John Edward Robinson, Pembunuh Berantai Dunia Internet



(Sumber)

Jangan percaya dengan orang yang baru dikenal di internet. Itu adalah nasihat yang mungkin sering kita jumpai ketika kita sedang berselancar di dunia maya. Nasihat itu sendiri bukanlah nasihat yang tak berdasar karena di internet, orang tidak bertatap muka secara langsung & bisa berpura-pura menjadi orang lain untuk beragam tujuan, termasuk untuk tujuan yang sifatnya tidak baik. Kalau di dunia kriminal AS, John Edward Robinson merupakan contoh nyata mengenai bagaimana efektif sekaligus berbahayanya internet jika ada di tangan orang yang salah.

John Edward Robinson adalah pria berkebangsaan Amerika Serikat (AS) yang disebut-sebut sebagai pembunuh berantai internet pertama di dunia. Memiliki rekam jejak yang akrab dengan aktivitas penipuan & pemalsuan, sejak tahun 90-an Robinson menggunakan internet untuk berkenalan dengan orang-orang yang menurutnya potensial untuk diajak berhubungan seksual & dibunuh. Robinson juga dikenal dengan nama alias "Slavemaster" (Majikan Budak) karena ia menggunakan nama tersebut ketika melakukan dialog nonverbal jarak jauh (chatting) dengan para calon korbannya.

Lahir pada tahun 1943 di negara bagian Illinois, sejak dekade 1960-an Robinson menetap di Kansas City, AS tengah. Sebelum pindah ke Kansas, Robinson sempat mengambil studi medis & keperawatan, namun ia tidak pernah menyelesaikan studinya.

Sebagai jalan pintas supaya dia bisa tetap memperoleh pekerjaan tanpa harus memperoleh ijazah, Robinson kemudian membuat ijazah palsu & berhasil diterima sebagai teknisi mesin sinar-X di sebuah rumah sakit di Kansas. Setahun kemudian, dia pindah ke klinik yang dikelola oleh dokter Wallace Graham.

Peta lokasi Kansas City. (Sumber)

Alih-alih memanfaatkan pekerjaan yang diterimanya sebaik mungkin, Robinson justru malah mencuri uang simpanan Graham & bahkan berhubungan seks dengan pasien maupun pegawai klinik. Akibatnya, di tahun 1969 Robinson ditangkap polisi atas tuduhan pencurian & harus mendekam di balik jeruji besi hingga beberapa tahun berikutnya.

Namun penjara ternyata masih belum cukup untuk memberikan efek jera padanya. Pada tahun 1984, dengan berpura-pura menjadi pebisnis yang sedang mencari orang untuk bekerja di perusahaannya, Robinson berhasil membujuk seorang wanita yang bernama Paula Godfrey untuk ikut bersamanya. Nasib Godfrey tidak pernah diketahui lagi sesudah itu.

Setahun berselang, dengan memakai nama alias John Osborne, giliran Lisa Stasi - seorang wanita pemilik 1 anak - yang berhasil dibujuk oleh Robinson untuk ikut dengannya. Sama halnya dengan Godfrey, Stasi juga "menghilang" usai diajak pergi Robinson. Sementara anaknya yang baru berumur 4 bulan diadopsi oleh pasangan suami istri di Chicago setelah Robinson meyakinkan mereka kalau anak tersebut menjadi yatim piatu karena ditinggal ibunya bunuh diri.

Robinson sendiri menerima upah  $ 3.000 dari pasangan suami istri yang sama. Tahun 1987, Robinson akhirnya kembali mendekam di penjara - bukan akibat melakukan penculikan ataupun pembunuhan, melainkan atas tuduhan penipuan yang pernah dilakukannya beberapa tahun silam. Selama berada di penjara, Robinson menjalin kontak dengan petugas perpustakaan penjara setempat yang bernama Beverly Bonner.

Ketika Robinson akhirnya kembali menghirup udara bebas di tahun 1993, Bonner menceraikan suaminya & kemudian ikut bersama Robinson setelah Bonner dijanjikan akan mendapat pekerjaan baru di perusahaan milik Robinson. Seperti yang sudah bisa diduga, Robinson membunuh Bonner & kemudian menyimpan mayatnya dalam tong.

Mantan suami Bonner masih mengirimkan uang kepada mantan istrinya tersebut secara berkala. Namun karena Bonner kini sudah meninggal, yang menikmati kiriman uang tersebut selanjutnya bukanlah Bonner, melainkan Robinson.


John Edward Robinson. (Sumber)


MERAMBAH KE DUNIA MAYA

Sejak dekade 90-an pulalah, Robinson mulai berkenalah dengan dunia internet. Dengan memakai nama alias "Slavemaster", ia bergabung dalam suatu ruang chatting yang beranggotakan para penggemar BDSM (semacam aktivitas seks di mana salah 1 pelaku berperan sebagai majikan yang sadis, sementara pelaku seks lainnya berperan sebagai budak yang pasrah).

Salah satu korban pertama yang didapatnya melalui metode ini adalah Sheila Faith, seorang janda yang memiliki 1 anak dengan masalah kelainan syaraf. Ketika Faith terpikat akan ajakan Robinson kalau Robinson bersedia menanggung biaya perawatan anaknya, Faith bersama anaknya kemudian bertolak menuju Kansas - untuk kemudian dibunuh oleh Robinson dengan cara memukul kepala mereka berdua memakai martil.

Robinson kemudian berkenalan secara online dengan seorang mahasiswi berdarah Polandia yang bernama Izabela Lewicka. Sejak tahun 1997, Lewicka tinggal bersama Robinson sebagai "budak"nya dalam permainan seks. Ketika Robinson merasa tidak lagi tertarik dengan Lewicka, Robinson kemudian membunuhnya pada tahun 1999 & mulai menjalin kontak dengan seorang perawat merangkap penggemar BDSM yang bernama Suzette Trouten.

Sejak Robinson membunuh Trouten inilah, ia mulai membuat sejumlah kecerobohan fatal yang membuat polisi & orang-orang dekat Trouten curiga. Sebagai contoh, Trouten hampir selalu menghubungi ibunya setiap hari via telepon, namun ia tidak pernah menelepon ibunya lagi selama berbulan-bulan & hanya memberi kabar lewat e-mail yang gaya penulisannya juga mencurigakan.

Ibu Trouten kemudian menghubungi polisi perihal anaknya yang menghilang. Polisi sudah lama menaruh kecurigaan pada Robinson atas kasus orang-orang hilang, namun kekurangan bukti-bukti yang kuat sehingga polisi pun hanya sekedar memata-matai aktivitas Robinson sambil menunggunya berbuat ceroboh.

Tempat di mana Robinson menyimpan tong berisi mayat korbannya. (Sumber)

Robinson pada waktu itu mulai menjalin komunikasi dengan seorang wanita Texas yang bernama Jeanna. Selain karena keduanya sama-sama menggemari BDSM, alasan lain kenapa Jeanna kemudian mau menuruti ajakan Robinson untuk pergi ke Kansas adalah karena Robinson berjanji akan memperkerjakan Jeanna di perusahaan hidroponik miliknya.

Selama melakukan hubungan seks, Robinson kerap melakukan tindakan kekerasan berlebihan terhadap Jeanna & bahkan memotret Jeanna dalam kondisi yang penuh lebam. Karena Jeanna tidak menyukai hal tersebut, Jeanna kemudian melapor kepada polisi yang memang sudah lama menunggu momen yang tepat untuk menangkap Robinson & menggeledah kediamannya.

Hasilnya, polisi berhasil menemukan tong-tong yang digunakan oleh Robinson untuk menyembunyikan mayat. Lalu ketika polisi menyemprotkan zat luminol ke dinding kamar apartemen yang digunakan oleh Robinson & Lewicka untuk menginap, hasil penyinaran memakai sinar ultraviolet menunjukkan bekas cipratan darah Lewicka di dinding.

Ketika Robinson ditangkap pada tahun 2000, tuduhan yang dialamatkan kepadanya baru sebatas kekerasan seksual. Namun menyusul didapatnya bukti-bukti tadi, dakwan kepada Robinson pun meningkat menjadi pembunuhan. Jumlah korban tewas Robinson yang diketahui adalah 8 orang, namun jumlah korban asli Robinson diperkirakan lebih tinggi dari itu.

Lepas dari berapa sebenarnya jumlah korban tewas di tangan Robinson, pada tahun 2003 hakim menjatuhkan vonis hukuman mati kepada Robinson. Namun eksekusi mati Robinson masih ditangguhkan hingga sekarang karena masih adanya jasad korban yang belum ditemukan & keluarga para korban tadi ingin menguburkan jasad mereka secara layak, sementara jasad-jasad tersebut hanya bisa ditemukan jika Robinson masih hidup.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



BIODATA

Nama lengkap : John Edward Robinson
Tempat, tanggal lahir : Cicero (Illinois), 12 Desember 1943
Terkenal sebagai :
pembunuh berantai di AS pada dekade 1980 hingga 1990-an



REFERENSI

Serial Killer Quarterfly - John Edward Robinson....
Crime Library - John E. Robinson, Sr. : The Slavemaster (hal. 1 - 15)

 





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



2 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.