MILF, Aktor Utama dalam Pergolakan Filipina Selatan



(Sumber)

Filipina adalah nama yang pastinya tidak asing bagi orang Indonesia. Ya, itu adalah negara kepulauan yang terletak di sebelah utara Indonesia. Selain memiliki kesamaan sebagai negara kepulauan di Asia Tenggara, baik Indonesia maupun Filipina juga memiliki masalah dengan keutuhan negaranya karena keduanya sama-sama diguncang oleh pemberontakan separatis di dalam negeri. Kalau di Filipina, salah satu kelompok separatis yang paling terkenal adalah MILF.

MILF atau lengkapnya Moro Islamic Liberation Front (Front Pembebasan Islam Moro) adalah kelompok pemberontak Islamis terbesar di Filipina selatan. MILF terbentuk setelah beberapa anggota kelompok pemberontak sekuler Moro National Liberation Front (MNLF) keluar dari kelompok tersebut untuk mendirikan MILF pada tahun 1974. Awalnya MILF hanya menginginkan kemerdekaan Filipina selatan sebagai tujuan utama perjuangannya, namun belakangan MILF mulai melunak & bersedia memendam ide kemerdekaan jika daerah Filipina selatan memperoleh otonomi lebih luas.



LATAR BELAKANG

Sejak abad ke-13, di Filipina selatan bermunculan kerajaan-kerajaan kecil dengan mayoritas penduduk yang beragama Islam sebagai akibat dari adanya persentuhan budaya dengan para pedagang & perantau Muslim. Penduduk Muslim di Filipina selatan tersebut di kemudian hari dikenal dengan sebutan "Moro". Ketika bangsa Spanyol datang ke Kepulauan Filipina pada abad ke-16, mereka mencoba menancapkan kekuasaannya atas kepulauan tersebut.

Keinginan Spanyol menguasai seluruh Kepulauan Filipina jelas tidak disukai oleh kerajaan-kerajaan Islam di Filipina selatan. Perang berkepanjangan antara bangsa Spanyol melawan kerajaan-kerajaan Moro pun pecah. Menjelang akhir abad ke-19, seluruh wilayah Filipina selatan akhirnya jatuh ke tangan pihak Spanyol. Namun perang berkepanjangan tersebut juga mengganggu aktivitas perdagangan & proses modernisasi di Filipina selatan sehingga penduduk setempat terpaksa hidup dengan kondisi serba terbatas.

Peta dari Filipina. (Sumber)

Tahun 1898, Kepulauan Filipina berpindah tangan ke Amerika Serikat (AS). Untuk mempercepat modernisasi & peningkatan taraf hidup masyarakat Filipina selatan, AS mendorong transmigrasi penduduk Filipina utara - mayoritasnya penganut Katolik - ke wilayah selatan. Posisi-posisi pemerintahan lokal di Filipina selatan diserahkan kepada orang-orang utara. Tanah-tanah produktif di Filipina selatan dijual kepada perusahaan besar & transmigran dari utara. Sistem birokrasi & pendidikan ala Barat dijalankan.

Alih-alih sukses menarik simpati penduduk Filipina selatan, semua kebijakan yang dijalankan oleh AS tadi justru malah memancing sikap antipati dari masyarakat Filipina selatan. Mereka merasa kalau AS & Filipina utara sedang melakukan penjajahan & penghapusan identitas kedaerahan rakyat Filipina selatan.

Di pihak yang berseberangan, sikap orang-orang Filipina selatan tadi ganti menuai rasa tidak suka dari masyarakat Filipina utara yang menganggap masyarakat Filipina selatan sebagai orang-orang kolot yang tidak mau maju. Sebagai akibatnya, kesenjangan sosial antara Filipina utara & selatan pun tetap mengendap.

Peta dari Filipina selatan. Wilayah berpenduduk
mayoritas Muslim ditandai dengan warna biru.

Tahun 1946, AS memberikan kemerdekaan kepada Filipina. Pemerintahan baru Filipina melanjutkan gaya pemerintahan AS atas Filipina selatan kendati penduduk Muslim Filipina selatan tidak menyukai gaya pemerintahan macam itu. Daerah-daerah penghasil sumber daya alam (SDA) bernilai ekonomi tinggi di Filipina selatan diserahkan pengelolaannya kepada perusahaan-perusahaan asing.

Mayoritas penduduk Filipina selatan sekali lagi terpinggirkan & hanya memperoleh sedikit manfaat dalam kegiatan pemanfatan SDA di wilayahnya sendiri. Situasi yang memicu timbulnya bibit-bibit pemberontakan di masa depan.



AKTIVITAS MILF

Merasa tidak tahan lagi karena terus menerus dianaktirikan oleh pemerintah pusat Filipina, sebagian penduduk Filipina selatan lantas memutuskan untuk melakukan pemberontakan bersenjata demi mengupayakan berdirinya Bangsamoro (Negara Moro) di Filipina selatan. Maka, pada tahun 1971 lahirlah kelompok separatis bernama Moro National Liberation Front (MNLF; Front Pembebasan Nasional Moro) yang berhaluan sekuler. Namun menyusul perundingan yang difasilitasi oleh pemimpin Libya, Muammar Qaddafi, MNLF setuju untuk meletakkan senjata pada tahun 1976.

Keputusan petinggi MNLF untuk menerima gencatan senjata tidak diterima oleh semua anggota MNLF. Maka, mereka yang masih ingin melanjutkan perjuangan bersenjata lalu membelot dari MNLF & membentuk kelompok baru yang bernama Moro Islamic Liberation Front (MILF) pada tahun 1981 dengan Hashim Salamat sebagai pemimpinnya.

Dibandingkan dengan MNLF, MILF cenderung lebih radikal karena memprioritaskan opsi perjuangan bersenjata untuk menggapai tujuannya. MILF juga memiliki cita-cita menjadikan Filipina selatan sebagai negara merdeka yang berbasis hukum Islam.

Bendera MILF. (Sumber)

Tahun 1987, MNLF menerima tawaran dari pemerintah Filipina untuk menjadikan sebagian Pulau Mindanao, Filipina selatan, sebagai daerah otonomi khusus. Daerah otonomi yang dimaksud sendiri baru secara resmi didirikan pada tahun 1990 dengan nama resmi "Nagsasariling Rehiyon ng Muslim sa Mindanaw" (NRMM; Daerah Otonomi Muslim Mindanao)".

Jika MNLF menerima opsi daerah otonomi, maka tidak demikian dengan MILF yang menolak meletakkan senjata selama daerah Filipina selatan masih belum menjadi negara sendiri. Konflik bersenjata di Filipina selatan pun sebagai akibatnya masih tetap berlanjut.

Pada puncak kekuatannya, MILF diperkirakan memiliki jumlah anggota mencapai 15.000 personil. Walaupun MILF kalah dalam hal jumlah personil total & kualitas persenjataan jika dibandingkan dengan militer Filipina, nyatanya sepak terjang MILF sudah sanggup membuat pasukan Filipina kewalahan.

Selain sukses memanfaatkan rasa tidak suka penduduk Filipina selatan terhadap pemerintah pusat Filipina & pengetahuan lebih akan medan konflik yang notabene merupakan tanah asli para pejuang MILF, kunci lain dari perjuangan MILF adalah berkat adanya dukungan persenjataan dari Libya.

Tentara Filipina. (Sumber)

Sejak MNLF meletakkan senjata pada tahun 1977, MILF merupakan satu-satunya kelompok bersenjata anti-pemerintah yang aktif di Filipina selatan. Namun situasinya berubah setelah pada tahun 1991, sebagian anggota MILF yang dipimpin oleh Abdurajik Abubakar Janjalani keluar dari keanggotaan MILF & mendirikan kelompok baru yang bernama "Abu Sayyaf" (Sang Pembawa Pedang).

Dibandingkan dengan MILF, Abu Sayyaf mengusung metode perjuangan yang lebih radikal karena para anggota Abu Sayyaf tidak segan-segan melakukan penculikan warga sipil untuk mendapatkan tebusan. Metode yang lantas membuat kelompok tersebut sama-sama dimusuhi oleh pemerintah Filipina & MILF.



MILF MENUJU PERDAMAIAN

Tahun 1997, untuk pertama kalinya perwakilan MILF & Filipina terlibat dalam perundingan resmi. Beberapa kali perundingan antara keduanya sukses menghasilkan kesepakatan damai. Namun beberapa kali pula kesepakatan damai tersebut gagal membawa perdamaian jangka panjang akibat pecahnya kembali aksi-aksi kekerasan bersenjata.

Lepas dari itu semua, toh pada tahun 2013 perwakilan MILF & Filipina mengklaim kalau keduanya berhasil merumuskan perjanjian damai yang diharapkan bisa mengakhiri aktivitas pemberontakan MILF secara permanen. Berdasarkan kesepakatan di tahun 2013 tadi, wilayah Filipina selatan akan memperoleh otonomi lebih luas & kebebasan menggunakan hukum Islam.

Pasukan BIFF, kelompok pecahan MILF. (Sumber)

Kesepakatan tersebut juga menjanjikan jatah keuntungan hasil eksploitasi SDA yang lebih besar bagi komunitas setempat. Sebagai gantinya, MILF setuju untuk mengesampingkan ide kemerdekaan Filipina selatan & membiarkan senjatanya dilucuti. Bulan Januari 2014, kesepakatan damai tersebut akhirnya diresmikan di Kuala Lumpur, Malaysia.

Kesepakatan damai antara MILF & Filipina tidak serta merta mengakhiri konflik di Filipina selatan karena masih adanya kelompok-kelompok pemberontak yang aktif beroperasi di sana. Selain Abu Sayyaf, kelompok bersenjata yang masih aktif di Filipina selatan adalah Bangsamoro Islamic Freedom Fighters (BIFF; Pejuang Kemerdekaan Islamis Bangsamoro) yang merupakan kelompok pecahan dari MILF sejak tahun 2008.

Walaupun pergolakan di Filipina selatan belum sepenuhnya usai, kemauan MILF untuk berhenti mengangkat senjata diharapkan bisa menjadi pertanda positif menuju terciptanya Filipina selatan yang benar-benar bebas konflik.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



BIODATA

Nama resmi : Moro Islamic Liberation Front
Tahun aktif : 1974 - sekarang
Area operasi : Filipina
Ideologi : nasionalisme Bangsamoro, Islam



REFERENSI

BBC - Guide to the Philippines conflict
GlobalSecurity.org - Moro Islamic Liberation Front
Philippine News - MILF thanks Kadhafi for arms supplies
Wikipedia - Bangsamoro Islamic Freedom Fighters
Wikipedia - Moro Islamic Liberation Front
Hui, P.. 2012. "The “Moro Problem” in the Philippines : Three Perspectives". (file PDF)
Powell, A.. 2010. "The Mindanao Conflict : Ethnic Tensions in the....". (file PDF)







COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



6 komentar:

  1. Pengetahuan tentang sejarah dunia sangat hebat
    saya seorang pecinta sejarah sungguh terkesan dengan artikel yang admin buat
    sangat objektif, menarik untuk di bahas dan unik dengan tema yang sebelumnya tidak tahu an tidak terduga.... silahkan buat lagi artikel yang menarik

    BalasHapus
  2. Saya salah satu koloni si pembuka jendela dunia...

    BalasHapus
  3. jd tau sejarah yg gak pernah dipublikasikan. mantab maju trus bro.
    udah biasa nih kasus gini. faktor ekonomi+agama=boom waktu. tinggal dikasi senjata jadi deh. knapa yah slalu dengan cara kekerasan.

    BalasHapus
  4. Sangat membantu saya mengetahui sejarah bangsa moro..masuk akal

    BalasHapus
  5. Kepada Republik Tawon, selain tentang Katipunan & MILF. Tolong dibahas juga tentang sejarah pemberontakan komunis di Filiphina. Sebab, pemberontakan komunis Filiphina adalah pemberontakan komunis terlama du dunia selain pemberontakan komunis FARC di Kolombia.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.