala negara Pakistan hingga ajal menjemputnya pada tahun 1948. Sementara di sebelah timur, Jawaharlal Nehru mendapat kehormatan untuk menjadi perdana menteri pertama India. Dibandingkan dengan Jinnah, nasib Nehru jauh lebih beruntung karena ia bisa menjadi kepala pemerintahan India hingga tahun 1964, tahun yang juga merupakan tahun kematiannya.

Suasana penuh kegembiraan yang melingkupi India & Pakistan pasca kemerdekaan tidak berlangsung lama setelah batas-batas resmi antara India & Pakistan akhirnya terungkap ke publik. Di Punjab Timur, penduduk Muslim setempat merasa terkejut begtu mengetahui kalau wilayah yang mereka tinggali bukanlah wilayah milik Pakistan, melainkan India.

Akibat masih kuatnya sentimen kebencian bermotif agama & kebangsaan, orang-orang Sikh & Hindu di Punjab Timur kemudian beramai-ramai menyerang warga Muslim setempat.Di Punjab Barat, tindakan serupa dilakukan oleh orang-orang Muslim setempat kepada kepada penduduk Hindu & Sikh. Akibatnya, timbullah aksi saling serang di seantero Punjab, sehingga banyak penduduk setempat yang terpaksa mengungsi.

Jika orang-orang Muslim di Punjab Timur mengungsi ke arah barat, maka orang-orang Hindu & Sikh di Punjab Barat mengungsi ke arah timur. Saat jumlah orang-orang Punjab yang bermigrasi semakin banyak, jalur kereta api yang beroperasi di wilayah Punjab nyaris mengalami kelumpuhan. Polisi perbatasan Punjab yang berjumlah 23.000 personil tidak bisa berbuat banyak untuk meredam kerusuhan tersebut karena jumlah mereka terlalu sedikit untuk mengawasi wilayah seluas Punjab.

Warga sipil Punjab yang sedang mengungsi memakai kereta. (hindustantimes.com)

Memburuknya situasi di Punjab lantas mendorong orang-orang Muslim & Hindu di wilayah lain untuk bermigrasi ke negara tetangga supaya mereka tidak menjadi sasaran penyerangan akibat masalah perbedaan agama. Di Benggala / Pakistan Timur, orang-orang Hindu setempat bermigrasi ke India. Sementara orang-orang Muslim di India timur bermigrasi ke Pakistan Timur.

Di Jammu & Kashmir, Hari Singh selaku penguasa wilayah tersebut awalnya ingin supaya Jammu & Kashmir menjadi negara tersendiri yang merdeka. Namun menyusul serangan yang dilakukan oleh milisi-milisi asal Pakistan, Singh mengumumkan pada bulan Oktober 1947 kalau wilayahnya akan bergabung ke India. Peristiwa ini sekaligus menandai dimulainya Perang India-Pakistan Pertama yang berlangsung hingga tahun 1948.

Di India selatan, terdapat kerajaan bernama Hyderabad yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, namun rajanya beragama Islam. Saat India & Pakistan merdeka, Hyderabad ikut memproklamasikan kemerdekaannya secara sepihak pada akhir Agustus 1947. Namun kemerdekaan tersebut tidak berlangsung lama setelah militer India menginvasi Hyderabad pada tahun 1948. Pasca invasi tersebut, Hyderabad menjadi wilayah India & penduduk Muslim Hyderabad menjadi sasaran pembantaian oleh warga Hindu setempat


Peta migrasi & kerusuhan yang terjadi tidak lama setelah India & Pakistan merdeka. (RaviC / wikipedia.org)


INDIA & PAKISTAN PASCA KERUSUHAN

Kemerdekaan India & Pakistan menimbulkan salah satu gelombang migrasi terbesar yang pernah terjadi di dunia selama seabad terakhir. Di Punjab saja, sebanyak 6 juta warga Muslim mengungsi dari Punjab Timur (India) ke Punjab Barat (Pakistan). Dari sisi sebaliknya, sebanyak 4 juta warga Hindu & Sikh pergi meninggalkan Punjab Barat untuk mengungsi ke Punjab Timur. Banyak dari para pengungsi tersebut yang keburu tewas sebelum berhasil tiba dengan selamat di daerah tujuannya.

Tidak diketahui secara pasti jumlah korban tewas yang terjadi akibat kerusuhan di India & Pakistan. Perkiraan jumlah korban tewas berkisar antara 200.000 hingga 1,5 juta jiwa. Banyak dari para korban tersebut yang tewas dengan cara dipukuli hingga mati atau dibakar hidup-hidup. Nasib mengenaskan juga turut dialami oleh kaum wanita yang menjadi sasaran pemerkosaan massal karena pelakunya ingin menodai kehormatan dari golongan saingannya.

Kerusuhan yang terjadi pasca kemerdekaan India & Pakistan menjadi penyebab utama kenapa India & Pakistan memiliki hubungan yang kurang baik hingga sekarang. Kedua negara juga masih terlibat dalam sengketa wilayah Kashmir. Sebagai akibatnya, India & Pakistan pun dalam sejarahnya sudah beberapa kali terlibat perang. Kedua negara sekarang bahkan sama-sama melengkapi dirinya dengan senjata nuklir supaya tidak merasa inferior dari negara tetangganya.

Sejak tahun 1971, wilayah Pakistan mengalami penyusutan menyusul timbulnya pemberontakan di Pakistan Timur karena penduduk setempat tidak mau lagi berada di bawah kendali pemerintah pusat Pakistan. India yang melihat hal tersebut lantas memutuskan untuk ikut campur dengan cara menyatakan perang kepada Pakistan & membantu kelompok pejuang kemerdekaan Pakistan Timur. Seusai perang, wilayah Pakistan Timur berubah menjadi negara merdeka dengan nama Bangladesh.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



REFERENSI

Ansari, S.. 2017. "How the Partition of India happened – and why its effects are still felt today".
(theconversation.com/how-the-partition-of-india-happened-and-why-its-effects-are-still-felt-today-81766)

BBC. 2019. "Kashmir: Why India and Pakistan fight over it".
(www.bbc.com/news/10537286)

Campbell, E.M.J.. 2008. "Gama, Vasco da". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Chughtai, A.. 2017. "Nuclear neighbours: The India-Pakistan arms race".
(www.aljazeera.com/news/2017/8/10/nuclear-neighbours-the-india-pakistan-arms-race)

GlobalSecurity.org. "Hyderabad - 1947-1948".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/hyderabad.htm)

GlobalSecurity.org. "India-Pakistan Partition 1947".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/indo-pak-partition.htm)

GlobalSecurity.org. "Partition - August 1947".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/indo-pak-partition2.htm)

GlobalSecurity.org. "Runup to Partition".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/indo-pak-partition1.htm)

Husain, M.. 2008. "Jinnah, Mohammed Ali". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

McNamara, R.. 2020. "The Sepoy Mutiny of 1857".
(www.thoughtco.com/sepoy-mutiny-of-1857-1774014)

Moraes, F.R.. 2008. "Nehru, Jawaharlal". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Thomson, M.. 2013. "Hyderabad 1948: India's hidden massacre".
(www.bbc.com/news/magazine-24159594)

Tinker, H.R.. 2008. "Bangladesh". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



4 komentar:

  1. setelah membaca ini saya bersyukur bisa tinggal di Indonesia, coba dulu para tokoh-tokoh kita mementingkan diri sendiri (SARA) maka sudah ambyarrr negeri kita, Jayalah Indonesia ku

    BalasHapus
  2. admin, next boleh lah buat artikel tentang sejarah wabah virus ebola, corona, dll. lumayan tuh buat dibahas

    BalasHapus
  3. Ebola sempat heboh di Liberia, sampai ada satu wilayah kumuh di ibukota sana di karantina

    BalasHapus
  4. Senang sekali bisa mampir di Eusosialis Tawon. Artikelnya bagus dan menambah wawasan. Terima kasih buat bung Admin yang tetap setia merawat Situs ini.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.