Perang Boer, Konflik Sesama Kulit Putih di Benua Hitam



Ilustrasi Perang Boer. (cutandparry.com)

Boer (dibaca "bur") adalah sebutan untuk orang-orang keturunan Belanda yang bermigrasi & bermukim ke wilayah cikal bakal Afrika Selatan. Dalam bahasa Belanda sendiri, kata "boer" berarti "petani". Keturunan Boer masih bisa dijumpai hingga sekarang di Afrika Selatan & mereka dikenal dengan sebutan "Afrikaaner".

Karena mereka hidup di lahan yang sebelumnya tidak pernah ditinggali oleh orang Eropa, orang-orang Boer pun memiliki jiwa petualang & sangat menjunjung tinggi kebebasan. Sifat mereka yang tidak mudah diatur inilah yang kemudian menjadi salah satu penyebab timbulnya Perang Boer ketika Inggris mencoba memperkuat kedudukannya di Afrika bagian selatan.

Perang Boer (Boer War) atau Perang Anglo-Boer (Anglo-Boer War) adalah sebutan untuk konflik bersenjata di Afrika selatan antara pasukan Inggris melawan negara-negara Boer setempat. Dalam bahasa Afrikaan sendiri, perang ini dikenal dengan istilah "Vryheidsoorlog" (Perang Kemerdekaan) karena orang-orang Boer mengklaim kalau perjuangan mereka adalah untuk mengenyahkan Inggris yang mencoba menjajah tanah air mereka.

Berdasarkan waktunya, Perang Boer bisa dibagi ke dalam 2 fase utama : Perang Boer Pertama (1880 - 1881) & Perang Boer Kedua (1899 - 1902). Sejumlah sejarawan lebih suka menyebut perang fase kedua sebagai "Perang Afrika Selatan" (South African War) karena ruang lingkupnya yang lebih luas & dampak dari perang tersebut yang tidak hanya dirasakan oleh orang-orang Boer.



LATAR BELAKANG

Pada tahun 1652, perusahaan dagang Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC; Perusahaan Hindia Timur Bersatu) yang berbasis di Belanda mendirikan pos dagang di ujung selatan pesisir Benua Afrika sebagai lokasi transit antara Belanda & Kepulauan Indonesia. Pendirian pos dagang tersebut sekaligus menjadi momen awal masuknya imigran-imigran Belanda (Boer) ke wilayah cikal bakal Afrika Selatan.

Wilayah yang ditinggali oleh orang-orang Boer ini kemudian dikenal dengan nama "Kaapkolonie" (Koloni Semenanjung; Cape Colony) di mana mereka menjadikan aktivitas pertanian & peternakan yang mengandalkan tenaga budak-budak kulit hitam setempat sebagai mata pencaharian utamanya.

Sementara itu di Eropa, pada tahun 1795 wilayah Belanda ditaklukkan oleh pasukan Perancis pimpinan Napoleon Bonaparte. Berkuasanya Perancis atas Belanda secara otomatis membuat Perancis juga memiliki kekuasaan atas koloni-koloni Belanda di benua lain, tak terkecuali Kaapkolonie. Inggris selaku negara rival Perancis lantas meresponnya dengan menduduki Kaapkolonie di tahun yang sama.

Awalnya penduduk Boer di Kaapkolonie / Cape Colony tidak menunjukkan penolakan terhadap pencaplokan Cape Colony oleh Inggris. Namun ketika Inggris mencoba menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa utama sambil memaksa penduduk Boer mengakhiri praktik perbudakan, ribuan penduduk Boer kemudian bermigrasi ke kawasan pedalaman di sebelah timur laut untuk mendirikan kompleks pemukiman baru.

Peta Afrika selatan di abad ke-19.

Peristiwa migrasi orang-orang Boer ke pedalaman Afrika selatan dikenal dengan sebutan "Groot Trek" (Perjalanan Besar; Great Trek) & berujung pada lahirnya negara-negara baru bentukan orang Boer. Negara-negara tersebut adalah Oranje Vry Staat (OVS; Negara Bebas Orange) & Zuid Afrikaansche Republiek (ZAR; Republik Afrika Selatan) yang juga dikenal dengan nama lain "Transvaal".

Walaupun Inggris memiliki ambisi menjadikan seluruh Afrika selatan sebagai daerah bawahannya, Inggris pada awalnya membiarkan OVS & ZAR berdiri sebagai negara merdeka karena upaya penaklukan keduanya dianggap kurang menguntungkan. Namun ketika pada tahun 1867 beredar kabar kalau di Sungai Orange & Vaal terdapat kandungan berlian, Inggris pun mulai menaruh perhatian serius pada daerah tersebut.

Kondisi ZAR sendiri pada waktu itu sedang bermasalah akibat konflik dengan kelompok-kelompok suku pribumi & keengganan rakyat ZAR untuk membayar pajak. Maka, pada tahun 1877 Inggris mengeluarkan deklarasi kalau ZAR adalah bagian dari wilayah Inggris.

Pemerintah ZAR sebenarnya menolak, namun karena negara mereka sedang berada dalam kondisi nyaris bangkrut, ZAR tidak menunjukkan penolakan berlebihan terhadap deklarasi tersebut sehingga ZAR / Transvaal pun sejak itu menjadi koloni Inggris. Semuanya lantas berubah ketika pada tahun 1880, seorang Boer yang bernama Piet Bezeidenhout barang-barangnya disita paksa oleh petugas pemerintahan karena menunggak pajak.

Peristiwa penyitaan tersebut ternyata berbuntut panjang karena ketika barang-barang tersebut sedang dilelang, sekelompok orang menyerbu gedung lelang & mengambil kembali barang-barang hasil sitaan. Lalu ketika petugas mencoba menangkap Bezeidenhout, ratusan orang Boer secara sukarela mempersenjatai dirinya untuk menggagalkan upaya penangkapan Bezeidenhout.

Memburuknya hubungan antara pemerintah koloni Transvaal dengan orang-orang Boer kemudian berujung pada digelarnya rapat akbar oleh orang-orang Boer pada tanggal 16 Desember 1880. Dalam rapat tersebut, mereka memproklamasikan berdirinya pemerintahan tandingan, sekaligus menandai dimulainya Perang Boer Pertama.


Lukisan mengenai konflik antara orang-orang Boer dengan pribumi Afrika. (Anrie / wikipedia.org)


PERANG BOER PERTAMA (1880 - 1881)

Tinggal secara turun-temurun di kawasan sekeras Afrika membawa keuntungan tersendiri bagi milisi-milisi Boer karena mereka kerap menggunakan senjata api untuk keperluan berburu & melindungi diri sehingga kemahiran mereka mengoperasikan senjata api pun jadi terasah dengan sendirinya.

Bahkan jika dibandingkan dengan prajurit reguler Inggris, milisi Boer memiliki akurasi tembakan yang lebih tinggi karena prajurit Inggris dididik untuk menembakkan senjata api dalam formasi rapat yang notabene tidak menuntut akurasi berlebihan. Sebagai gambaran, jika milisi Boer bisa menembak target sejauh 540 m dengan akurat, maka prajurit Inggris hanya memiliki akurasi efektif sejauh kurang lebih setengahnya.

Pasukan milisi Boer tidak menggunakan seragam khusus & hanya memakai pakaian sehari-hari ketika terjun di medan tempur. Pasukan Inggris di lain pihak menggunakan seragam reguler mereka yang berwarna-warni, tergantung dari resimen apa prajurit tersebut berasal.

Sebagai contoh, prajurit resimen infantri memakai seragam dengan atasan berwarna merah terang & bawahan biru tua. Sementara resimen senapan menggunakan seragam dengan atasan berwarna hijau. Penggunaan warna-warna tersebut pada gilirannya malah menjadi bumerang di medan perang karena warna seragam mereka yang mencolok membuat mereka mudah terlihat dari kejauhan.

Taktik utama pasukan milisi Boer adalah membentuk kelompok-kelompok kecil untuk melakukan serangan cepat & mundur sesegera mungkin begitu situasi tidak menguntungkan. Ketika seorang milisi yang ditugaskan sebagai pengintai berhasil menemukan posisi pasukan lawan, milisi-milisi lain akan memanfaatkan kontur daratan di sekitarnya supaya bisa mendekat sambil tetap menyembunyikan keberadaannya.

Begitu pasukan musuh sudah berada dalam jangkauan senjata mereka, barulah milisi-milisi Boer melepaskan tembakannya. Pasukan milisi Boer memiliki sistem pengambilan keputusan secara desentralistik di medan konflik yang berarti masing-masing kelompok milisi dituntut untuk mengambil keputusan secara mandiri jika kebetulan posisi mereka dengan kelompok milisi lainnya sedang berjauhan.

Pasukan milisi Boer. (1970gemini / wikipedia.org)

Begitu Perang Boer Pertama meletus, target pertama yang diincar pasukan Boer adalah kota-kota di Afrika selatan yang digunakan oleh pasukan Inggris untuk bermarkas. Kota-kota tersebut antara lain Potchefstroom, Pretoria, Rustenburg, Standerton, & Marabastad.

Milisi-milisi Boer sendiri tidak menyerbu masuk kota-kota tadi secara membabi buta, melainkan sebatas mengepung kota tersebut dari berbagai sisi supaya penghuni kotanya kelaparan & akhirnya menyerah dengan sendirinya.

Ketika Inggris mendengar kabar mengenai pengepungan kota-kota tersebut, Inggris pun memerintahkan pasukannya yang berada di Natal - daerah koloni Inggris di sebelah selatan Transvaal - untuk bertolak menuju kota-kota yang sedang dikepung.

Salah satu pasukan Inggris yang diberangkatkan menuju Pretoria pada akhirnya tidak pernah mencapai tujuannya karena mereka keburu dicegat oleh pasukan Boer pimpinan Frans Joubert di dekat Bronkhorspruit pada tanggal 20 Desember 1880.

Sementara itu, pasukan Inggris lainnya yang dipimpin oleh Mayjen Sir George Pomeroy Colley mencoba memasuki wilayah Transvaal pada permulaan tahun 1881, namun upaya mereka juga berakhir dengan kegagalan.

Pasukan Inggris dalam Pertempuran Bukit Majuba. (Richard Caton Woodville / britishbattles.com)

Colley kemudian memutuskan untuk menempatkan 400 prajuritnya menuju Bukit Majuba di perbatasan selatan Transvaal pada tanggal 26 Februari 1881 supaya bisa memanfaatkan ketinggian bukit untuk mengintai pasukan Boer dari kejauhan. Bak senjata makan tuan, keputusan Colley tersebut ternyata malah memudahkan pasukan Boer mengetahui keberadaan pasukan Inggris.

Tanggal 27 Februari, pasukan Boer mendekati posisi pasukan Inggris sambil memanfaatkan cekungan & gundukan di sekitar bukit untuk mengendap-endap sambil naik ke atas. Begitu mereka sudah tiba di atas bukit, pertempuran pun pecah. Hampir separuh prajurit Inggris tewas dalam pertempuran di Bukit Majuba & Colley termasuk salah satu di antaranya. Sementara di pihak Boer, mereka hanya kehilangan 1 prajurit.

Akibat pertempuran ini, Inggris terpaksa menyetujui tawaran perundingan dari pihak Boer. Hasilnya, dalam pertemuan yang digelar pada bulan Maret di Pretoria, Transvaal / ZAR berhasil memperoleh kembali statusnya sebagai negara merdeka. Namun urusan eksternal negara tersebut tetap berada di tangan Inggris.



PERIODE DAMAI SEMENTARA (1881 - 1899)

Tahun 1886, cadangan emas ditemukan di wilayah ZAR sehingga daerah itupun kembali menjadi sorotan. Para penambang emas berkebangsaan Inggris berduyun-duyun masuk ke negara tersebut & mereka nantinya dikenal dengan sebutan "Uitlander" (Orang Luar; Outlander). Ketika jumlah mereka bertambah, para Uitlander ini menuntut diberikan jatah perwakilan di pemerintahan ZAR, namun permintaan mereka ditolak.

Maka, para Uitlander ini pun kemudian berkonspirasi dengan Leander Jameson & Cecil Rhodes yang sedang menjabat sebagai perdana menteri Cape Colony. Rencananya, para Uitlander akan memberontak di Johannesburg, lalu pasukan pimpinan Jameson akan melakukan invasi dari sebelah barat ZAR. Pasukan Inggris kemudian akan ikut melibatkan diri dengan dalih memulihkan keamanan & menduduki ZAR dalam prosesnya.

Rencana tersebut pada akhirnya tidak berjalan sebagaimana mestinya setelah para Uitlander di Johannesburg membatalkan niatnya untuk memberontak. Namun Jameson ternyata memilih untuk bertindak sebaliknya & tetap melakukan invasi ke wilayah ZAR pada tanggal 29 Desember 1895.

Karena tidak ada pemberontakan di Johannesburg seperti yang awalnya direncakan, pasukan ZAR pun bisa mengkonsentasikan kekuatannya untuk menggagalkan invasi tersebut. Jameson & para prajuritnya ditangkap. Citra Rhodes ikut tercemar & dia terpaksa meletakkan jabatannya sebagai perdana menteri. Hubungan antara ZAR dengan Inggris selanjutnya memburuk & dipenuhi oleh rasa saling curiga.

Jameson (tangan diborgol) saat ditangkap oleh pasukan ZAR. (south-africa-tours-and-travel.com)

Sebagai antisipasi kalau Inggris benar-benar menginvasi ZAR suatu hari nanti, ZAR kemudian menjalin aliansi dengan OVS pada tahun 1897. Namun pihak Inggris menuding kalau aliansi tersebut adalah langkah awal untuk menyatukan seluruh Afrika selatan di bawah pemerintahan orang-orang Boer. Inggris lantas meresponnya dengan cara mengirimkan pasukannya ke Cape Colony & menyiagakan mereka di dekat perbatasan ZAR.

ZAR kemudian balas mengirimkan ultimatum pada bulan September 1899 kalau pasukan Inggris yang ada di dekat perbatasan ZAR harus segera ditarik mundur & masalah sengketa antara keduanya sebaiknya diselesaikan lewat jalur perundingan yang melibatkan pihak netral (arbitrasi). Ketika ultimatum tersebut tidak diindahkan oleh pihak Inggris, Perang Boer Kedua pun menyusul tak lama berselang.



PERANG BOER KEDUA (1899 - 1902)

Tanggal 11 Oktober 1899, pasukan gabungan ZAR & OVS yang berjumlah 3 - 4 kali lebih banyak dibandingkan prajurit Inggris menginvasi wilayah Natal. Hanya dalam waktu singkat, sejumlah besar wilayah Natal berhasil dikuasai oleh pasukan Boer. Wilayah Cape Colony yang ada di sebelah barat juga tidak luput dari serbuan pasukan Boer.

Salah satu kota terpenting yang menjadi arena konflik di Cape Colony adalah Kimberley karena kota tersebut kaya akan berlian & Cecil Rhodes sedang berada di sana. Hebatnya, walaupun harus bertahan dengan jumlah prajurit seadanya, pasukan Inggris bisa mencegah pasukan Boer merebut kota tersebut selama 4 bulan sebelum bala bantuan Inggris akhirnya tiba.

Di luar Afrika, invasi pasukan Boer ke Natal & Cape Colony direspon Inggris dengan mendatangkan pasukan tambahan dari koloni Australia, Selandia Baru, Kanada, & India. Sementara itu di Cape Colony & Natal sendiri, kondisinya semakin runyam bagi militer Inggris.

Hingga pertengahan bulan Desember 1899, jumlah korban tewas di pihak Inggris dilaporkan mencapai 3.000 jiwa. Jumlah yang dianggap sangat fantastis untuk negara sekaliber Inggris, terlebih kalau melihat yang menjadi lawan mereka bukanlah sesama negara adidaya Eropa.

Di sisi lain, membludaknya jumlah korban tewas di Inggris ternyata berdampak positif pada meroketnya sentimen kebangsaan di Inggris. Penduduk Inggris dari beragam golongan sosial berbondong-bondong menawarkan diri untuk menjadi prajurit sukarela supaya bisa ikut bertempur di Afrika selatan.

Milisi-milisi Boer yang sedang mengoperasikan meriam. (victorianweb.org)

Memasuki bulan Februari 1900, Inggris yang awalnya fokus mengambil posisi bertahan mulai mengambil sikap agresif & menyerbu wilayah OVS. Bermula dari keberhasilan pasukan Inggris memaksa 4.000 prajurit Boer pimpinan Jenderal Kronje mengibarkan bendera putih pasca pertempuran di Paardeberg, arah peperangan kini mulai berbalik memihak Inggris. Satu demi satu, kota-kota koloni Inggris yang dikepung berhasil dibebaskan & pasukan Boer dipaksa mundur di banyak front.

Tanggal 13 Maret, pasukan Inggris bahkan berhasil menduduki ibukota OVS, Bloemfontein. Sebulan berselang, pengepungan pasukan Boer ke kota Mafeking di sebelah barat ZAR berhasil dihentikan menyusul datangnya bala bantuan Inggris.

Berkat tindakan heroik Robert Baden Powell ketika memimpin pasukannya mempertahankan kota Mafeking hingga setengah tahun lebih, Powell pun dianugerahi kenaikan pangkat menjadi Mayor Jenderal.

Dengan pangkat barunya tersebut, Powell memimpin pasukan Inggris melintasi wilayah OVS untuk menyerbu wilayah ZAR dari arah selatan. Hasilnya, pada akhir Mei 1900 Johannesburg berhasil ditaklukkan pasukan Inggris setelah melalui pertempuran yang sengit.

Tanggal 5 Juni, giliran Pretoria selaku ibukota ZAR yang jatuh ke tangan pasukan Inggris. Pasca keberhasilan merebut ibukota OVS & ZAR secara berturut-turut, Inggris kemudian mengumumkan kalau OVS & ZAR kini berstatus sebagai daerah koloni Inggris.

Namun perang masih jauh dari kata berakhir karena Jenderal Louis Botha yang kini memegang jabatan presiden ZAR memilih untuk melanjutkan perlawanan dari kawasan pelosok. Hal serupa juga dilakukan oleh presiden OVS, Marthinus Steyn. Perang pun terus berlanjut & kini didominasi oleh taktik gerilya.

Bulan November 1900, Lord Horatio Kitchener selaku pemimpin tertinggi pasukan Inggris di Afrika selatan melakukan perubahan strategi untuk mengakhiri perlawanan sisa-sisa prajurit Boer sesegera mungkin. Kamp-kamp konsentrasi didirikan & warga sipil Boer diharuskan tinggal di dalamnya. Orang-orang kulit hitam setempat direkrut secara massal untuk dijadikan mata-mata & pemandu.

Suasana dalam kamp konsentrasi warga sipil Boer. (kenbaker.wordpress.com)

Kota-kota & lahan pertanian milik warga Boer dibumihanguskan supaya tidak bisa dimanfaatkan oleh prajurit Boer. Harapannya, suplai makanan & tempat yang bisa digunakan oleh prajurit Boer untuk bersembunyi menjadi semakin sedikit, sehingga mereka kemudian bersedia menyerahkan diri.

Namun sebagai akibat dari buruknya sistem kebersihan & logistik di kamp konsentrasi, lebih dari 40.000 warga sipil Boer & kulit hitam dilaporkan tewas di dalamnya akibat wabah penyakit & kekurangan gizi,. Akibatnya, pro kontra mengenai taktik pendirian kamp-kamp konsentrasi ini pun merebak di Inggris.

Memasuki bulan Mei 1902, sisa-sisa prajurit Boer akhirnya merasa tidak sanggup lagi melanjutkan perlawanan & menyerukan gencatan senjata. Perundingan damai antara perwakilan Inggris & pasukan Boer lalu dilangsungkan pada akhir bulan yang sama di kota Vereeniging. Hasilnya, dicapailah kesepakatan damai kalau sisa-sisa prajurit Boer akan memperoleh pengampunan hukum jika mereka bersedia menyerahkan senjatanya.

Sebagai gantinya, para bekas prajurit Boer tersebut mengakui kekuasaan Inggris atas wilayah OVS & ZAR. Sebuah komisi yang dibekali dana sebesar 3 juta poundsterling juga dibentuk untuk membangun ulang wilayah ZAR / Transvaal yang porak poranda akibat perang. Dengan diresmikannya perjanjian damai Vereeniging, Perang Boer Kedua pun berakhir dengan kemenangan meyakinkan pihak Inggris.



KONDISI PASCA PERANG

Perang Boer merupakan salah satu perang yang paling menyita tenaga Inggris dalam upaya kolonisasinya di benua lain. Akibat perang ini, Inggris harus kehilangan lebih dari 22.000 prajuritnya, di mana "hanya" sebanyak 5.774 di antara mereka yang tewas akibat terbunuh di medan perang. Sementara sisanya meregang nyawa akibat luka & wabah penyakit. Bukan hanya itu, perang ini juga menyebabkan Inggris kehilangan ratusan ribu kuda perang & uang sebesar 200 juta pound lebih untuk keperluan pembiayaan perang.

Sementara di pihak Boer, jumlah korban tewasnya mencapai 4.000 jiwa. Jumlah tersebut masih belum termasuk warga sipil yang tewas akibat terkena peluru nyasar & buruknya kondisi di kamp konsentrasi tempat mereka tinggal.

Kerugian material yang harus diderita pihak Boer juga tidak kalah tinggi karena semasa perang, mereka harus kehilangan begitu banyak bangunan, tanaman pangan, & hewan ternak akibat taktik bumi hangus yang digunakan oleh pasukan Inggris di tahun-tahun terakhir perang.

Pasca keberhasilan menaklukan ibukota OVS & ZAR, keduanya berturut-turut menjadi koloni Inggris dengan nama Orange River & Transvaal. Beberapa tahun berlalu atau tepatnya pada tahun 1910, kedua koloni tadi dilebur dengan Cape Colony & Natal untuk membentuk Serikat Afrika Selatan (Union of South Africa; Unie van Suid-Afrika) yang wilayahnya kurang lebih sama dengan wilayah negara Afrika Selatan sekarang ini.

Orang-orang Boer / Afrikaaner yang masih tersisa lalu beralih ke jalur politik & mendirikan partai bernama National Party (NP: Partai Nasional) untuk memperjuangkan gaya pemerintahan Afrika Selatan yang sesuai dengan kemauan mereka. Salah satu buah pemikiran NP yang paling terkenal adalah diberlakukannya sistem sosial politik yang mengistimewakan orang-orang kulit putih & mengesampingkan hak-hak golongan lainnya (apartheid).

Pasukan Inggris dalam Perang Boer Kedua yang sudah mengenakan seragam khaki. (militaryhistorynow.com)

Sebagai akibat dari begitu besarnya kerugian yang harus ditanggung Inggris akibat Perang Boer, Inggris menjadikan perang ini sebagai bahan evaluasi & pedoman untuk perang-perang mereka di kemudian hari. Salah satu terobosan yang dihasilkan dari perang ini adalah ditinggalkannya seragam prajurit yang berwarna mencolok untuk digantikan dengan seragam berwarna kecoklatan (khaki).

Dalam Perang Boer sendiri, militer Inggris baru mengadopsi khaki sebagai seragam utama prajuritnya pada tahun 1897. Pelajaran lain yang didapat militer Inggris dari perang ini adalah bagaimana pentingnya peran penghalang (cover) untuk membantu melindungi prajurit dari penglihatan & tembakan musuh. Taktik memaksa penduduk sipil untuk tinggal di kamp-kamp konsentrasi juga sempat digunakan kembali oleh Inggris ketika terjadi pemberontakan komunis di Semenanjung Malaka.

Salah satu veteran Inggris yang paling terkenal dari Perang Boer adalah Robert Baden Powell. Ketika Perang Boer berakhir, Powell lalu kembali ke Inggris pada tahun 1903 & dipercaya oleh militer Inggris untuk menjadi jenderal merangkap instruktur kavaleri mereka. Dengan bermodalkan pengalamannya semasa masih di Afrika dulu, Powell membuat kamp percobaan pada tahun 1907 untuk melatih pemuda-pemuda Inggris supaya bisa lebih terampil di alam liar.

Merasa puas dengan hasil uji cobanya tersebut, Powell kemudian mendirikan organisasi Boy Scout pada tahun 1908. Konsep mengenai Boy Scout selanjutnya menyebar ke luar Inggris di mana pada tahun 1961, ide mengenai Boy Scout turut diadopsi di Indonesia & kita mengenalnya dengan nama "Pramuka".  -  © Rep. Eusosialis Tawon



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
-  Waktu : 1880 - 1881; 1889 - 1902
-  Lokasi : Afrika Selatan

Pihak yang Bertempur
(Negara)  -  ZAR, OVS (1899 - 1902)
          melawan
(Negara)  -  Inggris Raya
(Daerah)  -  Australia, Selandia Baru, Kanada, India, Cape Colony, Natal

Hasil Akhir
-  Kemenangan pihak Inggris
-  ZAR & OVS dibubarkan untuk dijadikan koloni Inggris

Korban Jiwa
-  Boer (ZAR & OVS) : + 4.000 jiwa
-  Inggris : 5.774 jiwa
-  Warga sipil : lebih dari 40.000 jiwa



REFERENSI

 - . 2008. "Baden-Powell (of Gilwell)". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

 - . 2008. "National Party (NP)". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

GlobalSecurity.org. "Boer War - British Victory".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/boer-war-5.htm)

GlobalSecurity.org. "Boer War - Early Boer Success".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/boer-war-3.htm)

GlobalSecurity.org. "Boer War - Path to War".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/boer-war-2.htm)

GlobalSecurity.org. "Transvaal War, 1880-81".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/transvaal-war-1880.htm)

Pramuka.or.id. 2006. "Sejarah Pramuka Indonesia".
(pramuka.or.id/sejarah-pramuka-indonesia/)

Pretorius, F.. 2011. "The Boer Wars".
(www.bbc.co.uk/history/british/victorians/boer_wars_01.shtml)

M. Hall, dkk.. 2008. "South Africa, history of". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Wikipedia. "Second Boer War".
(en.wikipedia.org/wiki/Second_Boer_War)
 





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



13 komentar:

  1. Bung,soal formasi tembakan tentara Inggis dinamakan Volley fire ya Bung,?? Terus kalau masalah seragam menurut and lebih bagus tentara jaman dulu,lebih beragam ketimbang seragam tentara sekarang yang kebanyakan sama.sama mau nanya Orang boer sampai sekarang masih Ada ngak?
    Salam kevinharahap005

    BalasHapus
    Balasan
    1. Volley fire bukan formasi, tapi sebutan untuk taktik menembakkan senjata secara serempak ketika prajuritnya membentuk barisan yang lebar. Soal seragam, secara pribadi saya jelas lebih suka seragam prajurit sebelum abad ke-20 karena warna & desainnya yang lebih bervariasi.

      Orang Boer sampai sekarang masih ada & mereka dikenal dengan sebutan "Afrikaner". Anda tahu Neill Blomkamp, sutradara film Elysium? Nah, dia itu contoh Afrikaner.

      Hapus
  2. sangat suka cerita tetang perang, tambah lagi konflik di negara amerika selatan pak, trims

    BalasHapus
  3. Informasi yg menarik dan saya suka... Terus berkarya bro...

    BalasHapus
  4. Sangat menarik. Terimakasih atas postingannya

    BalasHapus
  5. Sip bung,tingkatkan lagi.semoga anda jadi orang yg sukses

    BalasHapus
  6. Tokoh nasional kita Douwes Dekker Setiabudi katanya keturunan orang boer. Beliau pahlawan kita.

    BalasHapus
  7. Robert Baden Powell pahlawan Inggris dalam perang Boer

    BalasHapus
  8. sejarah yang baru dan premium bagi saya. terima kasih ilmunya

    BalasHapus
  9. Baru tau Baden Powell ternyata pernah ikut perang boer

    BalasHapus
  10. Sedikit berpendapat gan kok dikatakan jumlah korban jiwa tentara inggris sangat fantastis tapi ditulis setara dengan pasukan boer (belanda). Memang inggris menang di pertempuran Padahal jumlahnya puluhan ribu bukan ribuan tolong dikoreksi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya asumsikan anda menulis komentar ini karena anda merujuk pada Wikipedia. Kalau menurut Wiki, jumlah total tentara Inggris yang tewas akibat perang memang mencapai 22.000 lebih. Tapi kalau anda melihat catatan kakinya, sebagian besarnya tewas akibat penyakit yang notabene termasuk faktor alam, sementara korban tewas akibat terbunuh "hanya" sekitar 5.000-an.

      Saya tidak memasukkan jumlah korban tewas akibat luka, karena tewas akibat infeksi juga dipengaruhi oleh faktor alam. Kemudian saat tentaranya terluka, lukanya belum tentu disebabkan oleh senjata musuh, tetapi bisa juga akibat kecelakaan atau sebab lain. Makanya saya menulis jumlah korban tewas sebanyak 5.000-an untuk menunjukkan seberapa efektifnya pasukan Boer dalam menewaskan pasukan Inggris.

      Tapi, terima kasih untuk komentarnya. Tulisan di paragrafnya bakal sedikit saya ubah supaya lebih lengkap & lebih bisa dipahami.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.