Perang Sipil Dominika, Upaya AS Menggagalkan "Kuba Kedua"



Pasukan Konstitusionalis yang sedang menaiki tank. (cuslar.org)

Jika kita melihat peta Amerika Tengah, kita bakal menemukan kalau ada 2 negara yang sama-sama memiliki nama "Dominika". Kedua negara tersebut adalah Dominika yang berupa pulau kecil & Republik Dominika yang ukurannya lebih besar.

Jika Dominika adalah negara pulau yang berstatus sebagai Persemakmuran Inggris, maka Republik Dominika adalah negara republik yang berbatasan langsung dengan Haiti & menempati 2/3 bagian timur Pulau Hispaniola. Pulau berukuran sedang yang terletak di sebelah selatan Amerika Serikat (AS).

Republik Dominika memiliki perjalanan sejarah yang dipenuhi pergolakan akibat seringnya negara ini mengalami perang saudara & kudeta. Satu dari sekian banyak pergolakan tersebut adalah perang saudara yang terjadi pada tahun 1965.

Perang di tahun 1965 juga terkenal karena di tengah-tengah perang, AS sempat mengirimkan pasukannya ke Republik Dominika karena adanya kekhawatiran jika negara tersebut bakal berubah menjadi negara komunis. Adapun selain AS, negara-negara Amerika Latin lainnya nantinya juga turut mengirimkan pasukannya ke Republik Dominika untuk melakukan misi perdamaian & membantu penyelesaian konflik.



LATAR BELAKANG

Jika dibandingkan dengan AS, Republik Dominika hanyalah negara kecil. Namun AS tetap menaruh perhatian serius pada Dominika akibat letak geografisnya yang tidak jauh dari AS & Terusan Panama. Tahun 1916 hingga 1924 misalnya, AS sempat mengirimkan pasukannya untuk menduduki Republik Dominika menyusul timbulnya krisis ekonomi & kisruh politik di negara tersebut. Semasa berlangsungnya pendudukan militer, dominasi AS atas perekonomian Republik Dominika semakin menguat menyusul kian banyaknya lahan tebu di negara tersebut yang dikuasai oleh para pengusaha AS.

Tahun 1930, Jenderal Rafael Trujillo naik menjadi presiden baru Dominika usai melakukan kudeta militer. Ketika berkuasa, Trujillo menempatkan anggota keluarganya sendiri di pos-pos pemerintahan, mengeluarkan kebijakan sensor yang ketat, & menggunakan metode pembunuhan untuk menyingkirkan pihak-pihak yang tidak sejalan.

Kendati pemerintah AS sadar akan gaya pemerintahan Trujillo yang kontroversial, AS melakukan pembiaran atas situasi tersebut karena mereka menganggap Trujillo sebagai sekutu yang bisa diandalkan untuk menjaga stabilitas negara & mencegah timbulnya gerakan komunis di Republik Dominika.

Peta lokasi Republik Dominika. (bbc.co.uk)

Tahun 1961, Trujillo tewas dibunuh oleh anggota militer Dominika yang tidak menyukai kepemipinannya. Tewasnya Trujillo lantas memberikan angin segar kepada mereka yang menginginkan kembalinya iklim demokrasi & keterbukaan ke Republik Dominika.

Pemilu multipartai pun digelar pada tahun 1962 & Juan Bosch dari partai PRD terpilih menjadi presiden Dominika yang baru. Namun kemenangan Bosch ganti menuai rasa tidak suka dari golongan militer karena PRD merupakan partai berhaluan kiri & Bosch dicurigai bakal mengubah Dominika menjadi negara komunis.

Kecurigaan tersebut lantas berujung pada timbulnya kudeta militer di tahun 1963. Para pelaku kudeta kemudian menempatkan Donald Reid Cabral sebagai presiden baru Dominika. Namun peristiwa kudeta tadi ganti menuai rasa tidak suka dari golongan militer muda yang merasa kalau peristiwa kudeta tersebut adalah bentuk pelanggaran konstitusi. Maka, pada tanggal 24 April 1965 para tentara muda & warga sipil pendukung Bosch beramai-ramai turun ke jalan untuk memberontak.

Memburuknya kondisi domestik Dominika turut menyita perhatian Lyndon Baines Johnson (LBJ) selaku presiden AS. Ia khawatir Dominika bakal berubah menjadi negara komunis sepenuhnya jika Bosch sampai kembali berkuasa dengan dukungan massa yang sedemikian besar. Apalagi hanya berselang 6 tahun sebelumnya, Kuba yang letaknya juga tidak jauh dari AS baru saja berubah menjadi negara komunis.

Atas pertimbangan itulah, LBJ kemudian memerintahkan pengiriman pasukan AS ke negara tersebut di bawah kode sandi "Operation Power Pack". Supaya ia memiliki dasar pembenaran untuk mengirimkan pasukan AS ke negara lain, LBJ menyatakan kalau pasukan AS dikirim untuk mengevakuasi warga negara AS yang terjebak di Republik Dominika


Lyndon B. Johnson, presiden AS di masa Perang Sipil Dominika. (britannica.com)


LOYALIS VERSUS KONSTITUSIONALIS

Perang sipil Dominika bermula ketika pada tanggal 24 April, para personil militer junior Dominika menyerang 2 gudang senjata & mengambil 30.000 pucuk senjata yang ada di dalamnya. Senjata-senjata tersebut kemudian dimuat ke truk & dibawa ke tengah-tengah ibukota Santo Domingo sebelum kemudian dibagi-bagikan kepada penduduk setempat.

Di tempat lain, para petinggi PRD di Santo Domingo menduduki stasiun radio setempat & menyerukan kepada penduduk setempat untuk berjuang mengembalikan Bosch ke kursi presiden. Begitu mengetahui peristiwa tersebut, Reid lalu meminta kepada angkatan bersenjata negaranya untuk menumpas para pemberontak yang menyebut diri mereka sebagai "Konstitusionalis" (penegak konstitusi).

Alih-alih menurut, para petinggi angkatan bersenjata menolak untuk ikut campur. Sebagai akibatnya, Reid kini hanya bisa mengandalkan polisi untuk menghadapi para pemberontak. Situasi kian tidak menguntungkan bagi Reid setelah para personil militer muda Dominika menyandera kepala angkatan bersenjata Riviera Cuesta.

Hari berganti, massa Konstitusionalis yang dilengkapi dengan senapan, meriam, & bazooka bertindak semakin beringas. Mereka menyisir setiap sudut kota & menembak mati setiap anggota polisi yang mereka temukan. Merasa ketakutan melihat tindak tanduk para anggota Konstitusionalis, polisi Santo Domingo beramai-ramai melarikan diri & melepas seragamnya.

Di hari yang sama, partai politik Dominika lainnya yang bernama MPD & juga berhaluan kiri menduduki tempat-tempat pengisian bensin setempat, supaya bahan bakar minyak yang tersimpan di sana bisa dimanfaatkan untuk membuat bom molotov. Ketika semakin banyak wilayah di ibukota yang berhasil dikuasai oleh massa pendukung Bosch, mereka kemudian memasang barikade di sejumlah titik di jalanan untuk mengantisipasi serangan balik militer pemerintah.

Militer Dominika sendiri baru bersedia untuk turun berperang setelah keesokan harinya, Reid mengangkat Wessin y Wessin sebagai kepala angkatan bersenjata yang baru. Jika kubu pemberontak menyebut diri mereka sebagai Konstitusionalis, maka pasukan Dominika yang dipimpin oleh Wessin menyebut diri mereka sebagai "Loyalis" yang loyal pada pemerintah berkuasa.

Pesawat P-51 Mustang. (mustangsmustangs.net)

Kemauan militer Dominika untuk berperang sayangnya datang terlambat. Pada tanggal 25 April pukul 10 pagi, pasukan Konstitusionalis menyerbu istana presiden & menyandera Reid. Jose Rafael Molina Urena lalu diangkat menjadi presiden sementara yang baru hingga Bosch kembali dari pengasingannya di Puerto Riko.

Alih-alih mengakui Urena sebagai pemimpin baru Dominika, kubu Loyalis memilih untuk melanjutkan perang. Pada siang hari, 4 pesawat P-51 Mustang milik kubu Loyalis melakukan serangan udara ke istana presiden. Sore harinya, giliran perahu tempur Loyalis yang ikut ambil bagian dengan cara menembaki istana presiden dari arah Sungai Ozama.

Sementara itu di dalam istana presiden, Reid nyaris menjadi korban main hakim sendiri oleh warga sipil yang mendatangi istana presiden. Kolonel Francisco Caamano yang memimpin penyerbuan pasukan Konsitusionalis ke istana presiden lantas memutuskan untuk menyembunyikan Reid di ruang bawah tanah sebelum kemudian membiarkannya pergi di malam hari - kemungkinan untuk mencegah timbulnya kesan negatif kalau Reid tewas dibunuh tanpa diadili terlebih dahulu. Reid yang bebas kemudian pergi bersembunyi di rumah salah seorang sahabatnya di Santo Domingo.

Tanggal 26 April, perang sipil Dominika sudah berkembang menjadi semakin tak terkendali. Semakin banyaknya warga sipil yang bergabung menjadi anggota Konstitusionalis menyebabkan aktivitas kubu Konstitusionalis di lapangan kian sulit untuk dikontrol. Mereka kini mengicar rumah-rumah milik keluarga personil angkatan udara Loyalis & menyandera para penghuninya.

Pasukan Loyalis lantas menanggapi peristiwa tersebut dengan cara melakukan serangan darat ke Santo Domingo dari arah utara pada tanggal 27 April. Hasilnya, mereka berhasil menguasai bagian utara ibukota yang berada di sisi barat Sungai Ozama.


Massa anggota Konstitusionalis. (adst.org)


MASUKNYA PASUKAN ASING

Warga negara asing juga tidak luput dari ancaman pasukan Konstitusionalis. Masih di tanggal 27 April, para personil Konstitusionalis menyerang Hotel Embajador di Santo Domingo barat yang ditempati oleh sejumlah warga negara AS.

Sehari pasca peristiwa tersebut, LBJ langsung menggelar pidato resmi & mengumumkan pengiriman pasukan AS ke Republik Dominika untuk menyelamatkan warga sipil AS yang terjebak di sana. Namun selain untuk misi evakuasi, LBJ secara diam-diam juga sudah menginstruksikan pasukan AS yang diberangkatkan ke Dominika untuk menggagalkan berdirinya rezim komunis di negara tersebut.

Pasukan pertama AS tiba di Santo Domingo pada tanggal 29 April lagi. Setibanya di sana, mereka langsung mendirikan zona aman di antara Hotel Embajador & Kedutaan Besar AS. Warga sipil asing - utamanya AS - yang sudah berkumpul di sana lalu diangkut memakai helikopter & diterbangkan ke kapal-kapal perang yang sudah disiagakan di lepas pantai Dominika. Di hari yang sama pada malam harinya, pasukan AS mendarat di pangkalan udara San Isidro yang terletak di sebelah timur Santo Domingo & sedang dikuasai oleh kubu Loyalis.

Pasukan AS yang bergerak dari San Isidro tiba di tepi Santo Domingo pada tanggal 30 April malam. Keesokan harinya, pasukan AS mulai mengalir ke dalam kota untuk menciptakan semacam zona aman yang membentang di antara Hotel Embajador di sebelah barat & Sungai Ozama di sebelah timur. Pasca terbentuknya zona ini, Santo Domingo ibarat terbelah ke dalam 3 bagian : wilayah utara yang dikuasai oleh Loyalis, wilayah tengah yang dikuasai oleh AS, & wilayah tenggara yang dikuasai oleh Konstitusionalis.

Peta zona aman di Santo Domingo (garis putus-putus). (L'amateur d'aƩroplanes / wikipedia.org)

Didirikannya zona ini membawa manfaat lain : pasukan Konstitusionalis tidak bisa memasuki wilayah kekuasaan Loyalis & pasukan Loyalis juga tidak bisa memasuki wilayah lawannya. AS sendiri dalam perang ini memang berusaha mencitrakan dirinya sebagai pihak yang netral supaya bisa mendapatkan dukungan dari negara-negara Amerika lainnya terkait penyelesaian perang ini. Kendati perang masih belum berakhir, keberadaan zona aman yang didirikan oleh pasukan AS membuat intensitas kontak senjata mengalami penurunan yang signifikan.

Setelah berhasil menurunkan intensitas konflik di lapangan, rencana AS yang berikutnya adalah mengajak negara-negara Amerika lainnya untuk ikut menerjunkan pasukan perdamaian di Dominika. Pasukan yang dimaksud akhirnya berhasil dibentuk pada tanggal 23 Mei dengan nama "Inter-American Peace Force" (IAPF; Pasukan Perdamaian Antar Amerika). Komposisi keanggotaannya terdiri dari personil bersenjata AS & negara-negara Amerika Latin seperti Brazil, Paraguay, Nikaragua, & Kosta Rika.

Tanggal 4 September 1965, Hector Garcia-Godoy dilantik menjadi presiden sementara Republik Dominika. Selama menjabat, Garcia-Godoy berulang kali menjadi sasaran percobaan kudeta. Tanggal 9 September contohnya, Wessin mencoba mengkudeta Garcia-Godoy dengan cara mengirimkan pasukan tank ke ibukota. Namun upaya kudeta tersebut berhasil digagalkan & Wessin kemudian diasingkan ke Florida.

Tanggal 21 November, giliran kubu Konstitusionalis yang berulah dengan cara menyandera stasiun radio di luar ibukota & mengumumkan berdirinya pemerintahan tandingan. Seperti halnya upaya kudeta Wessin, upaya kudeta mereka juga berhasil digagalkan oleh pasukan IAPF.

Tentara AS di Republik Dominika. (Denniscabrams / wikipedia.org)

Momen yang menentukan masa depan Republik Dominika akhirnya jatuh pada bulan Januari 1966. Di bulan tersebut, Republik Dominika menggelar pemilu untuk menentukan pemimpin baru berdasarkan pilihan rakyat.

Bosch kembali berpartisipasi dalam pemilu ini, namun kali ini ia harus keluar sebagai pecundang karena Joaquin Balaguer berhasil memenangkan pemilu usai mengumpulkan 57 persen suara. Dengan membaiknya kondisi internal Dominika & terpilihnya pemimpin baru negara tersebut, pasukan IAPF ditarik mundur dari Dominika & dibubarkan pada bulan September 1966.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
-  Waktu : 1965
-  Lokasi : Republik Dominika

Pihak yang Bertempur
(Grup)  -  Loyalis Republik Dominika
        melawan
(Grup)  -  Konstitusionalis Republik Dominika
       melawan
(Negara)  -  negara-negara anggota IAPF

Hasil Akhir
-  Perang berakhir tanpa pemenang yang jelas
-  Joaquin Balaguer terpilih menjadi presiden baru di tahun 1966

Korban Jiwa
-  Republik Dominika : + 4.000 jiwa
-  IAPF : 237 jiwa



REFERENSI

Coleman, D.. 2015. "The Dominican Intervention".
(nsarchive2.gwu.edu/NSAEBB/NSAEBB513/)

GlobalSecurity.org. "Operation Powerpack".
(www.globalsecurity.org/military/ops/powerpack.htm)

Greenberg, L.M.. 1987. "United States Army Unilateral and Coalition Operations in the 1965 Dominican Republic Intervention".
(www.dtic.mil/dtic/tr/fulltext/u2/a181823.pdf)

Roblin, S.. 2016. "In 1965, U.S. and Dominican Tanks Fought Brief, Violent Skirmishes".
(warisboring.com/in-1965-u-s-and-dominican-tanks-fought-brief-violent-skirmishes/)

Wiarda, H. J.. 2008. "Dominican Republic". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.
   





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.