Perang Sipil Mozambik, Pertikaian di Seberang Madagaskar



Mural perang saudara Mozambik di ibukota Maputo. (minbane.wordpress.com)

Mozambik adalah nama dari sebuah negara yang terletak di sebelah selatan Benua Afrika & berseberangan langsung dengan negara Madagaskar di sebelah timur. Negara yang menggunakan simbol senapan AK-47 di benderanya tersebut tergolong sebagai negara miskin yang kerap dilanda bencana alam semisal banjir.

Namun bukan semata-mata karena bencana alam, negara bekas jajahan Portugal tersebut lantas memiliki perekonomian yang lemah. Perang menjadi alasan lain di balik terpuruknya perekonomian Mozambik hingga sekarang.

Perang yang dimaksud di sini adalah perang sipil Mozambik (guerra civil Mocambicana) yang berlangsung antara tahun 1976 hingga 1992. Perang ini muncul tepat sesudah Mozambik mendapatkan kemerdekaannya dari tangan Portugal.

Dalam perang ini, kelompok FRELIMO yang sedang menguasai pemerintahan Mozambik terlibat bentrokan dengan kelompok pemberontak RENAMO. Seusai perang, RENAMO beralih menjadi partai politik legal & sempat berhenti melakukan perlawanan bersenjata. Namun dalam beberapa tahun terakhir, Mozambik kembali dilanda konflik setelah RENAMO kembali melakukan pemberontakan.



LATAR BELAKANG

Sejak pertama kali dijamah oleh penjelajah Portugis di abad ke-16, wilayah Mozambik secara berangsur-angsur menjadi wilayah bawahan Portugal. Sektor perdagangan budak menjadi salah satu sektor ekonomi terpenting di wilayah ini. Penduduk pribumi Mozambik menjadi tumbal utama dari praktik perbudakan karena pedagang budak setempat menjadikan mereka sebagai sasaran untuk ditangkap & diperdagangkan.

Ketika perdagangan budak akhirnya dihapuskan, kondisi kehidupan penduduk pribumi Mozambik tidak lantas membaik. Pasalnya kini kaum pemilik lahan & perusahaan swasta  merekrut paksa mereka menjadi tenaga kerja berupah rendah untuk membangun infrastruktur & menggarap perkebunan. Pemerintah Portugal di lain pihak melakukan pembiaran atas praktik tersebut sehingga sentimen negatif penduduk pribumi Mozambik terhadap golongan kulit putih & pemerintah Portugal kian terakumulasi.

Peta lokasi Mozambik. (bbc.co.uk)

Sesudah berakhirnya Perang Dunia II di tahun 1945, negara-negara Eropa beramai-ramai memberikan kemerdekaan kepada daerah bawahannya. Namun Portugal masih ngotot untuk tidak memberikan kemerdekaan pada daerah-daerah koloninya.

Melihat situasi tersebut, pada tahun 1962 orang-orang kelahiran Mozambik yang sedang tinggal di Tanzania mendirikan organisasi FRELIMO yang beraliran komunis untuk mengupayakan kemerdekaan Mozambik melalui jalur perjuangan bersenjata. Berdirinya FRELIMO sekaligus menandai dimulainya periode perang kemerdekaan Mozambik.

Sementara itu di Portugal, terjadi peristiwa kudeta yang dikenal dengan istilah "Revolusi Anyelir" pada tahun 1974. Peristiwa kudeta tersebut membawa berkah bagi FRELIMO karena pemerintahan Portugal yang baru kini bersedia memberikan kemerdekaan pada koloni Mozambik. Hasilnya, pada bulan Juni 1975 Mozambik resmi merdeka dengan FRELIMO sebagai Samora Machel sebagai presiden perdananya.

Mozambik berdiri sebagai negara yang menggunakan gaya pemerintahan otoriter. Pasalnya pemerintah Mozambik menetapkan FRELIMO sebagai satu-satunya partai politik yang boleh berdiri. Untuk menyingkirkan pihak-pihak yang tidak sejalan, pemerintah Mozambik tidak segan-segan menggunakan jalur pembunuhan.

Uria Simango yang notabene merupakan anggota FRELIMO selama perang kemerdekaan menjadi salah satu korban dari kebijakan ini. Simango dibunuh oleh pemerintah Mozambik karena tidak lama sesudah Mozambik merdeka, ia mendirikan partai baru yang bernama PCN.

Sejumlah bekas anggota FRELIMO yang tidak menyukai sistem pemerintahan di negara asalnya lantas beramai-ramai melarikan diri keluar negeri & mendirikan kelompok bersenjata baru yang bernama RENAMO di tahun 1975. Pendirian RENAMO mendapat dukungan dari pemerintahan kulit putih Rhodesia (sekarang Zimbabwe) karena dalam perang saudara yang berlangsung di Rhodesia, pemerintah Mozambik memihak kepada kelompok pemberontak.


Logo FRELIMO & RENAMO.


BERJALANNYA PERANG

Di atas kertas, pasukan pemerintah Mozambik jauh lebih unggul karena mereka memiliki jumlah personil lebih banyak dibandingkan pasukan RENAMO. Untuk mengatasinya, pasukan RENAMO pun menggunakan taktik gerilya dengan memanfaatkan wilayah Mozambik yang penuh dengan hutan, pegunungan, & berbatasan langsung dengan wilayah Rhodesia. Mereka juga merekrut paksa warga sipil pria di kawasan pelosok sebagai pekerja paksa, menjadikan kaum wanitanya sebagai budak seks, & merekrut anak-anak sebagai tentara.

Kendati terlihat kejam, nyatanya taktik tersebut terbukti efektif bagi RENAMO. Aktivitas transportasi antar kota mengalami gangguan karena kendaraan yang melintas bisa dicegat oleh pasukan RENAMO sewaktu-waktu. Desa-desa di kawasan pelosok rawan menjadi sasaran pembantaian & penjarahan.

Kerusakan infrastruktur & kerugian material yang tidak sedikit juga harus ditanggung oleh pemerintah Mozambik. Untuk mengatasinya, pasukan pemerintah Mozambik lantas merelokasi paksa warga sipil ke desa komunal yang berpengamanan tinggi.

Pendirian desa komunal ganti menuai rasa tidak suka dari warga sipil Mozambik. Pasalnya desa tersebut memiliki tingkat kepadatan yang terlampau tinggi. Pasokan makanan untuk penghuni desa komunal juga kerap tersendat. Sebagai akibatnya, tidak jarang warga sipil yang sudah direlokasi paksa mencoba melarikan diri keluar desa komunal kendati mereka rawan menjadi sasaran penyerangan anggota RENAMO ketika berada di luar desa komunal.

Pemerintah Mozambik juga mendirikan kamp-kamp reedukasi yang konsepnya menyerupai penjara. Kendati dikesankan sebagai tempat untuk mendidik & membina tahanan supaya bertobat, dalam realitanya kamp reedukasi lebih sering digunakan untuk menyiksa tawanan hingga tewas.

Sebanyak 30 ribu tahanan kamp reedukasi dikabarkan tewas sepanjang periode perang sipil. Selain untuk memenjarakan tahanan politik, kamp reedukasi juga digunakan untuk menahan pelaku-pelaku kejahatan ringan semisal pencuri & pekerja seks komersial.

Tentara pemerintah Mozambik. (panoramio.com)

Karena FRELIMO selaku pemegang kekuasaan Mozambik mengusung ideologi komunis, pemerintah Mozambik menerima bantuan ekonomi dari Uni Soviet & Jerman Timur. Semasa perang kemerdekaan masih berlangsung, FRELIMO juga sempat menerima bantuan persenjataan dari Aljazair & Cina.

RENAMO di lain pihak menerima bantuan dari pemerintah Rhodesia. Namun di tahun 1980, RENAMO berhenti mendapatkan bantuan dari Rhodesia karena pemerintahan kulit putih di negara tersebut digantikan oleh rezim kulit hitam pimpinan Robert Mugabe.

Pasca tumbangnya rezim kulit putih Rhodesia, pemerintahan apartheid Afrika Selatan menggantikan peran Rhodesia sebagai pemasok bantuan asing kepada RENAMO. Sejak periode yang sama, RENAMO juga melakukan perubahan taktik supaya bisa memperkuat kedudukannya di wilayah Mozambik.

Dampaknya, sejak permulaan dekade 1980-an RENAMO kian sering melakukan perekrutan paksa & pembantaian membabi buta kepada warga sipil. Wilayah Zimbabwe yang kini dikuasai oleh rezim kulit hitam juga ikut menjadi sasaran penyerang RENAMO.

Perubahan taktik yang diambil oleh RENAMO tersebut memberikan dampak yang tidak main-main bagi negara Mozambik. Sebanyak 40 persen lahan pertanian & infrastruktur pemerintah Mozambik dilaporkan mengalami kehancuran.

Wilayah Mozambik selatan yang berbatasan langsung dengan Afrika Selatan menjadi lokasi utama terjadinya pembantaian warga sipil. Sebanyak 70 persen insiden-insiden pembantaian warga sipil diketahui mengambil tempat di Mozambik selatan.

Akhir dekade 80-an menjadi periode penting yang mengubah total alur perang sipil Mozambik. Uni Soviet mengalami krisis internal sebelum akhirnya benar-benar runtuh di tahun 1991. Sementara di pihak yang berseberangan, rezim apartheid di Afrika Selatan juga tengah menuju keruntuhannya akibat embargo dunia internasional & reformasi bertahap di bidang sosial politik.

Sadar kalau melanjutkan perang tidak akan membawa perubahan signifikan, pemerintah Mozambik & RENAMO pun mulai melakukan pembicaran damai. Lewat pembicaraan damai tersebut, pemerintah Mozambik sepakat untuk melakukan perubahan konstitusi. Pada akhir tahun 1990, Mozambik yang selama ini merupakan negara partai tunggal secara resmi berubah menjadi negara dengan sistem politik multipartai.

Tahun 1992, perjanjian damai antara pemerintah & RENAMO akhirnya ditandatangani di kota Roma, Italia. Berdasarkan perjanjian damai ini, para personil RENAMO menerima pengampunan hukum sebagai imbalan atas kesediaan mereka mengakhiri pemberontakan & beralih ke jalur politik damai.


Suasana dalam penandatanganan perjanjian damai di Roma. (ambicanos.blogspot.com)


KONDISI PASCA PERANG & KELANJUTANNYA

Perang sipil Mozambik menimbulkan korban jiwa yang sama sekali tidak sedikit. Tidak diketahui secara pasti jumlah korban tewas dalam perang ini, namun diperkirakan setidaknya 100.000 orang terbunuh dalam perang. Sementara data tambahan yang dimiliki UNICEF menunjukkan kalau sebanyak 600.000 penduduk Mozambik meninggal akibat bencana kelaparan yang tercipta akibat lumpuhnya aktivitas pertanian selama perang.

Perang sipil Mozambik juga memberikan pukulan yang amat telak bagi sektor ekonomi & infrastruktur negara tersebut. Saat masih menjadi koloni Portugal, aktivitas pembangunan & modernisasi di Mozambik relatif terbatas.

Ketika perang sipil melanda Mozambik, pengembangan infrastruktur menjadi terhambat & infrastruktur yang sudah berdiri mengalami kerusakan akibat menjadi sasaran penyerangan. Akibatnya sudah bisa ditebak. Mozambik yang ketika baru merdeka kondisinya relatif tertinggal, kondisinya seusai perang menjadi semakin mengenaskan.

Pasca diresmikannya perjanjian damai, sebanyak 7.500 tentara perdamaian PBB diterjunkan ke Mozambik untuk mengawasi jalannya pemilu & memastikan tidak ada konflik susulan yang timbul. Tahun 1994, pemilu multipartai pertama di Mozambik akhirnya digelar. Dalam pemilu tersebut, Joaquim Chissano dari partai FRELIMO kembali terpilih sebagai presiden. Tidak ada insiden berarti yang timbul seusai pemilu, sehingga pasukan perdamaian PBB ditarik mundur setahun kemudian.

Kendati perang sudah berakhir, dampak yang ditimbulkan oleh perang masih terus dirasakan dalam jangka panjang. Banyaknya lahan pertanian yang rusak menyebabkan penduduk Mozambik terpaksa mencari umbi & akar tanaman di hutan supaya bisa bertahan hidup.

Jika itu masih belum cukup, penduduk Mozambik juga harus waspada dengan ranjau darat yang masih tersembunyi di kawasan pelosok negaranya. Baru pada tahun 2015, seluruh ranjau darat yang tersembunyi di wilayah Mozambik berhasil disingkirkan.

Warga sipil Mozambik yang kehilangan sebelah kakinya akibat ranjau. (cnn.com)

Dampak negatif yang ditimbulkan oleh perang sipil Mozambik sayangnya masih belum membuat pihak-pihak terkait merasa jera. Tahun 2013, RENAMO kembali melakukan pemberontakan setelah kelompok tersebut berulang kali gagal memenangkan pemilu.

Pemberontakan tersebut untungnya tidak berlangsung lebih lama lagi setelah pada permulaan tahun 2017 lalu, RENAMO mengumumkan gencatan senjata hingga waktu yang tidak ditentukan. Semoga saja gencatan senjata tersebut kelak diikuti dengan penyelesaian konflik secara permanen, karena perang saudara yang pernah terjadi terbukti lebih banyak membawa penderitaan.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
-  Waktu : 1976 - 1992
-  Lokasi : Mozambik

Pihak yang Bertempur
(Negara)  -  Mozambik
       melawan
(Grup)  -  RENAMO

Hasil Akhir
-  Perang berakhir tanpa pemenang yang jelas
-  RENAMO berubah menjadi partai politik legal

Korban Jiwa
Sekitar 700.000 jiwa



REFERENSI

BBC. 2016. "Mozambique Profile - Timeline".
(www.bbc.com/news/world-africa-13890720)

Penvenne, J. M.. 2008. "Mozambique, history of". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Reuters. 2017. "Mozambique rebel movement Renamo extends truce indefinitely".
(ewn.co.za/2017/05/05/mozambique-rebel-movement-renamo-extends-truce-indefinitely)

Wikipedia. "Mozambican Civil War".
(en.wikipedia.org/wiki/Mozambican_Civil_War)

World Peace Foundation. 2015. "Mozambique: Civil war".
(sites.tufts.edu/atrocityendings/2015/08/07/mozambique-civil-war/)

Young, L.S.. 1991. "Mozambique's Sixteen-Year Bloody Civil War".
(www.globalsecurity.org/military/library/report/1991/YLS.htm)
   





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.