Perang di Pasifik, Penyebab Hilangnya Wilayah Laut Bolivia



Lukisan dari pertempuran laut dalam Perang di Pasifik. (Sumber)

Bila kita melihat peta Amerika Selatan, maka kita akan mendapati Bolivia & Paraguay sebagai negara Amerika Selatan yang tidak memiliki wilayah laut. Namun jika ditelusuri hingga ke abad ke-19, sebenarnya Bolivia saat itu masih memiliki wilayah laut. Lantas, kenapa sekarang Bolivia tidak lagi memiliki wilayah laut? Jawabannya bisa didapat dari artikel ini yang akan membahas soal Perang di Pasifik, perang yang diikuti Bolivia & membuat negara pegunungan tersebut terkurung oleh daratan.

Perang di Pasifik (War of the Pacific; Guerra del Pacifico) adalah konflik bersenjata yang berlangsung pada tahun 1879 - 1883 antara Chili melawan Bolivia & Peru. Selain dengan nama "Perang di Pasifik", perang ini juga dikenal dengan nama lain "Perang Saltpeter" (Saltpeter War) karena salah satu penyebab utama meletusnya perang ini adalah perebutan wilayah kaya saltpeter - sejenis mineral yang banyak digunakan sebagai bahan peledak - di pesisir barat Amerika Selatan.

Walaupun Perang di Pasifik berlangsung dengan intensitas yang cukup tinggi & melibatkan beberapa negara Amerika Selatan, perang ini kurang mendapat perhatian oleh orang-orang di luar Amerika Selatan karena tidak adanya negara-negara di luar Amerika Selatan yang terlibat langsung dalam perang ini. Dan sedikit tambahan lagi, Perang di Pasifik tidak ada hubungannya dengan "Perang Pasifik" (Pacific War), sebutan lain untuk rangkaian konflik bersenjata yang mengambil tempat di Samudera Pasifik saat Perang Dunia II masih berlangsung.



LATAR BELAKANG

Gurun Atacama adalah gurun di wilayah Amerika Selatan bagian barat yang terkenal sebagai salah satu tempat terkering di dunia. Kondisi kering dari Gurun Atacama & lokasinya yang berada dekat dengan laut di lain pihak membuat gurun tersebut kaya akan mineral nitrat yang merupakan hasil dari penumpukan saltpeter & guano (kotoran burung laut yang banyak digunakan sebagai pupuk). Sebagai akibatnya, Gurun Atacama pun mulai menjadi rebutan dari Chili & Bolivia yang sama-sama mengklaim kalau Gurun Atacama berada di wilayah negaranya.

Peta lokasi Gurun Atacama. (Sumber)

Tahun 1866, Chili & Bolivia menandatangani "Traktat Perbatasan" sebagai solusi atas persengketaan wilayah Gurun Atacama yang kaya mineral. Dalam traktat tersebut, Gurun Atacama dibagi menjadi 2 dengan garis lintang selatan 24 derajat sebagai batas antara wilayah kedua negara. Traktat tersebut juga menjamin kalau orang-orang dari kedua negara bebas menambang mineral dari wilayah kaya mineral di Gurun Atacama, namun hasil penambangannya akan dibagi sama rata untuk masing-masing negara. Pasca disahkannya traktat tersebut, perusahaan-perusahaan Chili pun mulai melakukan penambangan mineral di wilayah Bolivia.

Tahun 1873, Peru & Bolivia menandatangani perjanjian militer rahasia di mana dalam kesepakatan tersebut, kedua negara akan saling bantu jika salah satu dari Bolivia atau Peru terjerumus ke dalam perang. Ada indikasi kalau perjanjian tersebut ada untuk melemahkan Chili karena baik Peru maupun Bolivia sama-sama memiliki masalah tersendiri dengan Chili, salah satu negara termodern di Amerika Selatan pada waktu itu. Jika Peru khawatir akan peningkatan kekuatan armada laut Chili, Bolivia ingin mencari cara agar bisa mendapatkan pemasukan lebih dari wilayah kaya mineralnya yang didominasi oleh perusahaan-perusahaan penambangan Chili.

Tahun 1878, pemerintah Bolivia mengenakan pajak tambahan kepada perusahaan-perusahaan penambangan Chili yang beroperasi di wilayahnya. Ketika perusahaan-perusahaan Chili menolak untuk membayar, pemerintah Bolivia pun menyita & melelang aset-aset milik perusahaan Chili. Tindakan pemerintah Bolivia tersebut mengundang kemarahan pemerintah Chili yang menuduh Bolivia melanggar Traktat Perbatasan & mengklaim kalau traktat yang bersangkutan melarang kenaikan pajak secara sepihak. Sebagai tindakan lebih lanjut, pemerintah Chili pun mengirim armada lautnya untuk menguasai kota pelabuhan Antofagasta, Bolivia, tanpa pertumpahan darah.

Tindakan Chili menduduki Antofagasta lantas membuat Bolivia menyatakan perang kepada Chili sambil mengajak Peru untuk ikut serta. Peru yang terikat perjanjian dengan Bolivia pada mulanya berusaha mencari solusi damai atas konflik Bolivia & Chili karena tidak ingin ikut terseret dalam perang. Awalnya Chili berharap Peru bisa menjadi pihak penengah yang netral dalam konfliknya dengan Bolivia. Namun begitu perjanjian militer rahasia antara Bolivia & Peru bocor ke publik, Chili tidak lagi percaya pada netralitas Peru & memutuskan untuk ikut menyatakan perang kepada Peru di tahun 1879.


Pasukan Chili saat berada di Antofagasta, Bolivia. (Sumber)


BERJALANNYA PERANG

Berebut Supremasi di Front Laut

Tanggal 23 Maret 1879, pasukan Chili yang hendak menduduki kota Calama, Bolivia, dicegat oleh pasukan Bolivia di tengah jalan & pecahlah pertempuran antara keduanya di dekat Sungai Topater, Bolivia. Karena kalah jumlah personil & persenjataan, pasukan Bolivia pun harus menderita kekalahan dalam pertempuran tersebut. Sebulan kemudian, pasukan Chili berhasil mengusir seluruh pasukan Bolivia yang masih ada di Gurun Atacama sehingga seluruh wilayah Bolivia yang berbatasan dengan laut berhasil dikuasai pihak Chili.

Kontak senjata antara pasukan Chili & Peru sendiri dimulai di laut. Sebagai akibat dari kondisi Gurun Atacama yang sangat kering & hanya memiliki sedikit jalan transportasi yang layak, masing-masing pihak berusaha menguasai laut agar bisa mendirikan pangkalan militer di pantai & memudahkan suplai logistik bagi pasukan darat di medan perang. Chili & Peru memiliki kekuatan armada laut yang nyaris seimbang, sementara Bolivia tidak memiliki armada laut sehingga pertempuran di laut pun hanya melibatkan pihak Chili & Peru.

Pertempuran laut dalam Perang di Pasifik dimulai ketika armada laut Chili melakukan blokade atas pelabuhan laut Peru pada bulan Maret 1879. 2 bulan kemudian, Peru mengirim armada lautnya untuk mematahkan blokade tersebut. Armada laut Peru sukses mengalahkan armada laut Chili & mengakhiri blokade atas pelabuhan lautnya, namun kemenangan tersebut harus dibayar mahal karena pasca pertempuran untuk mengakhiri blokade tersebut, Peru harus kehilangan kapal-kapal perang pentingnya, utamanya kapal fregat "Independencia".

Kapal perang "Independencia" milik angkatan laut Peru. (Sumber)

Setelah kehilangan Independencia, armada laut Peru lantas mengandalkan kapal perang "Huascar" sebagai tumpuan utama dalam melakukan serangan-serangan cepat (hit & run) demi melemahkan pergerakan armada laut Chili. Merespon kondisi tersebut, Chili pun melakukan sedikit perubahan taktik & memerintahkan kapal-kapal perangnya untuk lebih aktif mengincar kapal Huascar. Hasilnya, pasukan Chili sukses merebut kapal Huascar pada bulan Oktober 1879 & menguasai penuh front laut pasca pertempuran di lepas pantai Callao, Peru, pada bulan Maret 1880.


Dari Laut Berlanjut ke Darat

Keberhasilan pasukan Chili di laut turut berdampak positif pada performa pasukannya di darat karena mereka kini bisa mendapatkan suplai logistik secara konsisten lewat pantai. Bulan November 1879 misalnya, pasukan Chili sukses merebut provinsi Tarapaca dari tangan pasukan gabungan Peru & Bolivia. Keberhasilan pasukan Chili tersebut juga tidak lepas dari kurang kompaknya pasukan Peru & Bolivia di medan perang. Seolah kekalahan di medan perang masih belum cukup, Peru & Bolivia juga dihantam masalah baru setelah pemerintahan berkuasa keduanya sama-sama terguling oleh kudeta militer pada bulan Desember 1879.

Bulan Februari 1880, armada laut Chili memulai blokadenya atas kota pelabuhan Arica, Peru. Sebulan kemudian, pasukan Chili sukses merebut kota Cuesta de los Angles dari tangan pasukan Peru & Bolivia. Jatuhnya Cuesta de los Angles ke tangan pasukan Chili lantas diikuti dengan rentetan kemenangan pasukan Chili dalam pertempuran di Tacna pada bulan Mei 1880 & di Arica pada bulan Juni 1880. Pasca pertempuran Arica, pasukan Chili mulai bergerak ke ibukota Lima di sebelah utara sambil melakukan pemerasan terhadap para tuan tanah & orang kaya Peru yang mereka temui di sepanjang perjalanan.

Suasana dalam pertempuran di Arica, Peru. (Sumber)

Bulan Januari 1881, pergerakan pasukan Chili ke kota Lima sempat tertahan setelah mereka terlibat dalam pertempuran sengit melawan pasukan Peru di Benteng Chorrilos, Miraflores. Pasca pertempuran Chorrilos, pasukan Chili pun sukses memasuki kota Lima pada tanggal 17 Januari 1881 tanpa bisa dihalang-halangi lagi. Saat berada di ibukota Lima, pasukan Chili juga menyerang gedung Perpustakaan Nasional Peru untuk merampas ribuan buku yang tersimpan di dalamnya. Jatuhnya Lima ke tangan Chili juga diikuti dengan kaburnya Presiden Peru, De Pierola, keluar negeri.

Di luar Lima, pasukan Peru yang masih tersisa memilih untuk melakukan perang gerilya & sukses membukukan sejumlah kemenangan penting atas pasukan Chili. Rentetan kemenangan tersebut tidak lepas dari dukungan AS yang tertarik akan lahan kaya mineral di wilayah Chili. Namun memasuki bulan Juli 1883, rentetan kemenangan Peru akhirnya terhenti setelah pasukan Peru mengalami kekalahan telak dalam pertempuran di Huamachuco. Bulan Oktober 1883, perjanjian damai antara Peru dengan Chili akhirnya berhasil dicapai & pasukan Chili setuju untuk meninggalkan kota Lima pada bulan yang sama.



KONDISI PASCA PERANG

Berdasarkan perjanjian damai antara Chili & Peru di tahun 1883, Provinsi Tacna & Arica menjadi milik Chili. Namun, kekuasaan Chili atas Provinsi Tacna sendiri tidak bertahan lama setelah di tahun 1929, Chili sepakat untuk menyerahkan kembali provinsi tersebut ke tangan Peru. Sebelumnya di tahun 1884, Chili juga meresmikan perjanjian damai dengan Bolivia di mana berdasarkan perjanjian tersebut, seluruh wilayah pantai Bolivia menjadi milik Chili sehingga sejak saat itu, Bolivia praktis menjadi negara tanpa wilayah laut.

Peta dari negara-negara Amerika Selatan sebelum & sesudah Perang di Pasifik.

Perang di Pasifik yang berlangsung selama 5 tahun mengakibatkan sekitar 12 ribu orang tewas di mana 10 ribu di antaranya berasal dari kubu Peru & Bolivia. Pasca perang, Chili tidak hanya mengalami pertambahan luas wilayah, tapi juga mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat berkat pajak dari perusahaan-perusahaan penambangan mineral yang beroperasi di wilayah baru tersebut. Fenomena pertumbuhan ekonomi yang pesat tersebut berlangsung selama sekitar 4 dekade. Sesudah itu, pertumbuhan ekonomi Chili mulai tersendat sebagai akibat dari jatuhnya harga fosfat pada permulaan abad ke-20.

Bagi Bolivia, Perang di Pasifik dianggap sebagai aib karena seperti yang sudah disinggung sebelumnya, perang ini membuat Bolivia tidak lagi memiliki wilayah laut. Walaupun Chili sejak tahun 1904 sudah setuju untuk membiarkan pelabuhan lautnya digunakan oleh Bolivia, hal tersebut masih dianggap belum cukup & hingga sekarang Bolivia selalu mencari cara agar bisa mendapatkan kembali wilayah pesisirnya yang hilang seusai perang. Di pihak Peru, Perang di Pasifik juga menimbulkan sentimen kebencian tersendiri terhadap Chili karena dalam perang tersebut, banyak penduduk lokal Peru yang kehilangan nyawa & harta bendanya.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
- Waktu : 1879 - 1883
- Lokasi : Bolivia, Peru, Samudera Pasifik tenggara

Pihak yang Bertempur
(Negara)  -  Chili
       melawan
(Negara)  -  Bolivia, Peru

Hasil Akhir
- Kemenangan pihak Chili
- Wilayah Chili di sebelah utara bertambah luas
- Wilayah Peru di sebelah selatan bertambah sempit
- Bolivia menjadi negara tanpa wilayah laut

Korban Jiwa
- Chili : 2.825 tewas
- Bolivia & Peru : 10.000 tewas / terluka



REFERENSI

Country Studies - War of the Pacific, 1879-83
GlobalSecurity.org - War of the Pacific
WarofthePacific.com - Timeline of the War of the Pacific
WarofthePacific.com - War of the Pacific
Wikipedia - War of the Pacific







COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



3 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.