Perang Sipil Somalia, Kekacauan Tanpa Akhir di Tanduk Afrika



Tank PBB di Mogadishu, ibukota Somalia. (dailymail.co.uk)

Somalia. Itulah nama dari negara yang terletak di Tanduk Afrika (Horn of Africa). Sebutan untuk semenanjung yang terletak di Benua Afrika bagian timur. Negara ini berbatasan dengan Teluk Aden di sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah timur & selatan, serta Ethiopia, Kenya, & Djibouti di sebelah barat.

Sebagai akibat dari posisinya yang strategis, Somalia di masa lalu menjadi tempat singgah favorit para pedagang yang menggunakan jalur pelayaran Samudra Hindia bagian utara & barat. Namun di masa kini, Somalia lebih dikenal sebagai negara yang sedang dilanda perang saudara.

Perang saudara di Somalia sudah berlangsung sejak tahun 1991 & masih berlangsung hingga sekarang. Sangat sulit mendeskripsikan perang ini sebagai konflik antara siapa melawan siapa akibat begitu banyaknya pihak yang terlibat dalam perang ini di mana pihak-pihak yang terlibat memiliki kepentingannya masing-masing.

Akibat perang sipil Somalia, antara 300 ribu hingga 1 juta orang dilaporkan harus kehilangan nyawanya. Perang ini juga berakibat pada menjamurnya aktivitas pembajakan di perairan Somalia karena perairan Somalia sering dilewati oleh kapal-kapal yang melintasi Terusan Suez.



LATAR BELAKANG

Dilihat dari segi kependudukan, Somalia nampaknya memiliki komposisi penduduk yang homogen. Hampir semua penduduknya berasal dari etnis Somali, berbahasa Somali, & memeluk agama Islam. Namun faktanya, Somalia memiliki komposisi kependudukan yang jauh lebih rumit & beragam karena mereka terbagi-bagi dalam sejumlah klan (kelompok berisi orang-orang yang memiliki kesamaan garis keturunan). Keberadaan klan di Somalia tidak bisa dipandang sebelah mata karena penduduk Somalia cenderung menempatkan kepentingan klannya sendiri di atas segalanya.

Tahun 1969, Muhammad Siad Barre yang berasal dari klan Marehad / Marihan naik menjadi pemimpin baru Somalia lewat kudeta militer. Selama memimpin Somalia, Barre menerapkan gaya pemerintahan tangan besi atas rakyatnya. Barre juga memiliki cita-cita memperluas wilayah Somalia & sempat melakukan invasi militer ke Ogaden - wilayah Ethiopia yang berpenduduk mayoritas etnis Somali - pada tahun 1977.

Invasi Somalia ke Ethiopia berakhir dengan kekalahan pihak Somalia, namun pemerintah Somalia tetap melanjutkan dukungannya kepada kelompok pemberontak di Ogaden. Pemerintah Ethiopia lantas membalasnya dengan cara mendukung kelompok-kelompok penentang rezim Barre.

Peta Somalia. (bbc.co.uk)

Memasuki dekade 1980-an, kondisi domestik Somalia semakin memburuk akibat merosotnya perekonomian negara & semakin jenuhnya rakyat Somalia terhadap gaya pemerintahan otoriter rezim Barre. Untuk menjaga kelangsungan rezimnya, Barre lalu membentuk pasukan khusus bernama Red Berets (RB; Baret Merah; Duub Cas) pada tahun 1986.

Semua anggota RB berasal dari klan Marehad & RB nantinya menjadi terkenal atas tindakan brutalnya terhadap orang-orang dari klan non-Marehad. Akibatnya sudah bisa ditebak. Bukannya berhasil memadamkan perlawanan, mereka yang menentang rezim Barre malah semakin gigih melakukan perlawanan dengan membentuk kelompok-kelompok bersenjata.

Para penentang rezim Barre mengandalkan fanatisme klan sebagai modal untuk mendapatkan dukungan bagi kelompoknya masing-masing. Kelompok-kelompok tersebut antara lain Somali Salvation Democratic Front (SSDF; Front Demokratik Keselamatan Somalia) yang berasal dari klan Majertin, Somali National Movement (SNM; Gerakan Nasional Somalia) yang berasal dari klan Isaaq, Somali Patriot Movement (SPM; Gerakan Patriot Somalia) yang berasal dari daerah Ogaden, & United Somali Congress (USC; Dewan Somalia Bersatu) yang berasal dari klan Hawiye.

Banyaknya kelompok bersenjata yang terlibat dalam konflik untuk menggulingkan dirinya membuat Barre semakin terpojok. Sadar kalau dirinya tidak punya pilihan lain, Barre memutuskan untuk meninggalkan Mogadishu pada bulan Januari 1991 sebelum kelompok-kelompok penentangnya bisa menduduki ibukota.

Barre sendiri rupanya masih belum rela melepaskan tampuk kekuasaannya. Tidak lama usai meninggalkan Mogadishu, Barre & para pengikutnya membentuk kelompok baru bernama Somali National Front (SNF; Front Nasional Somalia) dengan harapan bisa kembali menguasai Somalia via jalur perjuangan bersenjata. Lengsernya Barre sekaligus menjadi awal dari dimulainya perang saudara Somalia.


Muhammad Siad Barre. (hidaha.com)


DIMULAINYA PERANG & MASUKNYA PASUKAN PBB (1991 - 1995)

Pasca lengsernya Barre, kelompok-kelompok yang semula bersatu kini dilanda perpecahan karena sama-sama berambisi menjadi penguasa tunggal Somalia. Sebagai akibatnya, konflik bersenjata pun berlanjut menjadi apa yang kita kenal sebagai perang sipil Somalia. Somalia kini dilanda kekacauan berskala nasional & masing-masing kelompok bersenjata memiliki wilayah kekuasaannya sendiri-sendiri.

Ibukota Mogadishu & wilayah Somalia tenggara sendiri sedang berada di bawah kekuasaan kelompok USC pimpinan Muhammad Farrah Aidid. Sementara itu di Somalia utara, SNM mendeklarasikan berdirinya negara sempalan yang bernama "Republik Somaliland".

Memburuknya kondisi keamanan Somalia akibat perang sipil lantas berujung pada timbulnya gagal panen & bencana kelaparan di seantero Somalia. Maka, pada bulan Desember 1992 PBB memerintahkan pengiriman bantuan kemanusiaan & pembentukan pasukan koalisi internasional agar konvoi pembawa bantuan kemanusiaan di Somalia aman dari serangan milisi-milisi setempat.

AS menjadi negara yang paling banyak menyumbang tentara ke dalam pasukan koalisi PBB dengan jumlah lebih dari 20.000 personil. Bulan Oktober 1993, pasukan PBB yang berasal dari AS dikirim ke Mogadishu untuk menangkap Aidid karena pasukan Aidid kerap melakukan penyerangan kepada pasukan PBB. Namun sebelum berhasil menuntaskan misinya, 2 helikopter Black Hawk milik AS keburu ditembak jatuh oleh pasukan bawahan Aidid.

PBB lantas mengirin pasukan tambahan untuk menyelamatkan awak helikopter yang masih selamat. Ketika memasuki Mogadishu, mereka langsung dihujani tembakan dari segala penjuru. Para awak helikopter yang masih hidup akhirnya memang berhasil diselamatkan, namun PBB terpaksa membatalkan rencananya untuk menangkap Aidid. Peristiwa ini nantinya menjadi sumber inspirasi dari film termahsyur "Black Hawk Down".

Warga sipil Somalia yang sedang melihat helikopter PBB di kejauhan. (flowvella.com)

Pasca peristiwa jatuhnya helikopter di Mogadishu, muncul tekanan dari rakyat AS agar negaranya berhenti ikut campur dalam konflik Somalia. AS akhirnya menarik mundur seluruh tentaranya dari Somalia pada tahun 1994. Tindakan AS lalu diikuti oleh negara-negara anggota pasukan koalisi lainnya.

Pada tahun 1995, seluruh tentara anggota pasukan koalisi PBB sudah ditarik mundur Somalia. Secara singkat, keberadaan pasukan PBB di Somalia sukses mencegah bencana kematian massal akibat kelaparan, namun mereka gagal memperbaiki situasi keamanan di Somalia & perang sipil Somalia pun terus berlanjut pasca hengkangnya pasukan PBB.



MENJAMURNYA NEGARA DALAM NEGARA (1995 - 2005)

Bulan Juni 1995, Somali National Alliance (SNA; Aliansi Nasional Somalia) selaku kelompok penerus USC mengangkat Aidid sebagai presiden Somalia versi mereka. Naiknya Aidid sebagai presiden Somalia tidak diakui oleh dunia internasional maupun kelompok-kelompok di luar SNA.

Setahun kemudian atau tepatnya pada Agustus 1996, Aidid menghembuskan napas terakhirnya setelah ia terluka akibat terkena tembakan dari milisi kelompok rivalnya. Pasca tewasnya Aidid, putra Aidid yang bernama Hussein Muhammad Farrah Aidid lalu naik menjadi presiden baru Somalia versi kelompok SNA.

Masih di tahun 1995, pasukan SNA menyerbu wilayah Somalia barat daya yang dikuasai oleh klan Rahanweyn. Merespon serangan tersebut, para tetua Rahanweyn lalu sepakat membentuk kelompok baru yang bernama Rahanweyn Resistance Army (RRA; Tentara Perlawanan Rahanweyn).

Hasilnya manis. Setelah melalui pertempuran alot selama bertahun-tahun, RRA berhasil mengenyahkan pasukan SNA dari Somalia barat daya. Tahun 2002, RRA mengumumkan pendirian negara sempalan di wilayah Somalia barat daya dengan tujuan menjamin nasib klan Rahanweyn di tanahnya sendiri.

Fenomena munculnya negara sempalan juga muncul di wilayah lain Somalia. Tahun 1998, SSDF yang sedang menguasai wilayah di sebelah timur Somaliland, Somalia utara, mendeklarasikan berdirinya negara sempalan bernama "Puntland". Sementara itu di ujung Somalia selatan, kelompok SNF yang sedang menguasai daerah tersebut mengumumkan pendirian negara bernama "Jubaland" pada tahun 1998.

Peta Somalia yang menampilkan lokasi Somaliland & Puntland. (tvxs.gr)

Di tengah semakin maraknya fenomena negara dalam negara di seantero Somalia, upaya untuk mengembalikan keutuhan Somalia tetap berjalan. Tahun 2000, para panglima perang & pemimpin kelompok bersenjata Somalia melakukan pertemuan di Djibouti, negara tetangga Somalia di sebelah barat laut.

Hasilnya, mereka sepakat untuk membentuk Transitional National Government (TNG; Pemerintahan Nasional Transisi) yang bertugas sebagai badan pemerintahan sementara Somalia yang diakui oleh dunia internasional. Dua tahun kemudian, TNG mengubah namanya menjadi Transitional Federal Government (TFG; Pemerintahan Federal Transisi).

Tantangan terbesar TFG untuk menjadi pemerintahan berdaulat Somalia adalah tidak semua kelompok bersenjata di negara tersebut bersedia mengakui TFG sebagai atasan mereka. Somaliland masih enggan melepaskan statusnya sebagai negara "merdeka". Sementara itu di sebelah selatan, muncul kelompok baru yang bernama Islamic Courts Union (ICU; Uni Pengadilan Islam).

ICU aslinya adalah hasil peleburan dari 11 kelompok Islamis lokal yang awalnya dibentuk untuk melaksanakan syariat Islam di wilayah kekuasaan masing-masing kelompok. Belakangan, mereka sepakat untuk membentuk ICU supaya bisa melaksanakan syariat Islam ke seantero Somalia. Pada tahun 2006, ICU berhasil menguasai sebagian besar wilayah Somalia selatan, termasuk ibukota Mogadishu.



MASUKNYA ETHIOPIA & LAHIRNYA AL-SHABAAB (2006 - 2010)

Munculnya ICU sebagai penguasa de facto Somalia mengundang kekhawatiran dari Ethiopia, negara tetangga Somalia di sebelah barat. Pasalnya Ethiopia merupakan negara sekuler berpenduduk mayoritas Kristen, sementara ICU merupakan kelompok berhaluan Islam. Ethiopia juga curiga kalau ICU ingin menyatukan wilayah-wilayah berpenduduk mayoritas etnis Somali, termasuk wilayah Ogaden di Ethiopia.

Atas pertimbangan itulah, pada bulan Desember 2006 Ethiopia pun mengirimkan pasukannya ke Somalia & perang sipil Somalia memasuki babak baru. Masuknya pasukan Ethiopia mendapatkan dukungan dari TFG yang memang sedang membutuhkan bantuan untuk memerangi ICU & mendapatkan kembali statusnya sebagai penguasa berdaulat Somalia

Pasukan tank Ethiopia di Bandara Mogadishu. (ethiopianpolitics.blogspot.com)

Karena lebih unggul dalam hal kualitas persenjataan, hanya dalam waktu singkat pasukan gabungan Ethiopia-TFG berhasil merebut wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh ICU, termasuk Mogadishu. Keberhasilan tersebut lalu diikuti dengan bubarnya ICU menjadi organisasi-organisasi yang lebih kecil menjelang awal tahun 2007.

Salah satu kelompok pecahan ICU tersebut adalah Al-Shabaab, yang terkenal berkat praktik agama Islam versi mereka yang cenderung kaku & seringnya kelompok tersebut menggunakan taktik bom bunuh diri. Kelompok lain yang terbentuk dari sisa-sisa bekas anggota ICU adalah Alliance for the Re-liberation of Somalia (ARS; Aliansi untuk Membebaskan Kembali Somalia).

Dengan mengusung ideologi agama & sentimen anti-Ethiopia, Al-Shabaab berhasil menarik simpati penduduk lokal untuk mendukung perjuangan bersenjatanya. Hasilnya, Al-Shabaab berhasil merebut kembali sebagian besar wilayah Somalia selatan yang sebelumnya dikuasai oleh pasukan Ethiopia & TFG hanya dalam kurun waktu beberapa bulan.

Di pihak berseberangan, wilayah yang masih berada di bawah kendali pasukan Ethiopia & TFG kini tinggal ibukota Mogadishu & daerah kecil di sekitarnya. Namun Ethiopia & TFG bukan tanpa bantuan sepenuhnya. Pada tahun 2007, organisasi Uni Afrika membentuk pasukan koalisi bernama "African Union Mission in Somalia" (AMISOM; Misi Uni Afrika di Somalia) untuk membantu menjaga keamanan di wilayah yang masih dikuasai TFG.

Sejak menempatkan pasukannya secara langsung di Somalia pada tahun 2006, pemerintah Ethiopia merasa kesulitan untuk mendanai pasukannya yang ada di sana mengingat Ethiopia bukanlah negara kaya. Pemerintah Ethiopia juga dipusingkan oleh semakin banyaknya tentara Ethiopia yang gugur di Somalia. Maka, pada bulan Januari 2009, Ethiopia pun menarik mundur seluruh pasukannya dari Somalia sehingga TFG semakin kewalahan dalam meladeni perlawanan yang diberikan oleh kelompok-kelompok pemberontak setempat.

Kendaraan tempur pasukan perdamaian Uni Afrika (AMISOM). (keymedia.net)

Bulan Februari 2009, jumlah pihak yang memerangi TFG sedikit berkurang setelah TFG setuju untuk menambah jumlah kursi parlemen supaya bisa ditempati oleh para mantan anggota ICU. Namun Al-Shabaab masih tetap ngotot melanjutkan perlawanan bersenjata & bahkan menuduh orang-orang dari golongan Islamis yang menyetujui kesepakatan damai dengan TFG sebagai pengkhianat.

Sebagai akibatnya, perang sipil Somalia pun terus berlanjut dengan Al-Shabaab sebagai kelompok pemberontak utamanya. Tahun 2010, Al-Shabaab meledakkan bom di Uganda sebagai peringatan kepada pemerintah Uganda agar segera menarik mundur pasukannya dari koalisi AMISOM. Serangan tersebut sekaligus menjadi serangan pertama Al-Shabaab di luar Somalia.



MASUKNYA KENYA & BERLANJUTNYA PERANG (SEJAK 2011)

Terus berkecamuknya perang sipil Somalia membawa masalah tersendiri bagi Kenya, negara tetangga Somalia di sebelah barat daya. Banyak warga sipil Somalia yang mengungsi keluar negeri di mana Kenya menjadi salah satu negara tujuan utama. Bukan hanya itu, Al-Shabaab juga melakukan penculikan kepada warga negara asing yang sedang singgah di Kenya. Pemerintah Kenya juga khawatir kalau perang sipil di Somalia akan berdampak pada semakin maraknya tindak kejahatan di Kenya akibat aliran senjata ilegal dari Somalia.

Untuk mengalahkan Al-Shabaab seutuhnya & mencegah kondisi domestik Kenya semakin memburuk akibat konflik di Somalia, pasukan Kenya pun melakukan invasi militer ke Somalia pada bulan Oktober 2011 dengan kode sandi "Operasi Linda Nchi" (bahasa Swahili dari "melindungi negara"). Seperti invasi yang dilakukan pasukan Ethiopia tahun 2006 silam, invasi yang dilakukan oleh pasukan Kenya juga mendapat dukungan dari TFG yang memerlukan bantuan militer sebanyak mungkin untuk mengalahkan Al-Shabaab.

Alih-alih berhasil menamatkan Al-Shabaab, invasi militer yang dilakukan negara tersebut justru membawa masalah baru karena kini Al-Shabaab menjadikan wilayah Kenya sebagai sasaran penyerangan yang baru. Bulan September 2013 contohnya, pasukan Al-Shabaab menyerbu pusat perbelanjaan Westgate & menembaki para pengunjung di dalamnya. Akibat serangan tersebut, 77 orang dilaporkan tewas. Setahun kemudian atau tepatnya pada bulan November 2014, Al-Shabaab membajak sebuah bus di kota Mandera & membunuh 28 penumpangnya.

Pasukan Al-Shabaab. (darkroom.baltimoresun.com)

Hingga awal tahun 2015, kondisi domestik Somalia selatan masih tidak kunjung membaik & Al-Shabaab masih giat melakukan perlawanan dari kawasan pelosok. Di Somalia utara yang dikuasai oleh Somaliland & Puntland, kondisinya lebih baik karena wilayah tersebut relatif sepi dari konflik bersenjata.

Tidak ada yang tahu pasti bagaimana masa depan Somalia kelak. Pun tidak ada yang bisa menjamin kalau kalahnya Al-Shabaab bakal membawa perdamaian instan bagi Somalia. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah belajar dari peristiwa di Somalia agar negara yang kita tinggali sekarang tidak mengalami nasib yang sama. Belajar untuk memahami kalau perbedaan pandangan tidak harus selalu diselesaikan dengan otot & senjata.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



RINGKASAN PERANG (HINGGA DESEMBER 2014)

Waktu & Lokasi Pertempuran
-  Waktu : 1991 - sekarang
-  Lokasi : Somalia

Pihak yang Bertempur
Bervariasi

Hasil Akhir
-  Belum diketahui, konflik masih berlangsung hingga sekarang
-  Somalilland menjadi negara merdeka tanpa pengakuan internasional sejak tahun 1991

Korban Jiwa
Antara 300.000 - 1.000.000 jiwa



REFERENSI

Ali, A.. "The Anatomy of al-Shabaab".
(www.radiodaljir.com/audio/docs/TheAnatomyOfAlShabaab.pdf)

Allison, S.. 2013. "Nairobi terror attack: why Kenya and why now?".
(www.theguardian.com/world/2013/sep/23/nairobi-terror-kenya-africa)

AMISOM. "AMISOM Background".
(amisom-au.org/amisom-background/)

BBC. 2006. "Profile: Somalia's Islamic Courts".
(news.bbc.co.uk/2/hi/5051588.stm)

BBC. 2019. "Puntland profile".
(www.bbc.com/news/world-africa-14114727)

Encyclopedia of the Nations. "Somalia - The fall of siad barre and descent into civil war".
(www.nationsencyclopedia.com/World-Leaders-2003/Somalia-THE-FALL-OF-SIAD-BARRE-AND-DESCENT-INTO-CIVIL-WAR.html)

GlobalSecurity.org. "Somalia Civil War".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/somalia.htm)

GlobalSecurity.org. "Somalia Civil War - Jubaland".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/jubaland.htm)

GlobalSecurity.org. "Somalia Civil War - Southern Somalia".
(www.globalsecurity.org/military/world/war/somalia-south.htm)

IRIN News. 2002. "RRA sets up autonomous region".
(www.irinnews.org/report/30936/somalia-rra-sets-up-autonomous-region)

Metz, H.C.. 1992. "Coup d'Etat".
(countrystudies.us/somalia/20.htm)

Metz, H.C.. 1992. "Siad Barre's Repressive Measures".
(countrystudies.us/somalia/28.htm)

Mohamed, H.. 2014. "Al-Shabab massacres 28 Kenyan bus passengers".
(www.aljazeera.com/news/2014/11/23/al-shabab-massacres-28-kenyan-bus-passengers/)

Rice, X.. 2009. "Ethiopia ends Somalia occupation".
(www.theguardian.com/world/2009/jan/26/ethiopia-ends-somalia-occupation)

Rice, X.. 2010. "Somali militants say they carried out deadly Uganda World Cup blasts".
(www.theguardian.com/world/2010/jul/12/uganda-bombs-blasts-world-cup)

United Nations. 1997. "Somalia - UNOSOM I".
(www.un.org/Depts/DPKO/Missions/unosomi.htm)

Wikipedia. "Battle of Mogadishu (1993)".
(en.wikipedia.org/wiki/Battle_of_Mogadishu_%281993%29)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



12 komentar:

  1. beneran deh ini blog bikin begadang saya makin parah haha~
    sumbernya juga kredibel dan penjelasannya cukup rinci. nice!

    BalasHapus
  2. Awalnya saya nonton black hawk down, lalu jd tertarik pada sejarah perangnya seperti apa. Infonya cukup menjawab pertanyaan2 di kepala. Hanya beberapa belum ada jawabannya.hehe pokonya terimakasih atas informasinya

    BalasHapus
  3. Artikelnya menarik, mudah2an Somalia bisa bersatu & bangkit.
    Captain Phillips salah satu film box office terinspirasi dari kisah nyata pembajakan kapal oleh militan somalia

    BalasHapus
  4. berarti dengan kata lain pemberontak utamanya ini ISIS ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan ISIS, tapi Al-Shabaab. Seingat saya yang menyatakan kesetiaan ke ISIS itu baru anggota-anggota bawahnya. Tapi pemimpin & faksi intinya Al-Shabaab masih menjadi bawahannya Al-Qaeda.

      Hapus
  5. Kyknya indonesia mulai hampir mirip kyk somalia...cman bedanya orag2 di indonesia meng atas namakan kepentingan agama...padahal yg mereka lakukan adalah kpentingan kelompok sja..

    BalasHapus
  6. Jdi inget film blackhawk down..
    Michael durant sang pilot ditahan..
    Sambil berkata tentara somalia nya(lpa lgi yg ngmong namanya siapa):"kamu kira(amerika)dgn tertangkapnya pemimpin kami(aidit)kami akan tunduk dgn peraturan kamu??".
    Hehehe sekelumit perbincangan di film itu

    BalasHapus
  7. sedikit banyak menjawab pertanyaan ane tentang perang di somalia, miris

    BalasHapus
  8. seru seru banget blog ni, kaya lagi nonton film perang

    BalasHapus
  9. Trus kondisi somalia sekarang,, apa kabarnya ya???!!!

    BalasHapus
  10. tapi mulai saat ini somalia sudah damai (tidak ada konflik senjata) bahkan sudah mengganti bendera, saya lihat video nya di youtube.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.