Perang Ingush-Ossetia, Perang Saudara Mini di Rusia Selatan



Seorang warga Muslim di Ossetia Utara yang sedang melakukan shalat di atas salju. (Robert Nickelsberg / gettyimages.com)

Ingush adalah nama dari suku / etnis minoritas yang berasal dari Kaukasus, Rusia selatan. Populasi mereka sekarang terkonsentrasi di negara bagian Ingushetia, negara bagian terkecil di Rusia yang bertetangga dengan Chechnya di sebelah timur.

Karena letaknya yang bersebelahan dengan Chechnya, etnis Ingush pun memiliki banyak kemiripan dengan etnis Chechnya. Sebagai contoh, seperti halnya etnis Chechnya, mayoritas etnis Ingush sekarang menganut agama Islam. Kemudian baik etnis Ingush & Chechnya sama-sama memiliki kultur kekeluargaan & solidaritas berbasis klan yang amat kuat.

Selain berbatasan dengan Chechnya, Ingushetia juga bertetangga dengan negara bagian Ossetia Utara di sebelah barat & dengan negara Georgia di sebelah selatan. Hubungan Ingush dengan Ossetia tidak bisa dibilang akur karena pada awal dekade 90-an dulu, etnis Ingush & Ossetia pernah terlibat pertumpahan darah yang hebat.

Perang Ingush-Ossetia (Ingush-Ossetia War) adalah pertumpahan darah yang dimaksud di sini. Dalam perang yang terjadi pada bulan Oktober hingga November 1992 tersebut, etnis Ingush terlibat konflik dengan etnis Ossetia akibat masalah sengketa wilayah. Jika etnis Ingush mendapatkan bantuan dari etnis Chechnya, maka etnis Ossetia (Utara) mendapatkan bantuan dari etnis Rusia & etnis Ossetia Selatan / Ossetia Georgia.

Peta negara-negara bagian Rusia di wilayah Kaukasus. (wikimedia.org)

Perang Ingush-Ossetia mengambil tempat di Prigorodny Timur, distrik yang sekarang termasuk dalam negara bagian Ossetia Utara, Rusia. Oleh karena itulah, perang ini juga dikenal dengan sebutan "Konflik Prigorodny Timur" (East Prigorodny conflict). Perang Ingush-Ossetia sekaligus menjadi contoh mengenai bagaimana kacaunya hubungan antar etnis pasca runtuhnya Uni Soviet.



LATAR BELAKANG

Kaukasus merupakan daratan sempit & bergunung-gunung yang terletak di Rusia selatan. Karena wilayah Kaukasus juga berbatasan dengan Turki & Iran, Kaukasus pun memiliki komposisi etnis & budaya yang amat beragam. Sebagai contoh, jika etnis Ingush & Chechnya mayoritasnya menganut agama Islam, maka etnis Ossetia umumnya merupakan penganut agama Kristen Ortodoks.

Tahun 1918, Rusia dilanda perang saudara antara faksi komunis melawan faksi anti-komunis. Saat perang berakhir pada tahun 1921 dengan kemenangan faksi komunis, penduduk komunitas Cossack yang mendiami wilayah Prigorodny diusir & dibuang ke daerah lain karena semasa perang saudara, banyak anggota Cossack yang mendukung kubu anti-komunis.

Tanah kosong yang ditinggalkan oleh penduduk Cossack tersebut kemudian ganti ditempati oleh penduduk etnis Ingush. Sesudah itu, wilayah Prigorodny ditetapkan sebagai bagian dari negara bagian Chechnya-Ingush.

Memasuki dekade 1940-an, terjadi Perang Dunia II yang dampaknya menjalar hingga ke wilayah Kaukasus. Penduduk etnis Ingush yang tinggal di wilayah tersebut kemudian beramai-ramai membangun parit pertahanan & mempersenjatai diri mereka supaya pasukan Nazi Jerman tidak bisa menguasai desa tinggal mereka.

Pasukan Jerman di Kaukasus. (bundesarchiv.de)

Pasukan Jerman di Kaukasus pada akhirnya berhasil dipukul mundur. Namun bukannya mendapat penghargaan, penduduk etnis Ingush justru malah dituduh bekerja sama dengan Jerman. Atas perintah Joseph Stalin (pemimpin Uni Soviet pada waktu itu), etnis Ingush kemudian dideportasi secara massal ke Asia Tengah pada tahun 1944.

Negara bagian Chechnya-Ingush sesudah itu dibubarkan, sementara wilayah Prigorodny diberikan kepada negara bagian Ossetia Utara. Penduduk etnis Ossetia kemudian beramai-ramai dipindahkan ke wilayah Prigorodny yang tadinya ditempati oleh etnis Ingush.

Tahun 1953, Stalin meninggal dunia. Beberapa tahun sesudah kematiannya, negara bagian Chechnya-Ingush kembali didirikan & penduduk etnis Ingush diperbolehkan kembali lagi ke wilayah Kaukasus.

Kendati etnis Chechnya & Ingush kini bisa kembali memiliki negara bagiannya sendiri, wilayah Prigorodny ternyata tetap menjadi wilayah milik negara bagian Ossetia Utara. Pasalnya wilayah Prigorodny yang tadinya ditempati oleh etnis Ingush kini sudah terlanjur dipadati oleh etnis Ossetia.

Namun hal tersebut tetap tidak mengurungkan niat sebagian etnis Ingush untuk kembali menempati wilayah Prigorodny yang mereka anggap sebagai tanah leluhurnya. Banyak dari mereka yang kemudian menggunakan jalur uang sogokan supaya diperbolehkan tinggal & bekerja di wilayah Prigorodny. Saat jumlah etnis Ingush yang tinggal di Prigorodny semakin banyak, mereka mulai terlibat gesekan dengan etnis Ossetia & pemerintah daerah Ossetia Utara.


Peta lokasi distrik Prigorodny. (northcaucasusland.wordpress.com)


MEMANASNYA SITUASI MENJELANG PERANG

Tahun 1985, Mikhail Gorbachev naik menjadi pemimpin baru Uni Soviet. Sebagai cara untuk mengejar ketertinggalan Uni Soviet dari negara-negara Barat, Gorbachev mengeluarkan kebijakan "glasnost" (keterbukaan). Via kebijakan ini, media-media Uni Soviet tidak lagi berada di bawah sensor & pembatasan yang kelewat ketat.

Kebijakan glasnost dimaksudkan supaya publik Uni Soviet bisa bersikap lebih kritis terhadap hal-hal negatif di daerah tinggalnya, sehingga lembaga-lembaga milik Uni Soviet sesudah itu diharapkan bisa memperbaiki diri & meningkatkan kinerjanya.

Namun dalam praktiknya, kebijakan glasnost juga berdampak pada semakin bebasnya peredaran informasi yang sifatnya provokatif & berbau fanatisme etnis. Masing-masing etnis mencitrakan diri mereka sendiri sebagai korban & kemudian menyalahkan etnis rival sebagai penyebab penderitaan mereka.

Akibat fenomena tersebut, hubungan antar etnis di Uni Soviet menjadi semakin memanas sepanjang dekade 1980-an. Wilayah Prigorodny juga tidak luput dari fenomena tersebut.

Etnis Ingush menuntut supaya wilayah Prigorodny dikembalikan ke negara bagian Chechnya-Ingush. Namun etnis Ossetia yang sudah terlanjur hidup mapan di Prigorodny balik mengklaim kalau etnis Ingush hanyalah kaum pendatang yang ingin mengambil alih tanah milik etnis Ossetia.

Warga etnis Ingush yang sedang menggelar aksi protes pada bulan November 1991. (Aivazov Shakhvelaz / meduza.io)

Saat perbedaan pendapat tersebut semakin berlarut-larut, konflik terbuka antara etnis Ingush & Ossetia pun menjadi semakin sering terjadi. Pada tanggal 19 April 1991 misalnya, 1 orang dilaporkan tewas menyusul timbulnya bentrokan antara polisi Ossetia & demonstran etnis Ingush. Kemudian pada tanggal 28 April 1991, terjadi kerusuhan hebat antara etnis Ingush & Ossetia setelah 3 orang etnis Ingush dikeroyok saat sedang menaiki mobil.

Tanggal 26 April 1991, parlemen Uni Soviet meresmikan UU Rehabilitasi Masyarakat Tertindas. Berdasarkan UU baru ini, etnis-etnis yang dulu pernah dideportasi pada masa pemerintahan Joseph Stalin tidak boleh lagi dihalang-halangi saat ingin menempati kembali wilayah asalnya masing-masing.

Keluarnya UU ini langsung ditanggapi dengan penuh amarah oleh etnis Ossetia. Pasalnya jika UU ini jadi diterapkan, maka wilayah Prigorodny harus diserahkan ke negara bagian Chechnya-Ingush. Etnis Ossetia di Prigorodny merasa khawatir kalau mereka sesudah itu bakal langsung digusur oleh pemerintah Chechnya-Ingush & kemudian dipaksa hidup terlunta-lunta.

Seolah ingin semakin menambah ruwet situasi, pada bulan November 1991 negara bagian Chechnya-Ingush memerdekakan diri dari Uni Soviet & memproklamasikan berdirinya negara merdeka Chechnya Ichkeria. Di kemudian hari, proklamasi ini menjadi penyebab timbulnya Perang Chechnya antara pasukan Rusia melawan pasukan pejuang kemerdekaan Chechnya.

Kendati secara politis wilayah-wilayah yang berpenduduk mayoritas etnis Ingush juga termasuk dalam Chechnya Ichkeria, 3 wilayah yang ditempati oleh etnis Ingush memilih untuk tetap menjadi bagian dari Uni Soviet. Pasalnya jika mereka ikut merdeka sebagai bagian dari Chechnya Ichkeria, mereka khawatir bakal kehilangan klaimnya atas wilayah Prigorodny.

Sementara itu di sebelah selatan, terjadi perang antara etnis Georgia melawan etnis Ossetia di wilayah Ossetia Selatan, Georgia. Akibat perang tersebut, banyak penduduk Ossetia Selatan yang mengungsi ke Ossetia Utara, Rusia.

Masuknya para pengungsi tersebut semakin memanaskan situasi di Prigorodny karena banyak di antara mereka yang mengungsi sambil membawa senjata & pengalaman tempur. Di pihak yang berseberangan, etnis Ingush juga mendapatkan bantuan senjata & relawan dari Chechnya. Prigorodny kini sudah tidak ada bedanya dengan zona perang.


Pasukan milisi pro-Ingush yang sedang bersiaga. (Robert Nickelsberg / gettyimages.com)


BERJALANNYA PERANG

Tanggal 21 Oktober 1992, terjadi bentrokan di desa Yuzhny yang berujung pada tewasnya 4 warga sipil & 2 polisi Ossetia. Polisi Ossetia yang dilengkapi dengan kendaraan lapis baja kemudian langsung diterjunkan menuju desa tersebut untuk meredam perlawanan penduduk setempat. Dalam konflik tersebut, seorang warga lokal yang baru berusia 11 tahun dikabarkan tewas akibat terlindas mobil lapis baja Ossetia.

Sementara itu di luar Yuzhny, perwakilan dari desa-desa yang berpenduduk mayoritas etnis Ingush melakukan pertemuan pada tanggal 24 Oktober. Dalam pertemuan tersebut, mereka sepakat untuk melakukan perjuangan bersenjata hingga seluruh wilayah Prigorodny berhasil dikuasai oleh etnis Ingush.

Sebagai tindak lanjut atas keputusan tersebut, etnis Ingush beramai-ramai mempersenjatai diri mereka & membangun barikade penghalang di sekeliling desa yang mereka tempati. Saat polisi & milisi Ossetia mencoba membongkar barikade-barikade tersebut, mereka bakal langsung diserang oleh milisi-milisi etnis Ingush.

Saat polisi Ossetia semakin sering terlibat bentrokan dengan milisi etnis Ingush, kubu Ingush memutuskan untuk bertindak lebih agresif. Pada tanggal 31 Oktober, pasukan milisi Ingush menyerbu desa Chermen & menyerang kantor polisi di desa tersebut. Pada tanggal yang sama, pasukan milisi Ingush juga menyerang pasukan Rusia yang sedang ditempatkan di sana & merampas kendaraan tempur milik mereka.

Keesokan harinya setelah berhasil menguasai desa Chermen, pasukan Ingush melakukan razia dari rumah ke rumah untuk menemukan penduduk etnis Ossetia yang bersembunyi di dalamnya. Setelah semua warga Ossetia berhasil dikumpulkan, pasukan Ingush kemudian membakar rumah-rumah mereka & menjadikan mereka sebagai sandera.

Lepas dari perkembangan situasi tersebut, kubu Ossetia dari segi kekuatan tetap lebih unggul dibandingkan kubu Ingush. Pasalnya sebagai etnis yang menguasai pemerintahan di wilayah Prigorodny & Ossetia Utara, kubu Ossetia secara otomatis memiliki akses ke stok persenjataan & kendaraan berat milik lembaga polisi setempat.

Kereta bayi yang terguling di depan iring-iringan kendaraan lapis baja Rusia. (reddit.com)

Etnis Ossetia juga memiliki keunggulan dalam hal jumlah karena mereka merupakan etnis mayoritas di negara bagian Ossetia Utara. Menurut hasil sensus pada tahun 1989, jumlah etnis Ossetia yang mendiami negara bagian Ossetia Utara mencapai 334.876 jiwa. Di lain pihak, jumlah etnis Ingush yang mendiami Ossetia Utara hanya sekitar 32.783 jiwa.

Rusia selaku negara penerus Uni Soviet & penguasa Ossetia Utara secara resmi mencitrakan diri mereka sebagai kubu netral. Namun dalam praktiknya, banyak tentara Rusia yang berinisiatif membantu etnis Ossetia, atau sebatas melakukan pembiaran saat pasukan Ossetia melakukan pengianyaan kepada etnis Ingush.

Fenomena itu sendiri bisa terjadi karena etnis Ossetia & Rusia memiliki kemiripan dalam hal budaya & agama. Kemudian dari segi historis, etnis Ossetia merupakan 1 dari sedikit etnis asli Kaukasus yang tidak memberikan perlawanan saat Rusia mencoba menguasai wilayah Kaukasus.

Kombinasi dari hal-hal tadi menyebabkan etnis Ossetia pada akhirnya berhasil menekan balik etnis Ingush. Pada tanggal 4 November misalnya, desa Chermen yang tadinya dikuasai oleh pasukan Ingush berhasil direbut kembali oleh pasukan Ossetia yang dilengkapi dengan kendaraan lapis baja.

Begitu pasukan Ossetia berhasil menguasai kembali desa Chermen, orang-orang Ingush beramai-ramai dibunuh / dijadikan sandera. Pasukan Ossetia juga merampas harta benda milik warga etnis Ingush sebelum kemudian membakar rumah-rumah mereka.

Semasa berlangsungnya Perang Ingush-Ossetia, banyak bangunan yang dirusak hingga berubah menjadi puing-puing. (Vladimir Gurin / meduza.io)

Di desa Kartsa & Tarskoye, pasukan Rusia memaksa penduduk etnis Ingush untuk pergi meninggalkan desanya masing-masing dengan dalih melindungi keselamatan mereka. Saat desa-desa tersebut sudah ditinggalkan oleh etnis Ingush, pasukan etnis Ossetia melakukan penjarahan di desa-desa tadi & membakar rumah penduduk etnis Ingush.

Saat makin banyak desa berpenduduk mayoritas etnis Ingush yang berhasil dikuasai oleh pasukan etnis Ossetia, penduduk etnis Ingush yang masih selamat terpaksa melarikan diri ke hutan & mengungsi ke luar Prigorodny. Perginya etnis Ingush dari wilayah Prigorodny lantas menandai berakhirnya Perang Ingush-Ossetia dengan kemenangan kubu Ossetia.



KONDISI PASCA PERANG

Meskipun Perang Ingush-Ossetia hanya berlangsung selama kurang lebih 2 minggu, perang tersebut membawa dampak negatif yang sama sekali tidak sedikit. Menurut data statistik resmi pemerintah Rusia, jumlah korban tewas dalam Perang Ingush-Ossetia terdiri dari 151 orang Ossetia & 302 orang Ingush.

Selain korban jiwa, Perang Ingush-Ossetia juga berdampak pada hancurnya rumah-rumah milik warga sipil & timbulnya arus pengungsi. Jumlah warga etnis Ingush yang mengungsi keluar Prigorodny diperkirakan berjumlah antara 34.000 - 64.000 jiwa. Di pihak Ossetia, jumlah warga sipil yang terpaksa mengungsi dilaporkan mencapai 9.000 jiwa.

Bulan Desember 1993, Boris Yeltsin selaku presiden Rusia memerintahkan supaya warga etnis Ingush diperbolehkan tinggal kembali di 4 desa yang terletak di Prigorodny. Namun baru pada tahun 1995, pemerintah daerah Ossetia Utara memberikan izin kepada 571 keluarga etnis Ingush untuk menempati desa-desa tadi. Jumlah tersebut baru mencakup 1/4 dari total 2.234 keluarga etnis Ingush yang tercatat sebagai pengungsi.

Upaya warga etnis Ingush untuk kembali ke Prigorodny terkendala oleh banyak hal. Selain terganjal oleh upaya setengah hati pemda Ossetia Utara untuk menerima kembali kedatangan mereka, bebasnya peredaran senjata ilegal di Prigorodny membuat warga etnis Ingush khawatir kalau mereka bakal menjadi sasaran pembunuhan oleh milisi etnis Ossetia.

Kalaupun warga etnis Ingush pada akhirnya bisa kembali lagi ke desa asalnya, mereka harus berhadapan dengan fakta bahwa rumah mereka kini sudah berada dalam kondisi hancur. Jika itu masih belum cukup, pemda Ossetia Utara juga melarang warga etnis Ingush untuk kembali ke desa asalnya selama rumah mereka belum selesai dibangun kembali.
 
Warga etnis Ingush saat berkabung di depan papan peringatan korban perang. (nazrangrad.ru)

Kendati pemerintah pusat Rusia sudah berjanji kalau mereka bakal membangun kembali rumah-rumah para korban perang, maraknya praktik korupsi & masih lemahnya kondisi perekonomian Rusia pasca runtuhnya Uni Soviet menyebabkan warga etnis Ingush tidak bisa berharap banyak. Ditambah lagi, konsentrasi pemerintah Rusia pada waktu itu sedang tersita dalam Perang Chechnya.

Hingga bulan Oktober 2016, jumlah warga etnis Ingush yang sudah tinggal kembali di Prigorodny baru mencapai 23.430 jiwa. Sebagian lainnya masih tertahan di negara bagian Ingushetia.

Kondisi warga etnis Ingush yang sudah menetap di Prigorodny juga tidak bisa dibilang sejahtera akibat masalah perbedaan bahasa & masih buruknya hubungan antara etnis Ingush dengan Ossetia. Sebagai akibatnya, banyak warga etnis Ingush yang kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak. Sementara dalam hal pendidikan, etnis Ingush lebih suka mengirimkan anak-anaknya ke sekolah khusus etnis Ingush.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
-  Waktu : Oktober - November 1992
-  Lokasi : Prigorodny (Rusia selatan)

Pihak yang Bertempur
(Daerah)  -  Ossetia Utara
(Grup)  -  milisi pro-Ossetia
        melawan
(Grup)  -  milisi pro-Ingush

Hasil Akhir
-  Kemenangan pihak Ossetia Utara
-  Perginya puluhan ribu warga etnis Ingush keluar Prigorodny
-  Konflik skala kecil masih berlangsung hingga beberapa tahun kemudian

Korban Jiwa
-  Ossetia : 151 jiwa
-  Ingush : 302 jiwa



REFERENSI

BBC. 2018. "Ingushetia profile".
(www.bbc.com/news/world-europe-20615790)

Fuller, R.. 2015. "Ingushetia Religious Rivalry: Guns, Clans, And Death Threats".
(www.rferl.org/a/ingushetia-religious-rivalry/27059463.html)

Fuller, R.. 2018. "Prigorodny Dispute Poisons Ossetian-Ingush Relations 25 Years Later".
(www.rferl.org/a/russia-ingushetia-north-ossetia-prigorodny-dispute-poisons-relations/29023492.html)

Human Rights Watch. 1996. "The Ingush-ossetian Conflict in the Prigorodnyi Region".
(www.hrw.org/reports/1996/Russia.htm)

Larina, A.. 2007. "Через 63 года в отношении защитников Малгобека восстановлена историческая справедливость".
(rg.ru/2007/11/27/reg-kavkaz/malgobek.html)
  






COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.