Mengenal Senjata & Tradisi Perang Suku Maori



Penduduk Maori yang sedang berkumpul. (themaori.com)

Selandia Baru adalah nama dari negara kepulauan yang terletak di sebelah tenggara Australia. Di masa kini, mayoritas penduduk Selandia Baru merupakan orang-orang kulit putih keturunan imigran Inggris. Hal yang dimungkinkan karena Selandia Baru dulunya memang merupakan daerah jajahan Inggris. Bahkan hingga sekarang Selandia Baru masih mengakui ratu Inggris sebagai kepala negaranya & menggunkan motif Union Jack dalam bendera nasionalnya.

Selain penduduk keturunan imigran Inggris, Selandia Baru juga dihuni oleh etnis pribumi Maori. Sebelum kedatangan orang-orang Eropa, penduduk Maori hidup membentuk kelompok-kelompok suku kecil yang kerap terlibat konflik 1 sama lain.

Perang antar suku Maori sendiri memiliki sebab-sebab yang beragam, di mana perebutan lahan subur & sumber daya menjadi penyebab perang yang paling umum. Ada pula kasus di mana suatu suku menyatakan perang kepada suku lain untuk mendongkrak "mana" atau pamor suku tersebut di hadapan suku-suku lainnya.

Ketika sudah tiba di medan perang, pasukan dari kedua belah pihak akan melakukan tarian bernama "haka". Saat melakukan haka, para penari akan menghentak-hentakkan senjatanya sambil menunjukkan ekspresi wajah yang menakutkan.

Tujuan mereka melakukan haka sendiri adalah untuk menakut-nakuti pihak lawan sambil memohon kepada dewa supaya pihaknya dibantu memenangkan perang. Haka terdiri dari beragam jenis di mana tarian haka yang dilakukan menjelang perang dikenal dengan istilah "peruperu haka".

Sesudah terjadinya pertempuran, pasukan dari pihak pemenang akan membawa pulang penduduk di desa lawannya untuk dijadikan budak. Ada pula kasus di mana para tahanan perang tersebut dieksekusi untuk dijadikan makanan!

Jika kedua belah pihak tidak tertarik melanjutkan perang, perundingan damai akan digelar untuk memastikan agar pertikaian tidak kembali timbul di kemudian hari. Pernikahan antar anggota 2 kelompok suku merupakan contoh solusi yang digunakan agar masing-masing pihak menghormati kesepakatan damai.



SENJATA KHAS SUKU MAORI

Karena lokasi tinggal suku Maori terisolasi dari daratan berperadaban tinggi lainnya, teknologi persenjataan yang dikenal oleh suku Maori masih tergolong primitif. Sebelum kedatangan bangsa Eropa, mereka tidak mengenal penggunaan senjata berbahan logam & senjata jarak jauh semisal panah.

Kayu, batu, & tulang hewan menjadi bahan baku utama yang digunakan oleh suku Maori untuk membuat senjata. Namun jangan sekali-sekali meremehkan senjata tradisional suku Maori. Pasalnya senjata ciptaan mereka didesain agar bisa mencabut nyawa musuhnya secepat mungkin! Berikut adalah contoh dari senjata-senjata tersebut :


Hoeroa

Hoeroa.

Senjata menyerupai tombak yang terbuat dari tulang ikan paus. Tidak seperti tombak konvensional, hoeroa memiliki postur yang agak melengkung & bagian ujung yang relatif lebar. Berkat bentuknya yang unik tersebut, hoeroa bisa digunakan untuk menusuk sekaligus menghantam lawannya. Hoeroa yang dilengkapi dengan tali juga bisa digunakan untuk pertarungan jarak jauh. Untuk metode pertarungan yang satu ini, pengguna hoeroa akan melemparkan senjatanya layaknya lembing & kemudian menariknya kembali memakai tali.


Huata

Huata dengan ukuran yang berbeda-beda.

Senjata tombak khas suku Maori. Tidak seperti senjata tombak Maori lainnya yang panjangnya tidak sampai 2 meter, senjata yang satu ini panjangnya bisa mencapai 4 meter. Sebagai akibatnya, senjata ini lebih sering digunakan untuk taktik defensif & harus digunakan oleh setidanya 2 orang prajurit. Ketika desa benteng / pa yang mereka huni diserang oleh pasukan musuh, pengguna huata akan berdiri di belakang tembok pagar & menusukkan senjatanya dari balik pagar untuk menghalau prajurit musuh.


Kotiate

Kotiate.

Senjata berbentuk gada pipih yang terbuat dari kayu atau tulang ikan paus. Dalam bahasa Maori, "kotiate" berarti "hati yang terbelah". Nama tersebut digunakan karena senjata ini bentuknya serupa dengan hati manusia yang sudah dibelah. Sebuah indikasi kalau suku Maori memang mengenal praktik kanibalisme.


Mere Pounamu

Mere pounamu.

Senjata berbentuk gada pipih yang terbuat dari batu akik. Senjata ini merupakan salah satu senjata terpenting bagi suku Maori. Pasalnya selain digunakan untuk bertempur, mere pounamu juga menyimbolkan gengsi & identitas pemiliknya. Ketika pemilik mere pounamu meninggal, senjata ini akan dikuburkan bersamanya atau diwariskan kepada anaknya. Sementara jika pemilik senjata ini tewas akibat gugur di medan perang, prajurit lawannya akan mengambil senjata ini sebagai trofi & simbol kemenangan.

Di medan perang sendiri, mere pounamu dioperasikan memakai satu tangan & difungsikan sebagai senjata tusuk sekaligus senjata pukul. Pengguna senjata ini akan menusukkan senjatanya ke arah kepala atau badan musuh supaya musuh mengalami patah tulang & tewas di tempat akibat luka dalam yang dideritanya. Di tangan yang terampil, konon 1 hantaman senjata ini sanggup mencongkel tulang tengkorak lawannya hidup-hidup!


Mira Tuatani & Mata Kautete

Mira tuatani. (picclick.com)

Senjata berupa gada kayu pipih yang dilengkapi dengan potongan gigi hiu atau serpihan batu obisidian tajam di bagian sisinya. Oleh karena itulah, senjata ini juga dikenal dengan nama "gada gigi hiu" (shark tooth club).

Bergantung dari bahan pembuatnya, senjata ini memiliki nama yang bervariasi. Jika senjatanya dipasangi dengan gigi hiu, maka senjata tersebut dikenal dengan nama "tuatani" (bahasa Maori untuk "hiu biru"). Namun jika yang dipasang pada bagian sisi senjata adalah serpihan batu obsidian, maka senjatanya dikenal dengan nama "kautete".

Dengan melihat desain senjatanya, maka senjata ini nampaknya digunakan untuk menebas layaknya pedang. Tidak jarang bagian atas senjata ini dilengkapi dengan ukiran-ukiran yang rumit & dipenuhi celah. Kemudian supaya senjatanya mudah dibawa & digantung, bagian pangkal senjata ini dilengkapi dengan lubang kecil beserta tali.


Patu

Patu onewa. (antiquesreporter.com.au)

Senjata yang bentuknya menyerupai gada pipih. Dalam pertarungan antar sesama prajurit Maori yang masih bugar, pengguna patu onewa akan mencoba melumpuhkan musuhnya dengan cara membuat gerakan menusuk memakai senjata ini. Atau alternatifnya, ia akan memukul bahu lawannya supaya musuh mengalami cedera pada pangkal lengannya & terpaksa menjatuhkan senjatanya. Ketika musuh jatuh tersungkur, pengguna patu onewa akan mencoba membunuh lawannya tersebut dengan cara memukul kepalanya.

Berdasarkan bahannya, patu bisa dibedakan menjadi 3 macam : patu yang terbuat dari kayu, patu yang terbuat dari batu basal (patu onewa), & patu yang terbuat dari tulang ikan paus (patu paraoa). 


Pouwhenua

Pouwhenua. (nzmuseums.co.nz)

Tombak kayu khas suku Maori. Tidak seperti tombak dari benua lainnya, tombak taiaha sama sekali tidak menggunakan bahan logam ataupun batu. Salah satu ujung pouwhenua memiliki penampang yang relatif lebar, sementara bagian ujungnya yang lain berbentuk runcing. Bentuknya tersebut membuat senjata ini bisa digunakan untuk menusuk sekaligus menghantam.


Taiaha

Taiaha. (aotearoa.co.nz)

Tombak khas suku Maori yang lain. Bagian mata tombak ini terbuat dari kayu yang sudah diukir sedemikian rupa supaya terlihat tajam sekaligus indah. Selebihnya, senjata ini memiliki fungsi & teknik penggunaan yang serupa dengan tombak konvensional. Bentuknya yang panjang membuat pengguna senjata ini bisa menusuk lawannya dari kejauhan. Kadang-kadang bagian belakang mata tombak ini juga dilengkapi dengan bulu-bulu anjing untuk membuat penampilannya terlihat semakin indah & khas.


Tewhatewha

Ilustrasi seseorang yang sedang memegang tewhatewha. (teara.govt.nz)

Kapak perang panjang khas suku Maori. Tidak seperti kapak perang konvensional, bagian mata kapak senjata ini terbuat dari kayu yang sudah dipahat hingga berbentuk seperempat lingkaran. Hanya kepala suku yang berhak menggunakan senjata ini. Dalam praktiknya, tewhatewha jarang digunakan untuk bertempur & lebih sering digunakan untuk memberikan tanda kepada prajurit bawahannya.


Wahaika

Wahaika dengan bentuk & warna yang berbeda-beda. (Rudolph89 / wikipedia.org)

Senjata berupa gada pipih yang terbuat dari kayu atau tulang ikan paus. Dalam bahasa Maori, "wahaika" berarti "mulut ikan". Tidak seperti mere atau patu yang bentuknya simetris layaknya mata dayung, wahaika memiliki desain yang asimetris dengan bagian yang berlekuk-lekuk di salah satu sisinya. Karena wahaika memiliki bagian sisi yang tajam, senjata ini bisa memberikan luka sayatan yang fatal kepada musuhnya. Di luar medan perang, wahaika juga digunakan oleh kepala suku saat memberikan pidato & mengikuti upacara tradisional.



METODE PERANG


Seorang prajurit Maori dikenal dengan sebutan "toa", sementara kelompok pasukannya dikenal dengan sebutan "taua". Taua biasanya hanya pergi ke medan perang dengan hanya berjalan kaki atau menaiki perahu (waka).

Tidak banyak perlengkapan perang yang dipakai oleh prajurit Maori karena mereka biasanya pergi ke medan perang hanya dengan bertelanjang dada & mengenakan rok berumbai (maro). Dalam kasus-kasus tertentu, prajurit Maori juga mengenakan kostum kulit anjing (tapahu) untuk mengurangi efek cedera yang bisa ditimbulkan oleh senjata musuh.

Suku Maori juga mengenal praktik pembangunan benteng. Di kalangan mereka, kompleks benteng dikenal dengan sebutan "pa". Sebuah pa biasanya terdiri dari sebuah kompleks pemukiman yang dilindungi dengan pagar kayu & parit di sekelilingnya.

Supaya pa mudah dilindungi & dipertahankan, pa biasanya didirikan di tempat-tempat yang strategis semisal di puncak bukit & di atas tebing. Sejumlah pa juga memiliki gudang makanan & ladang kecilnya sendiri, supaya penghuninya tidak kelaparan ketika sedang dikepung oleh pasukan musuh.

Pa. (thinglink.com)

Perang di kalangan suku Maori biasanya terjadi pada musim panas waktu setempat. Karena pada periode ini, persediaan makanan tengah melimpah & kaum pria memiliki waktu untuk pergi ke medan perang dalam waktu yang lama. Perang biasanya dimulai pada pagi hari, di mana kawasan di sekitar pa menjadi medan konflik yang paling umum.

Orang pertama yang gugur di medan perang dikenal dengan istilah "mataika". Menjadi pembunuh mataika dianggap sebagai hal yang sangat membanggakan bagi suku Maori. Pasalnya seusai perang, jasad mataika nantinya akan dibelah supaya organ hatinya bisa dijadikan persembahan kepada dewa.

Kawasan di sekitar pa bukanlah satu-satunya lokasi di mana konflik antar suku berlangsung. Pertumpahan darah juga terjadi di tepi pantai di mana yang menjadi sasarannya adalah penduduk desa musuh yang sedang berada dalam kondisi lengah. Untuk taktik yang satu ini, pasukan Maori dari suatu desa akan berbaring di tepi pantai sambil memakai lembaran kulit hewan yang berwarna gelap.

Jika dilihat dari kejauhan, orang-orang tadi terlihat seperti bangkai paus kecil yang terdampar. Ketika penduduk dari desa musuh mendatangi mereka untuk memanen "bangkai paus" tersebut, para prajurit yang menyamar tadi langsung menyergap & membunuh mereka.

Bagi penduduk Maori, kesuksesan di medan perang tidak ditentukan oleh ketrampilan prajurit semata, tetapi juga oleh bantuan para dewa. Mitologi Maori sendiri mengenal Tumatauenga (biasa disingkat Tu) sebagai dewa perang & pelindung umat manusia.

Untuk berkomunikasi dengan dewa, penduduk Maori mengandalkan bantuan dukun (tohunga). Tohunga akan melihat pertanda-pertanda yang muncul untuk meramalkan hasil akhir perang. Tohunga juga memiliki tugas memberkati pasukan yang hendak berangkat & menyucikan mereka sesudah pulang dari medan perang.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



REFERENSI

Best, E.. 1941. "The Maori - Volume 2" (hal. 304 - 351). Polynesian Society, Selandia Baru.
(nzetc.victoria.ac.nz/tm/scholarly/tei-Bes02Maor-t1-body-d7.html)

Hitchcock, D.. 2015. "Maori Tools, Weapons and other Artefacts".
(donsmaps.com/maoritools.html)

Keane, B.. 2012. "Riri - traditional Maori warfare".
(teara.govt.nz/en/riri-traditional-maori-warfare/print)

National Army Museum. "Maori Weapons".
(www.armymuseum.co.nz/maori-weapons/)

Tregear, E.. 1904. "The Maori Race" (hal. 308 - 319).
(nzetc.victoria.ac.nz/tm/scholarly/tei-TreRace-t1-body-d15-d2.html)
   





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



1 komentar:

  1. Walaupun tinggal di daerah terisolasi, tapi masih bisa menciptakan peradaban

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.