Japanese Red Army, Legiun Merah Sekutu Komunis Palestina



Para simpatisan komunis Jepang seperti yang diilustrasikan dalam film "United Red Army". (Sumber)

Japanese Red Army (JRA; Tentara Merah Jepang; Nihon Sekigun) adalah nama dari kelompok bersenjata yang aktif pada tahun 1971 hingga 2001. Kelompok ini mengusung ideologi sayap kiri (komunisme) & terkenal karena pada puncak aktivitasnya kerap melakukan aksi-aksi seperti pembajakan pesawat & penyerangan gedung kedutaan besar (khususnya kedutaan Jepang).

Menariknya, walaupun mengusung nama "Jepang" & beranggotakan orang-orang Jepang, JRA tidak pernah melancarkan aksinya di wilayah Jepang. JRA justru menjadikan Lebanon sebagai markasnya. Pendiri dari JRA adalah seorang wanita simpatisan komunis yang bernama Fusako Shigenobu. Awalnya ia merupakan anggota dari RAF, kelompok bersenjata yang bercita-cita mengubah Jepang menjadi negara komunis.

Namun sebagai akibat dari perbedaan pandangan dengan sesama anggota RAF, semakin gencarnya tekanan polisi kepada RAF, & simpatinya terhadap perjuangan bersenjata Palestina, Shigenobu lalu pindah ke Lebanon untuk mendirikan kelompok baru yang tidak lain adalah JRA. Selain dengan nama JRA, kelompok yang sama juga dikenal dengan nama lain "Anti-Imperialist International Brigade" (AIIB; Pasukan Internasional Anti-Imperialis).



LATAR BELAKANG & PEMBENTUKAN

Sejak dekade 50-an, gerakan mahasiswa mulai tumbuh di Jepang di mana fokus dari gerakan tersebut adalah memprotes praktik korupsi di kampus-kampus & kuatnya campur tangan pemerintah di institusi-institusi pendidikan.

Belakangan, kebijakan luar negeri pemerintah Jepang juga turut menjadi sasaran protes karena para aktivis mahasiswa merasa kalau pemerintah Jepang terlalu patuh pada keinginan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang ingin memanfaatkan Jepang sebagai sekutu dalam Perang Dingin. Sebagai contoh, Jepang bersedia membiarkan AS menempatkan pasukannya di wilayah Jepang.

Memasuki dekade 60-an, gerakan mahasiswa tidak juga surut, tapi malah semakin menghebat. Bentrokan antara polisi dengan mahasiswa semakin sering terjadi. Aktivitas belajar mengajar di sebagian besar kampus sempat dihentikan selama 1 tahun (1968 - 1969) akibat pendudukan gedung-gedung kampus oleh organisasi mahasiswa setempat.

Untuk mencegah situasi bertambah buruk, aparat Jepang pun melakukan penangkapan massal kepada para aktivis mahasiswa. Mereka yang tertangkap harus mendekam di balik jeruji besi, sementara mereka yang lolos dari penangkapan melanjutkan aktivitasnya secara sembunyi-sembunyi.

Mahasiswa & polisi Jepang yang sedang terlibat bentrokan. (Sumber)

Bulan Agustus 1969, sejumlah aktivis mahasiswa di Tokyo yang bersimpati kepada ideologi kiri mendirikan kelompok rahasia yang bernama "Red Army Faction" (RAF; Faksi Tentara Merah; Sekigun-ha). RAF memiliki cita-cita menciptakan revolusi komunis di seluruh dunia dimulai dari Jepang & kerap melakukan aksi-aksi seperti pemboman & perampokan bank.

Alih-alih berhasil mewujudkan cita-citanya tersebut, RAF justru malah dilanda perpecahan akibat perbedaan pandangan antara sesama anggotanya & semakin gencarnya upaya kepolisian Jepang untuk memberangus RAF.

Bulan Februari 1971, salah seorang anggota RAF yang bernama Fusako Shigenobu pergi meninggalkan Jepang untuk bertolak ke Lebanon. Sesampainya di sana, Shigenobu lalu mendirikan kelompok baru yang bernama "Japanese Red Army" (JRA).

Seperti halnya RAF, JRA juga memiliki cita-cita menciptakan revolusi komunis via perjuangan bersenjata. Namun tidak seperti RAF yang aktivitasnya terkonsentrasi di Jepang, JRA menjadikan Timur Tengah sebagai markas & daerah operasi utamanya. Sebagai akibat dari faktor kesamaan ideologi & daerah perjuangan, JRA pun memiliki hubungan yang dekat dengan PFLP, kelompok bersenjata Palestina yang mengusung ideologi komunisme.



AKTIVITAS JRA

Tidak lama usai pembentukannya, JRA langsung berhasil menarik perhatian masyarakat dunia ketika 3 anggotanya melakukan penembakan membabi buta di Bandara Internasional Lod, Tel Aviv, Israel. Akibat peristiwa yang berlangsung pada akhir Mei 1972 tersebut, 26 orang harus kehilangan nyawanya di mana 2 di antaranya adalah anggota JRA itu sendiri.

Walaupun aksi tersebut dilakukan oleh JRA, pihak yang merencanakan aksinya adalah PFLP di mana PFLP mengklaim kalau aksi penembakan tersebut merupakan pembalasan atas tewasnya 2 anggota PFLP di bulan yang sama.

Suasana pasca penembakan di Bandara Lod, Israel. (Sumber)

Pasca peristiwa berdarah di Bandara Lod, JRA terus melanjutkan sepak terjangnya di seantero dunia. Pada bulan Juli 1973 contohnya, JRA melakukan pembajakan pesawat milik maskapai Jepang di Belanda.

Setahun kemudian atau tepatnya pada bulan September 1974, JRA menyerang gedung Kedubes Perancis di Belanda & menyandera 11 orang di dalamnya. Bulan Agustus 1975, JRA menyerang sebuah gedung di Kuala Lumpur, Malaysia, & menyandera 50 orang di dalamnya di mana orang yang disandera termasuk diplomat AS & Swedia.

Wilayah Indonesia juga tidak luput dari serangan JRA. Bulan Mei 1986, simpatisan JRA yang bernama Tsutomu Shirosaki meledakkan peluru mortir & bom mobil di gedung Kedubes Jepang, Kanada, & AS di Jakarta. Beruntung aksi tersebut tidak sampai memakan korban jiwa.

Shirosaki sendiri baru berhasil ditangkap pada tahun 1996 ketika ia sedang berada di Nepal. Sesudah ditangkap, ia lalu diekstradisi ke AS untuk diadili & dipenjara. Bulan Januari 2015 nanti, Shirosaki rencananya akan diekstradisi ke Jepang untuk diadili lagi di sana.

Tahun 1991, Uni Soviet mengalami keruntuhan. Runtuhnya Uni Soviet selaku poros komunisme dunia lantas turut berdampak pada surutnya dukungan logistik untuk perjuangan JRA. Sebagai akibatnya, JRA tidak sanggup lagi melakukan aksi-aksi bersenjata sejak dekade 90-an. Nasib JRA nampak semakin suram setelah makin banyak anggotanya yang ditangkap oleh aparat di negara-negara tempat mereka tinggal.

Fusako Shigenobu di tahun-tahun awal aktivitas JRA.

Pada bulan Februari 1997 contohnya, aparat Lebanon berhasil menangkap 5 anggota JRA di mana salah satu dari mereka adalah Kozo Okamoto, pelaku penembakan di Bandara Lod, Israel. Nasib Fusako Shigenobu selaku pendiri & pemimpin JRA sendiri tidak jauh berbeda.

Pada tahun 2000, Shinegobu berhasil diringkus oleh aparat setempat ketika sedang berada di Osaka, Jepang. Setahun kemudian, Shigenobu mengumumkan pembubaran JRA dari balik kerangkengnya. Pengumuman tersebut sekaligus menjadi akhir dari riwayat JRA yang sudah aktif selama puluhan tahun.

Walaupun aksi-aksi yang dilakukan JRA bisa dikatakan masih kalah mentereng jika dibandingkan dengan aksi-aksi yang dilakukan oleh sesama kelompok militan seperti IRA & FARC, JRA tetap meninggalkan kesan sendiri dalam perjalanan sejarah dunia, khususnya yang berkaitan dengan periode Perang Dingin.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



BIODATA

Nama resmi : Nihon Sekigun
Tahun aktif : 1971 - 2001
Area operasi : global
Ideologi : komunisme



REFERENSI

Al-Akhbar - Now Here Then Elsewhere : Capturing the Japanese Red Army
BBC News - 1972:  Japanese kill 26 at Tel Aviv airport
BBC News - Red Army's reign of terror
GlobalSecurity.org - Japanese Red Army (JRA)
Japan Focus - The Red Army (1969-2001) and Aum Supreme Truth (1987-2000)
Tribunnews.com - Pelaku Pengeboman Kedubes Jepang di Jakarta....

 




COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



3 komentar:

  1. Bagus, kebetulan saya juga berteman dengan anak Ibu Fusako di fb. Hehe.

    BalasHapus
  2. Bagus, Izin copy paste mas.. Thanks.

    BalasHapus
  3. bagus, inspiratif

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.