Kodok Suriname, Si Punggung Berlubang dari Amazon



Kodok Suriname. (deanimalia.com)

Hutan Amazon di Amerika Selatan dikenal dengan hewan-hewannya yang unik & beragam. Kodok Suriname (Surinam toad; Pipa pipa) adalah contoh dari hewan khas Amerika Selatan yang keunikannya tidak dapat disamai oleh hewan-hewan lainnya.

Berbeda dengan namanya, kendati kodok Suriname memang dapat ditemukan di negara Suriname, persebaran hewan amfibi tersebut sebenarnya tidak hanya terbatas di Suriname. Kodok Suriname dapat ditemukan mulai dari sebelah timur Pegunungan Andes hingga pesisir barat Samudera Atlantik, serta mulai dari Bolivia hingga Pulau Trinidad di Karibia.

Dengan melihat penampilannya secara sepintas, kita bakal langsung mengetahui keunikan pertama dari kodok ini. Tubuhnya berwarna kehijauan dengan mata yang kecil & kulit yang kasar. Lalu jika dilihat dari samping, kodok Suriname terlihat memiliki tubuh yang berpenampang amat pipih.

Berkat penampilannya tersebut, kodok Suriname pun bisa berkamuflase hingga terlihat menyerupai daun kering. Dan karena bentuknya yang unik pulalah, kodok Suriname dalam bahasa Portugis juga dikenal dengan nama "pipa" (layang-layang).

Bicara soal kamuflase, kodok Suriname menjadikan kolam & rawa sebagai habitat favoritnya. Kondisi perairan yang keruh membuat kamuflase kodok Suriname menjadi kian sempurna. Namun di sisi lain, air yang keruh juga menyebabkan terbatasnya jarak pandang di dalam air.

Untuk mengatasinya, kodok Suriname pun memiliki mata yang bisa digerakkan ke segala arah. Kodok Suriname juga memiliki semacam organ sensor berbentuk bintang di ujung jarinya untuk membantunya mendeteksi ikan & hewan kecil makanannya. Kodok Suriname tidak memiliki lidah & mengandalkan kaki depannya untuk menangkap mangsa.

Tidak seperti spesies kodok lain yang lebih sering menghabiskan waktunya di permukaan, kodok Suriname bisa hidup tanpa bergerak di dasar perairan selama lebih dari satu jam. Saat membutuhkan tambahan oksigen, kodok ini hanya perlu naik sebentar ke permukaan sebelum kemudian kembali ke dasar.

Karena gaya hidupnya itulah, kodok Suriname hampir tidak pernah keluar dari air jika tidak benar-benar terpaksa. Namun kodok Suriname bukan hanya bisa berdiam di dalam air. Hewan amfibi ini juga bisa berenang dengan mengandalkan kedua kaki belakangnya yang kuat & berselaput.

Kodok Suriname di atas tangan manusia. (listverse.com)

Jika hal-hal tadi masih belum cukup untuk menggambarkan keanehan kodok Suriname, sekarang mari kita bicara mengenai pola reproduksinya. Musim kawin kodok Suriname biasanya terjadi bersamaan dengan musim hujan waktu setempat. Untuk menarik betina, kodok Suriname jantan akan membuat "nyanyian" yang bagi telinga manusia terdengar seperti bunyi ceklikan yang cepat & berulang-ulang.

Jika betina menyatakan kesediaannya untuk kawin, ia akan membiarkan pejantan menaiki tubuhnya. Namun jika sang betina masih belum siap untuk kawin, ia akan menggetar-getarkan tubuhnya sebagai isyarat penolakan.

Perkawinan antara kodok Suriname jantan & betina bisa berlangsung hingga 12 jam lamanya. Saat melakukan perkawinan, telur-telur yang dikeluarkan oleh betina akan melekat di perut pejantan. Pejantan kemudian akan melekatkan telur-telur yang sudah dibuahi tadi ke punggung betina.

Jumlah telur yang dilepaskan oleh betina selama melakukan perkawinan bisa mencapai 100 butir. Sesudah melakukan perkawinan, pejantan akan pergi, sementara betina tetap diam tak bergerak dengan telur-telur yang masih menempel di punggungnya.

Pada saat inilah, keanehan lain ditunjukkan oleh kodok betina. Secara berangsur-angsur, kulit punggung betina akan membengkak & membentuk semacam rongga di sekitar telur. Lapisan bertanduk kemudian akan menyelimuti rongga tadi, sehingga punggung kodok betina saat dilihat dari atas nampak seperti sarang lebah yang penuh akan lubang.

Sesudah 12 - 20 minggu, telur-telur tersebut selanjutnya akan menetas di dalam rongga punggung betina. Bukan dalam wujud berudu, melainkan dalam wujud kodok berukuran kecil yang penampilannya serupa dengan induknya.

Bayi kodok yang sudah menetas kemudian akan memanjat keluar dari rongga punggung induknya & sudah harus hidup mandiri. Induk kodok Suriname di lain pihak akan menanggalkan kulit punggungnya sehingga punggungnya bisa kembali digunakan untuk menampung keturunan berikutnya.

Bayi kodok Suriname saat keluar dari lubang punggung induknya. (stufftoblowyourmind.com)

Untuk tumbuh, bayi kodok Suriname memakan hewan-hewan air yang berukuran kecil seperti cacing sutra (Tubifex) & kutu air (Daphnia). Ketika menginjak usia 2 atau 3 tahun, kodok ini mengalami kematangan seksual. Seekor kodok Suriname bisa tumbuh hingga ukuran maksimum 20 cm & diperkirakan bisa hidup hingga usia lebih dari 10 tahun.

Di alam liar, populasi kodok Suriname diperkirakan masih melimpah. Hal yang sedikit banyak terbantu oleh kemampuan kodok ini dalam berkamuflase. Namun hal tersebut tidak lantas menunjukkan kalau populasi kodok Suriname di alam liar sama sekali tidak berada dalam kondisi terancam.

Kian menyempitnya perairan darat di Hutan Amazon akibat pembangunan & polusi diperkirakan turut membawa dampak negatif bagi kodok ini. Selain akibat pengrusakan habitat, kodok Suriname juga kerap ditangkap dari habitatnya untuk dijual sebagai hewan peliharaan eksotis.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Anura
Famili : Pipidae
Genus : Pipa
Spesies : Pipa pipa



REFERENSI

ARKive. "Suriname toad (Pipa pipa)".
(www.arkive.org/suriname-toad/pipa-pipa/)

San Diego Zoo. "Surinam Toad (Pipa pipa)".
(animals.sandiegozoo.org/animals/surinam-toad)

Wandzel, K.. 1999. "Pipa pipa".
(animaldiversity.org/accounts/Pipa_pipa/)
   





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



1 komentar:

  1. dulu pernah liat pas kecil di tv, serem punggungnya bolong" gitu

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.