![]() |
Cuplikan dari video klip "Pompeii". |
Bastille adalah nama dari grup band indie asal Inggris yang berusia relatif muda karena baru terbentuk di tahun 2010. Band ini terdiri dari 4 personil utama, yaitu Dan Smith, Kyle Simmons, Will Farquarson, & Chris Wood. Walaupun berusia relatif muda, band ini belakangan mulai berhasil menarik perhatian pecinta musik dunia berkat lagu-lagunya yang enerjik & menarik untuk didengar. Salah 1 lagu yang membuat popularitas band ini mulai berkibar adalah "Pompeii".
Pompeii adalah lagu yang dirilis Bastille pada tahun 2013. Nama "Pompeii" pada judul lagu ini sendiri terinspirasi dari sebuah kota Romawi Kuno di Italia yang terkubur pada tahun 79 Sebelum Masehi akibat letusan Gunung Vesuvius di dekatnya. Hanya dalam waktu relatif singkat, lagu ini berhasil menjadi fenomena baru di Inggris & negara lainnya. Di Irlandia & AS contohnya, lagu tersebut berhasil menempati peringkat pertama dalam peringkat lagu terpopuler di tahun 2013. Sementara di Inggris sendiri, lagu tersebut berhasil terjual hingga lebih dari 890.000 kopi.
Menurut Dan Smith selaku vokalis Bastille merangkap penulis lagu Pompeii, lagu yang bersangkutan sebenarnya bercerita mengenai percakapan antara 2 mayat di kota Pompeii. Alasan kenapa mayat yang digunakan adalah karena mayat pada dasarnya merupakan tubuh yang sudah tidak bergerak, sehingga mayat bisa digunakan sebagai analogi untuk orang yang tidak bisa melakukan apa-apa terhadap dirinya sendiri & sekitarnya. Smith juga mengaku kalau dia terinspirasi menulis lagu "Pompeii" ketika dia merasa jenuh & bimbang saat menjalani pekerjaan rutinnya, sehingga dia merasa seolah-olah seperti mayat.
Penggunaan judul "Pompeii" memberi kesan kalau lagu terkait hanya ingin bercerita tentang peristiwa di Pompeii. Namun patut diperhatikan kalau lirik lagu yang bersangkutan tidak pernah menyebut 1 kali pun kata "Pompeii" sehingga lagu tersebut sebenarnya bisa dipahami sebagai lagu dengan makna yang beragam & tidak hanya bercerita mengenai Pompeii. Dan dalam kesempatan kali ini, pihak Republik mencoba membedah makna lirik lagu Pompeii versi pihak Republik yang semoga bisa dipahami oleh para pengunjung sekalian.
ANALISA LIRIK
Bagian I
I was left to my own devices
Many days fell away with nothing to show
![]() |
Vokalis Bastille, Dan Smith. (Sumber) |
Di luar konteks "mayat hidup" di Pompeii, bagian ini juga bisa dideskripsikan sebagai seseorang yang terjebak dalam "own device" alias kebiasaan negatif & terus-menerus menjalaninya kendati aktivitas tersebut jelas-jelas tidak membawa dampak positif yang signifikan bagi dirinya (nothing to show). Entah karena dia sudah terjebak dalam kenikmatan semu ketika menjalaninya. Atau karena dia memang tidak tahu harus melakukan aktivitas apa lagi untuk memperbaiki hidupnya.
Reffrain I
And the walls kept tumbling down
In the city that we love
Great clouds roll over the hills
Bringing darkness from above
Dengan melihat liriknya sekilas & mengaitkannya dengan judul, mudah saja bagi kita untuk menyimpulkan kalau bagian ini ingin bercerita tentang bagaimana kota Pompeii hancur & terkubur secara perlahan akibat letusan Gunung Vesuvius. Tembok-tembok yang menyusun bangunan-bangunan di kota yang dicintainya runtuh & berjatuhan ke tanah (and the walls kept tumbling down in the city that we love). Sementara jauh di atas tanah, langit terlihat gelap karena abu gunung beterbangan di atas kota bagaikan awan & menutupi cahaya matahari (great clouds roll over the hills, bringing darkness from above).
Adapun selain memvisualisasikan peristiwa hancurnya kota Pompeii, bagian ini sebenarnya juga bisa dimaknai sebagai redupnya peradaban & kehidupan umat manusia. Redup yang dimaksud di sini bisa berupa hilangnya nilai-nilai moral serta etika dalam kehidupan bermasyarakat, semakin seringnya manusia mendewakan materi dengan mengorbankan orang lain, & semacamnya. Hal-hal tersebut jika dianalaogikan bak asap gelap Gunung Vesuvius, di mana kehidupan manusia dianalogikan sebagai kota Pompeii yang sedang menuju keruntuhannya.
Reffrain II
But if you close your eyes
Does it almost feel like nothing changed at all?
And if you close your eyes
Does it almost feel like you've been here before?
How am I gonna be an optimist about this? [2X]
Sudah disinggung di bagian awal artikel kalau Pompeii terkubur akibat letusan Gunung Vesuvius di tahun 79. Namun tidak banyak yang tahu kalau 17 tahun sebelumnya, Pompeii sempat terkena gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik Gunung Vesuvius. Akibat gempa tersebut, Pompeii mengalami kerusakan hebat. Namun hal tersebut toh tidak membuat penduduk Pompeii merasa gentar. Mereka tetap kukuh untuk tinggal di Pompeii kendati mereka tahu akan bahaya yang bisa timbul jika Gunung Vesuvius sewaktu-waktu kembali aktif. Dan kita semua bisa menebak apa yang terjadi pada orang-orang yang tetap tinggal di Pompeii beberapa tahun kemudian.
![]() |
Peta lokasi dari Pompeii & Gunung Vesuvius. (Sumber) |
Di luar konteks Pompeii, bagian ini ingin menyindir manusia sebagai makhluk dianggap yang tidak mau belajar & mempertanyakan bagaimana manusia bisa tetap menjalani kehidupan yang penuh masalah tanpa mau berubah. Ketika terjadi suatu peristiwa atau fenomena sosial yang negatif, manusia sebenarnya bisa melihat peristiwa tersebut sebagai contoh & pedoman untuk mencegah agar peristiwa serupa tidak terulang di masa depan. Namun karena lebih mementingkan ego dirinya / kelompoknya sendiri, mereka lebih memilih untuk membiarkan peristiwa tersebut terulang kembali alih-alih berusaha mencegahnya. Akibatnya, timbullah kekacauan yang selalu berulang & bisa dianalogikan seperti suasana Pompeii ketika terkena bencana alam.
Contoh bagus dari fenomena macam itu adalah seringnya terjadi perang kendati sejarah sudah berulang kali menunjukkan kalau perang lebih banyak meninggalkan kehancuran & penderitaan daripada kebahagiaan. Atau dalam konteks individu, sudah menjadi pengetahuan umum kalau terlalu banyak merokok bisa membuat pelakunya terkena kanker paru-paru. Namun tetap saja ada yang menjalaninya tanpa peduli resikonya di kemudian hari. Contoh lain, ada seseorang yang pernah masuk penjara karena melakukan tindakan kriminal seperti mencuri. Tetapi sesudah keluar dari penjara, orang tersebut masih saja tidak kapok & kembali mengulangi aksinya.
Bagian II
We were caught up and lost in all of our vices
In your pose as the dust settled around us
Bagian ini memiliki keterkaitan langsung dengan bagian sebelumnya. Ketika lahar & abu Gunung Vesuvius menerjang, semua orang terjebak menjadi sosok yang menyerupai lawan bicara dari si mayat pelantun lagu (we were caught up, in your pose). Ya, mereka menjadi mayat yang diselimuti debu vulkanik (the dust settled around us). Dan mereka menjadi mayat tidak lain akibat sifat buruk & kecerobohan mereka sendiri (lost in all of our vices) yang bersikeras tetap tinggal di Pompeii walaupun mereka tahu Pompeii adalah kota yang rawan menjadi korban amukan Gunung Vesuvius di dekatnya. Sama seperti orang-orang di masa sesudahnya yang tidak mau belajar dari pengalaman pahit di masa silam sehingga mereka kemudian terjerumus ke dalam beragam masalah yang sebenarnya bisa dihindari.
Reffrain I
Reffrain II
(lihat kembali segmen berjudul serupa)
Bagian III
Oh where do we begin?
The rubble or our sins?
Oh oh where do we begin?
The rubble or our sins?
![]() |
Reruntuhan kota Pompeii. (Sumber) |
Pertanyaan serupa juga bisa diajukan untuk fenomena negatif di sekitar kita. Ada seseorang yang di masa bangku sekolah lebih suka menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang daripada giat belajar, sehingga dia akhirnya gagal dalam ujian masuk ke universitas impiannya. Kalau sudah begitu, bersediakah dia untuk mengubah pola hidupnya menjadi lebih rajin & mencoba kembali di tahun depan? Atau mungkinkah dia menganggap kalau pola hidupnya tidak perlu diubah & pasrah saja dengan nasibnya sekarang ini?
Kasus serupa juga bisa dilihat dalam konteks bermasyarakat yang lebih luas. Apakah maraknya kerusuhan & tawuran harus diatasi hanya dengan menambah jumlah aparat keamanan semata? Atau harus diatasi dengan cara mengedukasi penduduk setempat agar bersikap lebih toleran & komunikatif 1 sama lain? Intinya adalah, jika kita ingin mencegah timbulnya suatu peristiwa negatif, kita harus melihat akar permasalahannya & mengatasinya agar peristiwa serupa benar-benar tidak akan terulang lagi di masa depan. Pilihan hidup beserta konsekuensinya ada di tangan masing-masing individu.
Reffrain I
Reffrain II
(lihat kembali segmen berjudul serupa)
© Rep. Eusosialis Tawon
SUMBER-SUMBER YANG MEMBANTU
102.1 the Edge - Bastille Singer Says “Pompeii” Is....
Songfacts - Pompeii by Bastille
SongMeanings - Bastille - Pompeii Lyric
Wikipedia - Pompeii (Bastille song)
Lirik lagu Bastille - Pompeii
Video klip Bastille - Pompeii
COBA JUGA HINGGAP KE SINI...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tamu yang baik selalu meninggalkan jejak sebelum pergi. Jadi silakan tinggalkan komentar anda selama tidak berisi spam, iklan, kata-kata kasar, & provokasi SARA. Komentar yang baru dibuat tidak akan langsung muncul karena akan diperiksa terlebih dahulu.
Baca aturan pakai. Jika kebingungan berlanjut, silakan tinggalkan pesan di kotak komentar.