Pemberontakan Silmido, Kisah Pagar Makan Tanaman di Korsel



Foto kamp latihan di Pulau Silmido pada tahun 1970. (cnn.com)

Silmido adalah nama dari sebuah pulau kecil yang terletak di sebelah barat Korea Selatan (Korsel). Walaupun kecil, pulau ini memiliki sejarah yang cukup menarik. Pasalnya di pulau inilah, pemerintah Korsel pernah memiliki proyek militer rahasia yang nyaris saja memicu timbulnya kembali Perang Korea. Unit 684 adalah nama dari unit militer rahasia yang pernah didirikan di pulau tersebut.

Unit 684 adalah nama dari unit militer rahasia Korsel yang dibentuk pada tahun 1968 untuk membunuh pemimpin Korea Utara (Korut). Unit ini dibentuk tidak lama setelah militer Korut melakukan percobaan pembunuhan kepada presiden Korsel. Namun bak peribahasa "pagar makan tanaman", bukannya membunuh pemimpin Korut seperti tujuan awal pembentukannya, Unit 684 nantinya malah melakukan pemberontakan hingga ke ibukota Korsel.

Kisah mengenai Unit 684 pernah diangkat dalam film berjudul "Silmido" yang dirilis pada tahun 2003. Film tersebut bercerita mengenai sejarah Unit 684 mulai dari awal pembentukannya hingga pemberontakan yang dilakukannya. Saat dirilis, film yang menghabiskan biaya produksi 8,5 juta dollar tersebut berhasil meraup pendapatan hingga lebih dari 30 juta dollar. Berkat film itu pulalah, semakin banyak orang yang menaruh ketertarikan akan Unit 684 & Pulau Silmido itu sendiri.



LATAR BELAKANG

Pada tanggal 21 Januari 1968, sebanyak 31 tentara Korut yang juga dikenal sebagai "Unit 124" menyelinap ke wilayah Korsel untuk membunuh Park Chung Hee, presiden Korsel pada waktu itu. Namun sebelum mereka berhasil mencapai Chong Wa Dae (istana kepresidenan Korsel), pasukan keamanan Korsel berhasil memergoki mereka terlebih dahulu. Baku tembak pun pecah & hampir semua personil Unit 124 tewas terbunuh.

Pasca terjadinya insiden ini, pemerintah Korsel kemudian memutuskan untuk melakukan tindakan balasan. Maka, pemerintah Korsel pun kemudian mendirikan pasukan khusus yang juga dikenal dengan nama sebutan "Unit 684". Nama sebutan tersebut diambil dari bulan April 1968, tanggal dibentuknya unit ini.

Peta lokasi Pulau Silmido. (FastilyClone / wikimedia.org)

Tujuan dibentuknya Unit 684 ini adalah untuk dikirim ke ibukota Pyongyang di Korut supaya mereka bisa membunuh Kim Il Sung, presiden Korut pada waktu itu. Selain untuk membunuh pemimpin negara rivalnya tersebut, Unit 684 rencananya juga bakal meledakkan bendungan di Sungai Bujin supaya air yang meluap nantinya bakal membanjiri kota Hamheung & Wonsan beserta penduduk di dalamnya.

Ada 31 orang yang direkrut dari jalanan untuk dijadikan personil Unit 684. Untuk menjaga kerahasiaan misi ini, para personil Unit 684 menjalani latihan rahasia di Pulau Silmido, sebuah pulau tak berpenghuni yang terletak tidak jauh dari kota Incheon di pantai barat Korsel.

Selama mereka berada di pulau tersebut, mereka menjalani latihan keras. Saking kerasnya latihan militer yang harus mereka jalani, salah seorang di antara mereka sampai meninggal akibat kelelahan saat menjalani latihan di tengah laut.

Korban tersebut bukanlah satu-satunya personil Unit 684 yang kehilangan nyawanya di Pulau Silmido. Total, ada 7 personil Unit 684 yang tewas di Pulau Silmido, di mana sebagian besarnya tewas akibat dieksekusi. Dua di antara mereka tewas dieksekusi akibat mencoba melarikan diri, kemudian satu orang dieksekusi karena membentak instrukturnya. Tiga orang lainnya tewas akibat ketahuan menyelinap keluar pulau & memperkosa wanita setempat.

Tahun 1969, sebanyak 24 personil Unit 684 yang tersisa sudah siap untuk dikirim ke wilayah Korut. Namun sebelum mereka berhasil menjalankan misinya untuk membunuh presiden Korut, hubungan antara Korut dengan Korsel secara berangsur-angsur mengalami perbaikan. Sebagai akibatnya, Unit 684 pun batal dikirim ke Korut & mereka tetap tinggal di Pulau Silmido sambil menjalani latihan rutin mereka yang ketat.

Salah seorang instruktur Unit 684 yang bernama Lee Jun Young sempat mengusulkan agar semua personil Unit 684 dibunuh agar para instruktur bisa segera pergi meninggalkan Pulau Silmido tanpa membocorkan keberadaan Unit 684, namun usulannya ditolak oleh atasannya. Di lain pihak, para personil Unit 684 juga merasakan kejenuhan karena harus tetap berada di pulau tersebut hingga waktu yang tidak jelas. Sebagai akibatnya, hasrat untuk melakukan pemberontakan pun mulai melintas di benak mereka.


Para personil & instruktur Unit 684. (wearethemighty.com)


BERJALANNYA PEMBERONTAKAN

Bulan Agustus 1971, sebanyak 10 orang instruktur pergi keluar Pulau Silmido & kembali sambil membawa stok minuman keras. Mereka kemudian berpesta sambil mabuk-mabukan sepanjang malam bersama dengan instruktur lainnya karena mereka akhirnya bisa kembali mengkonsumsi minuman keras setelah 3 tahun lamanya. Namun mereka tidak tahu kalau hari penuh kegembiraan tersebut kelak akan berubah menjadi petaka bagi mereka.

Keesokan harinya pada pukul 6 pagi, dengan memanfaatkan kondisi para instruktur di Pulau Silmido yang masih berada dalam kondisi mabuk & lunglai, sejumlah personil Unit 684 menerobos masuk ke dalam bangunan yang digunakan oleh instruktur mereka untuk beristirahat. Mereka kemudian membunuh kapten mereka dengan cara memukul kepalanya dengan memakai palu.

Para personil Unit 684 kemudian merampas stok persenjataan api & membunuh belasan orang penjaga serta instruktur. Sesudah itu, mereka kemudian menyeberang ke daratan utama Korsel. Sesampainya di sana, para personil Unit 684 yang berjumlah 24 personil tersebut kemudian membajak sebuah bus & menggunakannya untuk pergi ke arah timur, menuju ibukota Seoul.

Saat mereka akhirnya tiba di Seoul, pasukan keamanan Korsel langsung mencegat bus yang dinaiki oleh Unit 684. Baku tembak sengit pun pecah antara pasukan Korsel & pasukan Unit 684. Saat stok amunisi mereka semakin menipis & mereka tidak bisa lagi pergi ke mana-mana, sejumlah personil Unit 684 kemudian nekat meledakkan diri mereka sendiri dengan memakai granat. Sementara sebanyak 4 personil Unit 684 yang selamat usai peristiwa ini ditangkap sebelum kemudian dijatuhi hukuman mati.


Pasukan Korsel di depan bus yang dibajak oleh Unit 684. (ziksir.com)


KONDISI PASCA PEMBERONTAKAN

Pemerintah Korsel pada awalnya berusaha menutup-nutupi insiden ini dengan mengatakan kalau para pelaku pemberontakan ini adalah simpatisan komunis. Namun puluhan tahun kemudian, menyusul berakhirnya era kediktatoran militer Korsel sejak dekade 90-an, informasi asli mengenai Unit 684 pun sedikit demi sedikit mulai tersibak.

Baek Dong Ho adalah salah satu orang pertama dari kalangan non-militer yang menaruh ketertarikan akan Unit 684. Semuanya bermula ketika Baek sedang menjalani hukuman penjara akibat mencoba membobol brankas.

Saat sedang dipenjara itulah, pada tahun 1988 Baek berkenalan dengan seorang mantan personil Unit 684. Orang tersebut kemudian menceritakan pengalamannya semasa berada di Pulau Silmido hingga akhirnya bisa mendekam di balik jeruji besi.

Baek merasa begitu takjub atas cerita tersebut sehingga begitu ia dibebaskan pada tahun 1994, Baek kemudian mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai Unit 684. Dengan bermodalkan informasi tersebut, Baek kemudian merilis novel berjudul "Silmido" pada tahun 1999.

Tahun 2003, novel tersebut kemudian diadaptasi menjadi film yang juga berjudul "Silmido". Berkat kesuksesan yang diraih oleh film tersebut, semakin banyak orang yang menaruh ketertarikan akan Pulau Silmido & kisah terselubung di baliknya. Pulau Silmido sekarang menjadi pulau yang banyak dikunjungi oleh wisatawan.

Pemerintah Korsel sendiri baru mengakui keberadaan Unit 684 secara resmi pada tahun 2004. Kemudian pada tahun 2010, Departemen Pertahanan Korsel mendirikan badan khusus untuk menyelidiki kasus-kasus pelanggaran HAM yang pernah dilakukan oleh militer Korsel di masa kediktatoran, termasuk yang berkaitan dengan kasus Unit 684.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
-  Waktu : Agustus 1971
-  Lokasi : Pulau Silmido & Seoul

Pihak yang Bertempur
(Negara)  -  Korea Selatan
       melawan
(Grup)  -  Unit 684

Hasil Akhir
-  Kemenangan pihak Korea Selatan
-  Unit 684 dibubarkan

Korban Jiwa
-  Korea Selatan : + 18 jiwa
-  Unit 684 : 20 jiwa



REFERENSI

Bang, A.I.. 2010. "Survivors recall tragic Silmido uprising".
(www.koreaherald.com/view.php?ud=20050824000044)

Bishop, M.W.. 2018. "North Korean ex-assassin recalls 1968, when the Korean cold war ran hot".
(www.nbcnews.com/news/north-korea/north-korean-ex-assassin-recalls-1968-year-mattered-most-n840511)

Choi Bo Sik. 2004. "A Safecracker Who Stole the Box Office".
(english.chosun.com/site/data/html_dir/2004/01/15/2004011561027.html)

Elley, D.. 2004. "Silmido".
(variety.com/2004/film/markets-festivals/silmido-1200536798/)

I. Watson & J. Kwon. 2018. "How a plot to kill Kim Il Sung ended in mutiny and murder".
(edition.cnn.com/2018/02/18/asia/south-korea-failed-assassination-squad-unit-684-intl/index.html)

Jin, R.. 2004. "Military Admits `Silmido Unit' for First Time".
(times.hankooki.com/lpage/nation/200402/kt2004020617442611960.htm)
   





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



2 komentar:

  1. Korea selatan pada waktu di pimpin diktator militer sangat kejam .. pembantaian mahasiswa dan masyarakat di kota gwangju korea selatan karena demo protes kekerasan yg dilakukan pemerintah militer ...

    BalasHapus
  2. serem manusaia bisa jadi begitu, mungkin ini yg cikal bakal namanya camp brainwash/cuci otak, macam didikan kopasus jaman orba atau camp penjara guantanamo atau camp jihadist isis dimosul sebelum dilepas usa

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.