Fossa, Hewan Predator Khas Madagaskar



(Sumber)

Apakah ada di antara para pengunjung sekalian yang tahu atau pernah menonton film berjudul "Madagascar"? Ya, itu adalah film animasi yang bercerita tentang petualangan 4 ekor satwa Afrika yang terdampar di Pulau Madagaskar. Sesampainya di sana, keempat hewan tersebut diceritakan bertemu dengan sekawanan lemur ekor cincin yang gemar menari & takut akan sejenis hewan mirip kucing yang bernama fossa. Nah, hewan fossa itulah yang akan dibahas dalam artikel kali ini.

Fossa atau foosa (Cryptoprocta ferox) adalah nama dari sejenis hewan berpenampilan mirip kucing yang hanya bisa ditemukan di Pulau Madagaskar, sebuah pulau yang terletak di sebelah timur Afrika. Selain memiliki penampilan fisik mirip kucing, fossa juga pandai memanjat pohon & bisa menarik masuk cakarnya. Namun tidak seperti kucing, fossa memiliki hidung bulat berwarna hitam & penciuman yang tajam. Oleh para ahli, fossa dianggap memiliki kekerabatan lebih dekat dengan luwak & musang ketimbang kucing.

Sebagai akibat dari kondisi geografis Madagaskar yang terisolasi dari daratan Afrika lainnya & ukuran fossa yang besar untuk ukuran fauna setempat, fossa pun menjadi predator puncak dalam siklus rantai makanan habitat liar Madagaskar. Hampir seluruh hewan darat yang tinggal di Madagaskar menjadi mangsa dari fossa. Mulai dari lemur, burung, kera, tikus, reptil, amfibi, hingga serangga. Fossa adalah pemburu yang serba bisa karena pandai berburu di permukaan tanah maupun di atas pohon sama baiknya.

Fossa aktif baik di siang maupun malam hari di mana puncak aktivitasnya berada pada saat matahari redup. Fossa memiliki pola hidup menyendiri (soliter) di mana setiap individu fossa memiliki wilayah kekuasaannya masing-masing. Untuk menandai batas wilayahnya, fossa memakai senyawa berbau yang dihaslkan oleh kelenjarnya yang terletak di bagian anus. Fossa bisa ditemukan di seluruh daratan Madagaskar, kecuali di daerah yang pepohonannya sedikit & yang letaknya 2.000 m di atas permukaan laut.


Peta lokasi Madagaskar, habitat asli fossa. (Sumber)


REPRODUKSI & SIKLUS HIDUP

Musim kawin fossa terjadi antara bulan September hingga Oktober. Metode kawin fossa terbilang unik karena saat hendak kawin, fossa betina akan pergi ke tempat yang sama setiap tahunnya. Di tempat kawin yang biasanya berupa pohon tersebut, fossa-fossa jantan akan berkumpul & saling berlomba untuk memikat betina dengan cara mengeluarkan suara-suara keras & berkelahi satu sama lain.

Seekor fossa betina bisa bertahan di pohon tempat perkawinan yang sama selama seminggu & kawin dengan beberapa ekor pejantan selama periode tersebut. Sesudah melakukan perkawinan, fossa betina akan pergi mencari tempat untuk melahirkan anak-anaknya. Tempat-tempat yang biasa digunakan oleh fossa betina untuk melahirkan bervariasi, mulai dari cekungan batu, sarang rayap, hingga lubang besar pada batang pohon.

Periode kehamilan fossa mencapai 90 hari & sesudah itu, fossa akan mengeluarkan bayinya yang berjumlah antara 1 - 7 ekor. Bayi fossa yang baru lahir berbulu tipis, tidak bergigi, & buta. Baru sesudah 2 minggu, bayi fossa mulai bisa membuka matanya. Bayi fossa hidup menyusu pada induknya hingga usia 5 bulan, namun akan tetap berada di dekat induknya hingga usia 2,5 tahun. Kematangan seksual dicapai pada usia 4 tahun.

Tidak diketahui usia maksimum fossa di alam liar, namun fossa yang hidup dalam penangkaran diketahui bisa hidup hingga usia lebih dari 20 tahun. Fossa bisa tumbuh hingga sepanjang 80 cm dengan panjang ekor yang sama dengan panjang tubuhnya. Fossa betina berukuran sedikit lebih kecil ketimbang fossa jantan.


Sepasang bayi fossa. (Sumber)


ANCAMAN & UPAYA PELESTARIAN

Karena fossa adalah predator puncak dalam ekosistem Madagaskar, maka fossa tidak memiliki musuh alamiah. Ancaman terbesar bagi keberadaan fossa di alam liar adalah aktivitas penebangan hutan yang mengakibatkan luas hutan habitatnya menjadi semakin sempit.

Manusia juga kadang-kadang memburu fossa karena fossa dianggap sebagai hama yang kerap menyerang hewan ternak setempat. Sebagai akibat dari kombinasi kedua hal tersebut, populasi fossa di alam liar pun mengalami penurunan & sekarang jumlah mereka di alam liar dilaporkan tidak lebih dari 2.500 ekor.

Untuk mencegah fossa benar-benar punah, beberapa daerah di Madagaskar seperti Ankarana, Analamera, Ranomafana, Andasibe-Mantadia, & Montagne d'Ambre sudah dijadikan sebagai area hutan lindung. Pengembangbiakkan fossa di dalam penangkaran juga sedang diupayakan untuk membantu mempercepat pertambahan populasinya.

Pemerintah Madagaskar juga berencana melaksanakan "Durban Plan", sebuah rencana untuk memperluas area hutan lindung di Madagaskar hingga seluas 6 hektar. Kebijakan tersebut diharapkan bisa membantu melindungi lebih banyak biota-biota liar setempat, termasuk fossa.

Seekor fossa yang sedang memakan ayam. (Sumber)

Sekarang ini, ada 2 kelompok non-pemerintah utama yang melakukan riset pada fossa. Kedua kelompok tersebut adalah organisasi Wildlife Conservation Society (WCS; Lembaga Pelestarian Margasatwa) & tim peneliti dari Duke University yang didanai oleh LSM Earthwatch.

Diharapkan, penelitian yang mereka lakukan bisa membantu memahami perilaku fossa lebih jauh yang kemudian bisa digunakan untuk menyusun langkah-langkah pelestarian fossa lebih jauh. Kelompok-kelompok tadi juga melakukan penyuluhan untuk membantu meningkatkan kesadaran penduduk setempat mengenai manfaat dari fossa bagi lingkungan sehingga penduduk setempat jadi terdorong untuk ikut melestarikan fossa.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Famili : Eupleridae
Genus : Cryptoprocta
Spesies : Cryptoprocta ferox (Bennett, 1833)



REFERENSI

ARkive - Fossa videos, photos, and facts
EDGE - Fossa (Cryptoprocta ferox)
Wikipedia - Fossa (animal)

 





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



3 komentar:

  1. Kunjungan balik!

    Sayang sekali habitat Fossa bukan di Indonesia, coba seandainya ada di sini saya mw koleksi 1 ekor utk jaga rumah.
    Nice article, masbro admin.

    BalasHapus
  2. Pernah liat vidionya fossa kawin, ribut banget di atas pohon pula. Gak akan tentram deh kalo berteduh di bawah pohonnya, hahaha.

    Memang nasib sebagai predator puncak: tidak ada ancaman pemangsa, tapi sensitif terhadap perubahan kondisi trofik dibawahnya. Pohon doang yang ditebang ditebang, tempat menclok ilang, mangsanya nggak dapat makanan, mangsanya berkurang. Sudah jatuh tertimpa tangga pula.

    @Aji: jangan sekali-kali! Fossa tempat tinggalnya di pepohonan, bukan di rumah manusia. Kerjanya bukan untuk menjaga rumah. hehehe

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.