Pinjal Tikus, Serangga di Balik Wabah Black Death



Kutu pinjal tikus. (Olha Schedrina / data.nhm.ac.uk)

Kutu pinjal (flea) adalah sebutan untuk sejenis serangga yang berukuran amat kecil. Biarpun kecil, pinjal bukanlah hewan yang bisa diabaikan karena hewan ini kerap hinggap pada tubuh manusia & hewan yang berukuran lebih besar untuk menghisap darahnya. Pola hidupnya tersebut lantas menjadikan hewan ini dikategorikan sebagai hewan parasit.

Ada beberapa spesies pinjal yang sudah diketahui oleh manusia. Sesuai dengan judulnya, artikel kali ini akan membahas soal spesies kutu pinjal tikus (rat flea; Xenopsylla cheopis). Dengan melihat namanya saja, maka pengunjung pasti sudah bisa menduga kalau kutu pinjal ini hidup dari menghisap darah tikus. Namun selain hidup sebagai parasit pada tikus, kutu ini juga mau hinggap pada manusia & hewan-hewan mamalia lain.

Kutu pinjal dapat dibedakan dari hewan-hewan penghisap darah lainnya dengan melihat ukurannya yang kecil (panjang maksimumnya hanya 4 mm) & wujudnya yang khas. Hewan ini memiliki tubuh yang terbagi ke dalam 3 bagian utama : kepala, dada (thorax), & perut (abdomen). Tubuhnya berbentuk pipih ke atas, beruas-ruas, & berwarna cokelat kemerahan. Kakinya berjumlah 6, di mana kaki belakangnya berukuran lebih besar dibandingkan kaki-kaki depannya.

Kutu pinjal tidak memiliki sayap, namun ia bisa melompat dengan amat jauh untuk hewan seukurannya. Kendati kutu pinjal ukurannya tidak sampai setengah sentimeter, hewan ini bisa melompat hingga sejauh 32 cm & setinggi 17 cm. Dengan kemampuannya melompat pulalah, kutu pinjal bisa hinggap pada bulu & kulit hewan inangnya, lalu pergi kembali ke atas tanah setelah selesai menghisap darah inangnya.

Kutu pinjal tikus dapat ditemukan di kawasan tropis & subtropis seluruh dunia. Karena pinjal tikus menjadikan spesies tikus hitam (Rattus rattus) sebagai inang utamanya, persebaran kutu ini ditentukan oleh ada tidaknya tikus hitam di daerah tersebut. Sederhananya, di mana ada tikus hitam, maka kemungkinan besar di situ juga bakal ada kutu pinjal. Di kawasan padat penduduk, tikus hitam banyak ditemukan di selokan, gorong-gorong, & pemukiman manusia.


Tikus hitam, inang utama pinjal tikus. (scienceimage.csiro.au)


PENGHISAP DARAH MAMALIA

Pinjal tikus memiliki organ sensor bernama pygidium di sisi tubuhnya. Fungsi dari pygidium adalah untuk mendeteksi getaran & aliran udara, khususnya karbon dioksida. Dengan pygidium inilah, pinjal tikus bisa tahu apakah calon inangnya sedang ada di dekatnya. Begitu pinjal tikus sudah menemukan calon inangnya, ia akan langsung melompat ke arah inangnya tersebut & kemudian menempel di sana untuk menghisap darah inangnya.

Berkat tubuhnya yang pipih, pinjal tikus bisa bergerak di sela-sela bulu tikus dengan mudah. Mulut pinjal tikus dilengkapi dengan rahang yang tajam untuk merobek kulit inangnya. Tidak seperti nyamuk yang makan dengan cara menghisap darah dari pembuluh inangnya secara langsung, pinjal tikus makan dengan cara membuat luka di kulit inangnya supaya darahnya merembes keluar. Saat darahnya sudah menggenang di permukaan kulit, barulah pinjal tikus menyantap darah tersebut.

Saat melukai kulit inangnya, pinjal tikus juga menyuntikkan air liurnya ke dalam luka yang dibuatnya. Air liur pinjal tikus mengandung zat antikoagulan sehingga darah yang keluar tidak akan mengalami pembekuan. Bagi manusia, gigitan yang ditimbulkan pinjal tikus terasa gatal & perih. Jika luka bekas gigitan pinjal tikus sampai digaruk, maka kulit di sekitar bekas luka akan mengalami iritasi.

Pinjal tikus hanya akan hinggap pada tubuh inangnya untuk makan. Jika sudah selesai makan, pinjal tikus akan melompat turun dari tubuh inangnya untuk beristirahat di tempat lain. Pinjal tikus yang tinggal dalam rumah manusia biasanya akan bersarang di tempat-tempat yang permukaannya lembut, misalnya di atas kasur, selimur, atau pakaian. Pinjal tikus juga enggan berada di tempat yang suhunya mencapai lebih dari 26 derajat Celcius. Itulah sebabnya selain untuk makan, hewan ini enggan menempel terlalu lama pada tubuh inangnya.


Seekor pinjal yang sedang hinggap di kulit. (pestseek.com)


DAUR HIDUP PINJAL TIKUS

Pinjal tikus mengalami metamorfosis sempurna yang berarti hewan ini menjalani 4 tahapan dalam siklus hidupnya : telur, larva, kepompong, & dewasa. Sesudah melakukan perkawinan, betina akan menaruh telur-telurnya di tempat yang gelap, lembab, & suhunya berkisar antara 18 hingga 26 derajat Celcius. Jika pinjal menaruh telurnya di dalam rumah manusia, maka pinjal biasanya memilih tempat-tempat seperti di retakan lantai atau di kolong perabotan.

Sesudah mengeluarkan telur-telurnya, betina akan meninggalkan telur-telur tersebut begitu saja & larva yang menetas kelak sudah harus mandiri. Telur pinjal tikus memerlukan waktu antara 2 hingga 12 hari untuk menetas. Larva pinjal memiliki tubuh yang panjang & tidak memiliki kaki ataupun mata, namun ia memiliki mulut dengan rahang yang kuat untuk membantunya mengunyah makanan. Meskipun buta, larva pinjal bisa mendeteksi cahaya & akan menyingkir ke tempat yang lebih gelap saat terpapar oleh cahaya.

Makanan larva pinjal terdiri dari kotoran pinjal dewasa & sampah organik semisal potongan kulit hewan lain. Saat ukurannya bertambah besar, ia akan melakukan pergantian kulit karena kulitnya tidak ikut bertambah besar. Seekor larva pinjal melakukan pergantian kulit sebanyak 3 kali sebelum memasuki fase kepompong.

Di tempat yang makanannya melimpah, pinjal tikus hanya memerlukan waktu sekitar 2 minggu untuk memasuki fase kepompong. Namun jika lingkungan tempatnya hidup memiliki kondisi yang kurang menunjang, seekor pinjal bisa menjalani fase larva hingga 6 bulan lebih. Saat sudah waktunya berubah menjadi kepompong, larva pinjal akan memintal benang untuk menyelimuti dirinya.

Kepompong pinjal bisa mendeteksi getaran & gas karbon dioksida di dekatnya untuk mengetahui apakah inangnya ada di dekatnya. Jika fase kepompongnya sudah selesai & kepompong tersebut merasakan keberadaan inangnya, kepompong tersebut akan menetas menjadi pinjal dewasa. Kepompong pinjal tikus hanya memerlukan waktu antara 5 - 15 hari untuk menetas dalam kondisi ideal. Namun dalam kondisi ekstrim, pinjal tikus bisa tetap berada dalam fase kepompongnya selama 1 tahun.


Larva pinjal tikus. (eol.org)


PENYEBAB WABAH BLACK DEATH

Karena pinjal tikus memiliki kebiasaan untuk hinggap pada tubuh manusia untuk menghisap darah inangnya, hewan ini pun dikategorikan sebagai hewan yang merugikan bagi manusia. Pasalnya selain menghisap darah & meninggalkan bekas gigitan yang gatal, pinjal tikus juga bisa menyebarkan aneka macam penyakit berbahaya pada manusia. Mulai dari bakteri penyakit pes (Yersinia pestis), bakteri tifus tikus (Rickettsia typhi), hingga cacing pita tikus (genus Hymenolepis).

Pinjal tikus menyebarkan penyakit-penyakit tadi ketika ia baru saja menggigit tikus yang tubuhnya mengandung organisme penyebab penyakit (patogen). Saat menghisap darah, patogen yang ada di dalam darah akan ikut masuk ke dalam saluran pencernaan pinjal.

Saat pinjal tersebut menggigit manusia yang masih sehat, patogen yang ada dalam perutnya kemudian akan masuk ke dalam aliran darah manusia. Akibatnya, orang yang bersangkutan kemudian akan ikut terserang penyakit.

Dampak yang bisa ditimbulkan oleh pinjal tikus sebagai vektor / perantara penyakit sama sekali tidak bisa diremehkan. Pada abad ke-14, Benua Eropa pernah terserang wabah penyakit pes "Black Death" (Maut Hitam) yang menyebabkan tewasnya lebih dari 20 juta penduduk setempat.

Jumlah tersebut sekaligus menjadikan Black Death sebagai salah satu wabah penyakit paling mematikan yang pernah menerpa Eropa. Selain menimpa Eropa, wabah serupa Black Death juga pernah menyerang Cina, India, Asia Barat, & Mesir.

Mayat para korban Black Death yang sedang dimasukkan ke dalam lubang kuburan massal. (ozy.com)

Sejumlah ilmuwan dari lembaga National Academy of Sciences meyakini kalau pinjal tikus memiliki peran besar dalam wabah tersebut berkat ukurannya yang kecil & kebiasaannya untuk hinggap di banyak inang sekaligus.

Dikombinsikan dengan masih buruknya standar kebersihan masyarakat Eropa pada masa itu, pinjal tikus pun bisa berkembang biak dengan mudah & menyebarkan penyakit pes yang dibawanya dari manusia ke manusia tanpa bisa dicegah.

Pinjal tikus diketahui sebagai hewan yang memiliki ketahanan cukup tinggi terhadap racun serangga biasa. Meskipun begitu, hewan ini tetap bisa dilenyapkan dari tempat tinggal manusia. Membersihkan hewan peliharaan & tempat tidurnya secara berkala diketahui bisa membantu menekan populasi pinjal tikus.

Lubang-lubang sempit yang berada di sekeliling rumah sebaiknya juga ditutup / dipasangi penghalang. Tujuannya supaya hewan-hewan liar semisal tikus tidak bisa menyelinap masuk ke dalam rumah sambil membawa pinjal.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Siphonaptera
Famili : Pulicidae
Genus : Xenopsylla
Spesies : Xenopsylla cheopis



REFERENSI

History.com. 2010. "Black Death".
(ww.history.com/topics/middle-ages/black-death)

KwaZulu Natal Department of Health. "Oriental Rat Flea".
(www.kznhealth.gov.za/environ/vector/orientalratflea.htm)

Rettner, R.. 2018. "Rats May Not Be to Blame for Spreading the 'Black Death'".
(www.livescience.com/61444-black-death-cause-found-transmission.html)

Trivedi, J.. 2003. "Xenopsylla cheopis".
(animaldiversity.org/accounts/Xenopsylla_cheopis/)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.