Semut Rangrang, Serangga yang Pandai Merangkai Daun



Kawanan semut rangrang yang sedang berpegangan di tepi daun. (schyr / pinterest.com)

Jika bicara soal sarang semut, maka orang-orang biasanya akan langsung membayangkan lubang kecil atau gundukan yang terletak di atas tanah. Faktanya, tidak semua semut memiliki perilaku bersarang demikian. Semut rangrang adalah contoh dari semut yang tidak membangun sarangnya di dalam tanah, melainkan di atas pepohonan yang notabene jauh dari permukaan tanah.

Semut rangrang (Oecophylla smaragdina) adalah nama dari spesies semut yang mudah dikenali dengan melihat tubuhnya yang berwarna kemerahan & ukurannya yang tergolong besar untuk ukuran semut. Kasta pekerja semut ini memiliki panjang antara 6 hingga 10 mm. Semut rangrang tergolong sebagai semut yang ditakuti oleh manusia karena semut ini bisa memberikan gigitan & sengatan yang terasa amat menyakitkan.

Semut rangrang dapat ditemukan di Australia, Asia Selatan, & Asia Tenggara. Mereka pada dasarnya bisa ditemukan di habitat jenis apapun selama di habitat tersebut terdapat pohon-pohon tinggi. Di negara-negara berbahasa Inggris, semut rangrang dikenal dengan nama "weaver ant" (semut penenun). Nama itu sendiri diberikan karena sarang semut rangrang nampak seperti daun-daun yang ditenun atau dijahit hingga menyatu membentuk bola.

Sarang semut rangrang. (RedrumAmeizia / reddit.com)

Sarang semut rangrang dibuat dengan cara yang tidak kalah unik. Saat ada 2 helai daun yang posisinya saling berdekatan, semut-semut rangrang akan berkumpul pada sisi salah satu daun & kemudian membentuk jembatan hidup hingga menyentuh helai daun di seberangnya. Sesudah itu, semut-semut rangrang akan menarik helai daun tadi hingga posisinya saling berdekatan.

Semut rangrang yang lain kemudian akan mendekati tepi daun sambil membawa larva di rahangnya. Larva semut rangrang memiliki kemampuan untuk menghasilkan cairan yang bisa mengeras menjadi benang. Benang itulah yang digunakan oleh semut rangrang untuk melekatkan daun-daun tadi. Setelah berhasil melekatkan 2 helai daun, semut rangrang akan mengulanginya pada helai-helai daun lain yang posisinya berdekatan.

Jika daun-daun yang direkatkan sudah cukup banyak, terciptalah bola daun dengan ruang kosong di dalamnya. Ruang kosong itulah yang digunakan oleh koloni semut rangrang sebagai tempat tinggalnya. Bola daun yang dibuat oleh kawanan semut rangrang diameternya bisa mencapai 35 cm. Satu bola daun bisa dihuni hingga 500.000 ekor semut rangrang yang tergabung dalam koloni yang sama.


Semut rangrang yang sedang menggunakan larva untuk merekatkan daun. (Mark W. Moffett / nationalgeographic.com)



KECIL-KECIL CABE RAWIT

Karena semut rangrang menjadikan daun pohon sebagai sarangnya, kelangsungan hidup koloni semut rangrang sangat bergantung pada kesehatan pohonnya. Itulah sebabnya semut rangrang memiliki perilaku yang sangat agresif & bakal menyerang hewan apapun yang kebetulan hinggap pada pohon yang dihuni oleh semut rangrang. Bahkan manusia yang notabene berukuran jauh lebih besar bakal tetap diserang secara beramai-ramai jika sampai berani memanjat pohon yang dihuni oleh semut rangrang.

Makanan utama semut rangrang terdiri dari serangga & bangkai hewan. Meskipun semut rangrang memiliki kebiasaan menyerang serangga apapun yang ada di dekatnya, semut rangrang akan membiarkan kutu sisik & kutu daun afid tetap hidup karena serangga-serangga tersebut menghasilkan cairan manis yang disukai oleh semut rangrang. Kurang lebih seperti manusia yang membiarkan sapi perah tetap hidup supaya bisa mengambil susunya.

Semut pada umumnya memiliki indra penglihatan yang buruk karena menghabiskan banyak waktunya di dalam sarang yang gelap. Pengecualian untuk semut rangrang karena serangga ini memiliki indra penglihatan yang cukup tajam. Jika seseorang melayangkan jarinya di dekat semut rangrang, semut rangrang akan langsung mengambil sikap siaga seolah hendak menyerang. Dengan penglihatannya pula, semut rangrang bisa mengetahui posisi daun & merangkaikannya dengan akurat.

Semut ratu yang sedang dikelilingi oleh semut-semut pekerja. (antstore.net)


Koloni semut rangrang terdiri dari 4 kasta utama : kasta pekerja, semut ratu, semut betina calon ratu, & semut jantan. Semut pekerja sesuai namanya bertugas melakukan segala macam pekerjaan sarang. Mulai dari merawat larva, mencari makan, hingga membangun sarang. Kasta inilah yang paling sering kita lihat berlalu lalang di pepohonan. Semut pekerja tidak bisa menghasilkan keturunan karena bersifat mandul.

Semut ratu tidak melakukan pekerjaan apa-apa selain bertelur. Satu koloni semut rangrang hanya memiliki satu ekor ratu. Karena peran pentingnya tersebut, semut ratu pun menjadi kasta terpenting dalam koloni. Semut ratu dapat dibedakan dari semut pekerja dengan melihat tubuhnya yang berwarna kehijauan & ukurannya yang lebih besar dibandingkan semut pekerja. Seekor semut ratu panjangnya bisa mencapai 2,5 cm.

Semut calon ratu & semut jantan adalah kasta semut yang memiliki sayap. Dalam situasi normal, mereka hanya diam di dalam sarang & tidak melakukan aktivitas apa-apa. Namun saat musim kawin sudah tiba, mereka akan terbang keluar sarang untuk melakukan perkawinan. Semut jantan akan mati sesudah kawin, sementara semut calon ratu yang sudah kawin akan menanggalkan sayapnya & mendirikan koloni baru.

Layaknya spesies semut lainnya, semut rangrang juga menjalani metamorfosis sempurna. Ada 4 tahapan yang dijalani oleh semut rangrang dalam siklus hidupnya : tahap telur, larva, kepompong, & semut dewasa. Bergantung dari suhu lingkungannya, waktu yang dibutuhkan oleh semut rangrang mulai dari fase telur hingga fase dewasa berkisar antara 2 - 3 bulan. Fase telur, larva, & kepompong semuanya memiliki warna dominan putih.


Timbunan larva & kepompong semut rangrang. (panennews.com)



KROTO YANG DICARI MANUSIA

Bicara soal semut rangrang rasanya belum lengkap jika belum membahas soal kroto. Karena kroto nampak berwarna putih, maka kroto dikenal juga dengan sebutan lain "telur semut". Sebutan tersebut sebenarnya termasuk salah kaprah karena apa yang tergolong sebagai kroto sebenarnya bukan hanya telur, tetapi juga larva & kepompong semut rangrang. Kroto banyak dicari oleh mereka yang memelihara burung & ikan karena kroto bisa dimanfaatkan sebagai pakan yang kaya akan protein.

Kroto diambil dengan cara memotong sarang semut dari pohonnya & kemudian membongkarnya. Supaya aman dari gigitan semut rangrang, orang yang membongkar sarang kroto akan memakai pakaian pelindung atau melumuri sekujur badannya dengan minyak tanah terlebih dahulu karena semut rangrang tidak menyukai bau minyak tanah.

Jika seseorang ingin memelihara semut rangrang, maka ia akan memotong sarang semut tanpa membongkarnya & kemudian menaruh sarangnya di dalam wadah toples atau pipa paralon kosong. Kalaupun sarangnya sudah terlanjur hancur, semut ratu & pekerja juga bisa dimasukkan ke dalam wadah berisi dedaunan supaya mereka nantinya membuat sarang baru dengan sendirinya.

Hal berikutnya yang perlu dilakukan adalah memberikan pakan serangga & air gula ke koloni semut rangrang secara teratur, serta menjaga supaya sarang semut rangrang tidak diganggu oleh hewan-hewan hama, khususnya semut jenis lain. Sarang yang sudah ditempatkan dalam wadah pemeliharaan sebaiknya tidak dipanen hingga sudah berusia setidaknya 6 bulan. Jika sudah, pengambilan kroto nantinya bisa dilakukan setiap 20 hari sekali.

Manfaat semut rangrang bagi manusia bukan hanya sebagai pakan hewan peliharaan. Di Thailand & Filipina, kroto bahkan turut dimakan oleh penduduk setempat. Di Cina pada abad ke-3 SM, semut rangrang sengaja dipelihara di kebun jeruk mandarin supaya jeruknya aman dari serangan hama. Kalau di daerah Bastar, India, semut rangrang dewasa diolah menjadi obat tradisional untuk mengobati rematik & sakit perut.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Famili : Formicidae
Genus : Oecophylla
Spesies : Oecophylla smaragdina



REFERENSI

Alam Tani. 2014. "Cara praktis budidaya kroto".
(alamtani.com/budidaya-kroto/)

AntArk. "Weaver Ants".
(antark.net/ant-species/weaver-ant-oecophylla-smaragdina/)

Cesard, N.. 2004. "Harvesting and Commercialisation of Kroto (Oecophylla smaragdina) in the Malingping area, West Java, Indonesia".
(books.google.co.id/books?id=G9x-8pK3K64C&pg=PA61&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false)

E.O. Wilson, dkk.. 1977. "Weaver Ants".
(www.jstor.org/stable/pdf/24953878.pdf)

F.B. Paimin & F.R. Paimin. 2000. "Budi Daya Semut Rangrang". Penebar Swadaya, Jakarta.
  






COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.