Kudeta 1987, Cikal Bakal Berdirinya Republik Fiji



Tentara Fiji di masa kudeta. (Kaburaki / youtube.com)

Fiji adalah nama dari sebuah negara kepulauan yang terletak di Samudera Pasifik. Karena dulunya pernah dijajah oleh Inggris, Fiji pun menggunakan motif Union Jack pada bendera negaranya. Fiji pada awalnya juga memiliki bentuk negara persemakmuran yang berarti negara ini mengakui ratu Inggris sebagai kepala negaranya. Namun terjadinya kudeta di tahun 1987 mengakhiri status Fiji sebagai negara berbentuk persemakmuran.

Kudeta yang menimpa Fiji di tahun 1987 terjadi sebanyak 2 kali. Kudeta pertama terjadi pada bulan Mei sebagai respon atas memburuknya kondisi internal Fiji pasca pemilu di tahun yang sama. Kudeta kedua terjadi pada bulan Oktober & menjadi penyebab mengapa Fiji sekarang memiliki bentuk pemerintahan republik parlementer. Akibat peristiwa di tahun 1987 pulalah, hubungan antara penduduk asli Fiji dengan penduduk keturunan India mengalami ketegangan.



LATAR BELAKANG

Fiji pertama kali ditemukan oleh orang Eropa pada tahun 1643, tepatnya oleh pelaut Abel Tasman yang berkebangsaan Belanda. Awalnya para pelaut Eropa enggan menjalin kontak dengan penduduk asli Fiji karena masih banyaknya kanibal yang berkeliaran di kepulauan tersebut.

Situasi tersebut secara berangsur-angsur berubah setelah pedagang Eropa berdatangan ke Fiji untuk mendapatkan kayu cendana & teripang. Seiring berjalannya waktu, kian banyak orang Eropa yang bermukim & memiliki tanah sendiri di Fiji. Supaya bisa mendapatkan lahan dari penduduk asli, mereka menawarkan senjata api kepada penduduk setempat.

Peta Fiji. (bbc.co.uk)

Diadopsinya penggunaan senjata api lantas berdampak pada kian parahnya perang antar suku yang terjadi di Fiji. Tahun 1874, atas permintaan dari raja Fiji yang kewalahan dengan kian kacaunya kondisi domestik Fiji, Inggris menjadikan Fiji sebagai koloni barunya.

Supaya Fiji bisa menjadi daerah yang menguntungkan & mandiri secara ekonomi, Inggris berniat mendongkrak sektor produksi gula tebu di Fiji. Namun mengelola lahan tebu berskala besar memerlukan tenaga kerja dalam jumlah besar pula.

Karena Inggris enggan memaksa penduduk lokal bekerja di ladang tebu, Inggris lantas mendatangkan ribuan orang India yang sedang terlilit hutang untuk bekerja di Fiji. Antara tahun 1879 hingga 1916, jumlah tenaga kerja India yang dikirim ke Fiji mencapai 60.000 jiwa.

Pasca dihapuskannya sistem kerja paksa untuk membayar hutang oleh pemerintah Inggris, para bekas buruh asal India tadi memilih untuk tetap tinggal di Fiji & berkeluarga. Hal tersebut lantas berdampak pada turut berubahnya komposisi kependudukan di Fiji. Berdasarkan sensus tahun 1986, jumlah penduduk etnis India di Fiji adalah 348.000 jiwa, sementara jumlah penduduk etnis Fiji adalah 329.000 jiwa alias sedikit lebih rendah.

Warga keturunan India yang bekerja sebagai buruh ladang tebu di Fiji. (bruceconnew.com)

Tahun 1970, Fiji merdeka sebagai negara persemakmuran. Selama hampir 3 dekade berikutnya, Alliance Party (AP) yang berhaluan konservatif menjadi partai politik yang mendominasi pemerintahan.

Situasi tersebut tidak berlanjut setelah pada tahun 1987, koalisi partai LP pimpinan Timoci Bavadra & partai NFP yang beranggotakan mayoritas etnis India berhasil memenangkan pemilu. Seusai pemilu, Bavadra yang berasal dari etnis Fiji namun bersimpati pada etnis India dipercaya menjadi perdana menteri Fiji yang baru.

Terjadinya perubahan tersebut ganti menuai rasa tidak suka dari sejumlah orang dari etnis Fiji yang khawatir bakal menjadi warga kelas dua di tanahnya sendiri. Maka, pada tanggal 24 April sebanyak 5.000 orang etnis Fiji melakukan parade di ibukota Suva. Bulan berganti, terjadi kerusuhan & pembakaran terhadap toko-toko milik etnis India di kota Lautoka. Situasi makin runyam setelah golongan militer Fiji ikut melibatkan diri dalam krisis ini.


Demonstrasi oleh etnis Fiji yang menolak hasil pemilu di tahun 1987. (bbc.co.uk)


TERJADINYA KUDETA & BERDIRINYA REPUBLIK

Tanggal 14 Mei 1987, Letnan Kolonel Sitiveni Rabuka yang ditemani oleh 12 tentara Fiji menerobos masuk ke dalam gedung parlemen. Ia kemudian menahan tokoh-tokoh tinggi pemerintah (termasuk Bavadra) & mengangkat dirinya sebagai pemimpin Fiji yang baru.

Rabuka berdalih tindakan ini ia lakukan untuk mencegah timbulnya konflik yang lebih besar. Kebetulan sebelum kudeta ini terjadi, kelompok ekstrimis Taukei yang beranggotan etnis Fiji memang berniat menggelar pemberontakan untuk menggulingkan pemerintahan Bavadra.

Karena Fiji merupakan negara berbentuk persemakmuran, posisi kepala negara Fiji dipegang oleh gubernur jenderal yang bertindak sebagai perpanjangan tangan Kerajaan Inggris. Menyusul terjadinya krisis politik di Fiji akibat kudeta, Sir Penaia Ganilau selaku gubernur jenderal Fiji lantas mengaktifkan hak eksekutifnya untuk membentuk dewan pemerintahan sementara yang beranggotakan 18 orang. Selain bertindak sebagai pemerintah sementara, dewan bentukan Ganilau tersebut juga bertugas merancang ulang konstitusi yang bisa diterima oleh semua golongan.

Di saat upaya untuk mendapatkan konstitusi baru belum berhasil terwujud akibat alotnya negosiasi, kondisi di Fiji kembali memanas. Sejak permulaan bulan September, kelompok pecahan Taukei yang menyebut diri mereka sebagai Taukei Liberation Movement (TLM; Gerakan Pembebasan Taukei) membakar toko-toko milik etnis India & menyerang orang-orang yang tidak sejalan dengan mereka.

Melihat situasi tersebut, pada tanggal 25 September Rabuka kembali nekat melakukan kudeta. Jam malam diberlakukan & pemberitaan media massa dikontrol ketat. Penahanan massal dilakukan kepada para politikus, wartawan, hakim, & warga sipil lainnya. Rabuka juga memerintahkan pembekuan konstitusi & memproklamasikan berdirinya republik pada tanggal 10 Oktober, sehingga kini jabatan Ganilau sebagai gubernur jenderal tidak lagi berlaku.

Sitiveni Rabuka. (alchetron.com)

Proklamasi Rabuka & kebijakan tangan besi yang diambilnya langsung memancing banjir kecaman dari dunia internasional. Buntutnya, Fiji pun dikeluarkan dari organisasi Persemakmuran. Negara-negara donatur Fiji yang terdiri dari Inggris, AS, Australia & Selandia Baru juga menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Fiji.

Mendapat tekanan bertubi-tubi dari luar negeri, Rabuka akhirnya melunak & menghidupkan kembali pemerintahan sipil. Pada bulan Desember 1987, Ganilau naik menjadi presiden pertama Fiji & Ratu Sir Kamisese Mara dari partai AP diangkat menjadi perdana menteri Fiji yang baru.



KONDISI PASCA KUDETA

Kendati Rabuka kini tidak lagi menjabat sebagai pemimpin tertinggi Fiji, ia tetap memiliki pengaruh di pemerintahan karena sekarang ia menempati jabatan Menteri Dalam Negeri. Sementara itu di sektor kependudukan, kudeta beruntun & krisis domestik yang melanda Fiji menyebabkan ribuan penduduk etnis India beramai-ramai pergi keluar Fiji.

Akibat emigrasi massal ini, populasi etnis India di Fiji mengalami penurunan tajam. Berdasarkan sensus tahun 2007, populasi etnis Fiji di India tinggal 313.798 jiwa. Lebih rendah dibandingkan populasi etnis Fiji yang mencapai 475.739 jiwa.

Tahun 1990, Fiji akhirnya berhasil mendapatkan konstitusi baru. Berdasarkan konstitusi ini, Fiji tetap menjadi negara republik dengan presiden sebagai kepala negara & perdana menteri sebagai kepala pemerintahannya. Namun hal yang paling mencolok dari konstitusi baru ini adalah adanya keharusan agar jabatan perdana menteri & kursi mayoritas parlemen selalu ditempati oleh etnis Fiji. Tahun 1992, Fiji menggelar pemilu perdananya pasca kudeta & Rabuka terpilih menjadi perdana menteri Fiji yang baru.

Disahkannya konstitusi yang berbau diskriminatif tadi lantas membuat Fiji tetap dikucilkan oleh dunia internasional. Maka, pada tahun 1995 Fiji mendirikan komisi peninjau konstitusi untuk memeriksa konstitusi yang tengah berlaku. Laporan komisi tadi kemudian digunakan oleh parlemen Fiji untuk merancang konstitusi baru yang tidak lagi mengistimewakan etnis Fiji di pemerintahan.

Konstitusi yang dimaksud akhirnya berhasil didapat pada tahun 1997. Pasca diadopsinya konstitusi baru ini, Fiji kembali diterima ke dalam organisasi Persemakmuran.

Jalan terjal dalam perjalanan politik Fiji sendiri masih jauh dari kata berakhir. Selama 20 tahun terakhir, Fiji beberapa kali dilanda kudeta militer & krisis politik. Tidak stabilnya kondisi politik Fiji lantas turut berdampak pada lambatnya pemulihan ekonomi di negara kepulauan tersebut.

Dampak lain dari gelombang krisis yang menerpa Fiji adalah terus berlangsungnya emigrasi etnis India & timbulnya kelangkaan tenaga kerja ahli di banyak sektor. Semoga kasus Fiji bisa dijadikan pelajaran mengenai bagaimana bahayanya permusuhan antar golongan jika tidak diselesaikan secara bijak.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



REFERENSI

BBC. 2018. "Fiji profile - timeline".
(www.bbc.com/news/world-asia-pacific-14919688)

Fiji Guide. "History".
(fijiguide.com/page/history-1)

GlobalSecurity.org. "1987 Coup - Apr".
(www.globalsecurity.org/military/world/oceania/fiji-politics-1987-1.htm)

GlobalSecurity.org. "1987 Coup - 14 May".
(www.globalsecurity.org/military/world/oceania/fiji-politics-1987-2.htm)

Minority Right Groups. "Indo-Fijians".
(minorityrights.org/minorities/indo-fijians/)

Ramesh, S.. 2007. "Fiji, 1987-2007: The Story of Four Coups".
(www.worldpress.org/Asia/2773.cfm)
   





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



2 komentar:

  1. ini penulis artikelnya
    siapa ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya. Tapi kalau mau ngutip untuk daftar pustaka, ditulisnya "Anonim" aja. Yang penting ada alamat lengkap situs yang dikutip.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.