Perang Seminole, Petaka Bagi Suku Indian di Florida



Pasukan Seminole saat mengepung benteng AS. (britannica.com)

Florida adalah nama dari kawasan semenanjung yang terletak di sebelah tenggara Amerika Serikat (AS). Di masa kini, Florida terkenal dengan wisata pantainya yang indah sekaligus mewah. Sebagai akibatnya, Florida pun kini banyak dikunjungi oleh wisatawan dari dalam & luar AS. Namun di balik semua gemerlap tersebut, Florida juga memiliki sejarah kelamnya sendiri. Perang Seminole yang pernah terjadi di Florida pada abad ke-19 adalah contoh dari sejarah kelam tersebut.

Perang Seminole / Perang Florida adalah sebutan untuk konflik bersenjata yang terjadi antara pasukan AS melawan suku Indian Seminole yang bermukim di Florida. Berdasarkan waktu kejadiannya, Perang Seminole bisa dibagi ke dalam 3 periode : Perang Seminole Pertama (1816 - 1818), Perang Seminole Kedua (1835 - 1842), & Perang Seminole Ketiga (1855 - 1858). Akibat perang ini, jumlah orang Seminole di Florida yang awalnya mencapai ribuan orang seusai perang jumlahnya menurun tajam hingga tinggal kurang dari 200 orang.



LATAR BELAKANG

Tahun 1776, sebanyak 13 koloni milik Inggris di pantai timur Amerika Utara mengumumkan kemerdekaannya sekaligus menandai berdirinya negara AS. Karena Inggris tidak mau mengakui deklarasi kemerdekaan tersebut, perang pun timbul antara pasukan pro-kemerdekaan melawan pasukan Inggris & penduduk koloni yang masih setia kepada Inggris. Seiring berjalannya waktu, negara-negara musuh Inggris seperti Perancis & Spanyol turut melibatkan diri dalam perang dengan memihak kepada AS.

Tahun 1783, perang berakhir menyusul dicapainya perjanjian damai di Paris, Perancis. Selain mengakui kemerdekaan AS, dalam perjanjian tersebut Inggris juga diharuskan menyerahkan wilayah Florida kepada Spanyol. Pasca diresmikannya perjanjian damai di Paris, orang-orang Inggris pun berduyun-duyun pergi meninggalkan Florida. Untuk mengisi kekosongan & memastikan supaya wilayahnya tetap produktif, Spanyol kemudian mengundang orang-orang dari luar Florida untuk bermukim di Florida.

Peta AS & Florida di tahun 1800.

Situasi tersebut lantas dimanfaatkan oleh orang-orang Indian di dekat Florida untuk bermigrasi ke Florida bagian utara & menetap di sana supaya terhindar dari konflik di tanah asalnya. Orang-orang Indian ini kelak dikenal dengan nama "Seminole", di mana nama tersebut diperkirakan berasal dari bahasa suku Indian Creek "simano li" yang kurang lebih memiliki makna "pembelot". Adapun kalau menurut teori lain, nama "Seminole" aslinya berasal dari bahasa Spanyol "cimarron" yang berarti "liar".

Dalam perkembangannya, budak-budak kulit hitam asal AS juga banyak yang melarikan diri ke perkampungan suku Seminole supaya aman dari kejaran majikan & aparat hukum AS. Suku Seminole sendiri tidak keberatan dengan kedatangan budak-budak tersebut & bahkan membiarkan mereka hidup bebas bersama dengan orang-orang Seminole.

Saat jumlah budak kulit hitam yang melarikan diri ke wilayah Seminole semakin banyak, otoritas AS pun mulai mempertimbangkan opsi militer supaya budak-budak kulit hitam di AS tidak bisa lagi menggunakan wilayah Seminole sebagai tempat tujuan pelariannya.

Di tempat lain, Inggris sendiri ternyata masih belum rela melihat AS lepas dari kekuasaannya. Maka, Inggris pun lantas memasok senjata api kepada suku-suku Indian (termasuk Seminole) & budak-budak kulit hitam buronan AS supaya mereka bisa memerangi AS sehingga AS tidak bisa memperluas wilayahnya sendiri.

Dampaknya, konflik bersenjata antara orang-orang AS dengan suku Seminole & budak kulit hitam pun menjadi semakin sengit. Jika itu masih belum cukup, sejak tahun 1812 AS juga kembali terlibat perang melawan Inggris dalam perang yang juga dikenal sebagai "Perang 1812" (War of 1812).



PERANG SEMINOLE PERTAMA (1816 - 1818)

Pada tahun 1814, Inggris mendirikan benteng di Florida sebagai cara untuk mengepung wilayah AS dari utara (Kanada) & selatan (Florida) sekaligus. Benteng tersebut kemudian ditempati oleh orang-orang Indian & kulit hitam yang sudah dipersenjatai oleh Inggris.

Saat Perang 1812 berakhir di akhir tahun 1814 & pasukan Inggris ditarik mundur dari Florida, benteng tersebut tetap ditempati oleh orang-orang Indian & kulit hitam tadi. Oleh karena itulah, benteng tersebut juga dikenal dengan sebutan "Negro Fort" (Benteng Negro / Kulit Hitam).

Seiring berjalannya waktu, benteng tersebut menjadi pintu gerbang bagi budak-budak kulit hitam yang baru saja melarikan diri dari wilayah AS & ingin memulai kehidupan baru secara bebas di Florida. Atas tekanan dari para majikan budak berpengaruh yang tinggal di AS, pasukan AS pun kemudian melancarkan invasi ke Negro Fort pada bulan Juli 1816.

Dalam invasi tersebut, pasukan AS juga dibantu oleh kawanan suku Indian Creek yang dipimpin oleh kepala suku McIntosh & dijanjikan hadiah uang jika bersedia menangkapi budak-budak kulit hitam yang sedang menjadi buronan.

Ilustrasi pasukan kulit hitam yang sedang menjaga Negro Fort. (blackthen.com)

Upaya untuk menyerbu Negro Fort sama sekali tidak mudah karena orang-orang kulit hitam yang menjaga benteng tersebut akan langsung menembakkan senapannya kepada setiap prajurit yang berada dalam jangkauan jarak tembaknya. Mereka juga tidak mengindahkan seruan orang-orang Creek untuk menyerah karena mereka tidak ingin kembali hidup sebagai budak. Untuk mengatasinya, kapal perang pun kemudian dikirimkan ke Sungai Appalachicola untuk membantu menggempur Negro Fort.

Kapal yang dimaksud akhirnya tiba di dekat Negro Fort pada tanggal 27 Juli. Seperti yang sudah diduga, kapal tersebut langsung dihujani dengan tembakan dari milisi-milisi kulit hitam yang menjaga Negro Fort.

Kapal tersebut langsung membalasnya dengan cara melepaskan tembakan meriam yang sukses melubangi dinding benteng & kemudian menghantam gudang mesiu di dalam benteng. Akibatnya, ledakan besar pun langsung tercipta & sebanyak 270 orang kulit hitam tewas dalam ledakan tersebut.

Meskipun Negro Fort berhasil dihancurkan, konflik antara pasukan AS melawan pasukan Seminole & kulit hitam masih jauh dari kata berakhir. Sekarang pasukan milisi Seminole melancarkan serangan sporadis ke pos-pos militer & perkampungan milik orang-orang AS yang terletak tidak jauh dari Florida.

Sadar kalau serangan tersebut hanya bisa dihentikan jika pasukan AS melancarkan serangan langsung ke wilayah Seminole di Florida, pada musim semi tahun 1818 pasukan AS yang berkekuatan 7.500 personil melakukan invasi ke Florida.

Dalam invasi tersebut, pasukan AS yang dipimpin oleh Andrew Jackson berhasil menghancurkan sejumlah pemukiman milik orang-orang Seminole & bahkan menduduki benteng milik Spanyol di Pensacola, kota di Florida utara yang juga berstatus sebagai ibukota koloni Florida Spanyol.

Pasukan AS juga mengeksekusi 2 orang Inggris yang bernama Alexander Arbuthnot & Robert Ambrister atas tuduhan memasok persenjataan kepada orang-orang Seminole. Akibatnya, hubungan antara AS dengan Inggris sempat kembali memanas sehingga AS terpaksa menarik mundur pasukannya dari Florida sebelum orang-orang Seminole berhasil ditumpas sepenuhnya.


Lukisan mengenai pasukan AS dalam Perang Seminole. (waldoelmore / pinterest.com)


FLORIDA SEBAGAI WILAYAH BARU AS (1822)

Tahun 1819, Spanyol & AS meresmikan Traktat Adams-Onis. Berdasarkan traktat ini, Spanyol setuju untuk menyerahkan kepemilikan Florida kepada AS. Sebagai gantinya, hutang Spanyol kepada AS yang berjumlah 5 juta dollar akan dihapuskan. Dicapainya traktat ini sekaligus menandai dimulainya perjalanan sejarah Florida sebagai bagian dari AS. Namun baru pada tahun 1822, Florida resmi menjadi wilayah baru AS.

Masuknya Florida ke dalam wilayah AS lantas diikuti dengan masuknya orang-orang kulit putih AS ke Tallahassee, wilayah di Florida utara yang banyak dihuni oleh orang-orang Seminole. Konflik perebutan lahan pun lantas timbul di antara keduanya. Untuk mengatasinya, pada tahun 1823 gubernur Florida & perwakilan Seminole menandatangani Traktat Moultrie Creek.

Berdasarkan traktat tersebut, orang-orang Seminole yang awalnya tinggal di Florida bagian utara akan dipindahkan ke wilayah Florida tengah. Orang-orang Seminole juga diharuskan berhenti menampung budak-budak kulit hitam yang melarikan diri dari majikannya. Sebagai gantinya, pemerintah AS akan menjamin keamanan orang-orang Seminole di wilayah barunya.

Namun masalah baru kemudian timbul karena orang-orang Seminole yang hidup dari aktivitas bertani & beternak merasa kalau mereka tidak bisa mencukupi kebutuhan pangannya secara mandiri di wilayah barunya ini.

Masalah tersebut ternyata bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan apa yang bakal terjadi beberapa tahun kemudian. Pada tahun 1829, Andrew Jackson - petinggi militer AS dalam Perang Seminole Pertama - terpilih sebagai presiden AS yang baru.

Setahun kemudian, rezim Jackson berhasil mengesahkan Undang-Undang Pemindahan Suku Indian di mana berdasarkan UU baru ini, orang-orang Indian yang menempati wilayah AS akan dipindahkan secara paksa ke wilayah di sebelah barat Sungai Mississippi (sekarang termasuk dalam wilayah modern AS tengah).

Peta Sungai Mississippi. (adamhunter.me)

Sejumlah kepala suku Seminole kemudian diundang untuk menginspeksi langsung wilayah di sebelah barat Sungai Mississippi yang rencananya kelak bakal menjadi rumah baru mereka. Selama mereka memeriksa wilayah tersebut, mereka juga menandatangani traktat dengan pemerintah AS yang pada intinya menyatakan kalau suku Seminole bersedia untuk pindah ke wilayah tadi. Namun saat para kepala suku tersebut sudah tiba kembali di Florida, mereka menolak mengakui isi traktat karena mereka merasa sudah ditipu untuk menyetujui traktat tersebut.

Tidak semua kepala suku Seminole menolak untuk pindah ke sebelah barat Sungai Mississippi. Charley Emathla adalah salah satu kepala suku tersebut. Sebagai cara untuk menghukum Emathla sekaligus memperingatkan orang-orang Seminole yang lain supaya tidak mengikuti tindakan Emathla, seorang pemuda Seminole yang bernama Osceola kemudian nekat membunuh Emathla pada tahun 1835. Sesudah itu, Osceola kemudian mengajak orang-orang Seminole untuk memulai perang gerilya melawan pasukan AS dengan memanfaatkan kondisi alam Florida yang penuh dengan rawa & hutan.



PERANG SEMINOLE KEDUA (1835 - 1842)

Jumlah milisi Seminole yang terlibat dalam Perang Seminole Kedua mencapai 1.000 personil. Pasukan AS di Florida di lain pihak hanya berjumlah kurang lebih separuhnya, namun mereka dilengkapi dengan meriam & perbentengan yang tersebar di berbagai penjuru Florida.

Meskipun begitu, keterbatasan jumlah personil pada gilirannya menyebabkan pasukan AS tidak bisa melindungi setiap wilayah Florida secara optimal. Sebagai akibatnya, pasukan Seminole bisa melakukan penyerangan secara leluasa ke ladang-ladang tebu yang berada di kawasan pesisir Florida.

Saat intensitas serangan yang dilakukan oleh pasukan Seminole di ladang tebu utara semakin parah, petinggi militer AS kemudian memerintahkan pasukan yang ada di Fort King, Florida tengah, untuk pergi menuju Florida utara supaya pasukan Seminole tidak bisa lagi menyerang kawasan tersebut & mengacaukan industri tebu setempat. Rencananya setelah pasukan tersebut pergi meninggalkan Fort King, benteng tersebut akan ganti dijaga oleh pasukan yang didatangkan dari Fort Brooke, benteng lain yang terletak di sebelah selatan Fort King.

Osceola. (Jujutacular / wikipedia.org)

Di tempat lain, begitu Osceola mendapatkan informasi kalau ada pasukan dari Fort Brooke yang sedang diberangkatkan menuju Fort King, ia lalu memerintahkan pasukannya untuk bersiap menyergap pasukan dari Fort Brooke yang dipimpin oleh Mayor Dade. Osceola sengaja memilih lokasi yang terletak di sisi empang sebagai lokasi penyergapannya supaya pasukan musuh tidak bisa melarikan diri. Osceola juga tahu kalau pasukan pimpinan Dade memiliki kebiasaan buruk untuk membiarkan pakaiannya berada dalam kondisi terkancing di atas sabuk pelurunya supaya tidak terkena udara dingin.

Serangan tersebut akhirnya benar-benar terjadi pada tanggal 28 Desember 1835. Begitu Dade & pasukannya sudah tiba di lokasi penyergapan, pasukan Seminole langsung menembaki pasukan AS dari 3 penjuru sekaligus.

Sejumlah tentara AS dengan tergesa-gesa kemudian menggunakan meriamnya untuk memukul balik pasukan Seminole. Namun saat mereka kehabisan peluru meriam, sebanyak 180 milisi Seminole yang dilengkapi dengan kapak tomahawk langsung berhamburan maju & membunuh para tentara tersebut.

Akibat serangan ini, sebanyak 100 tentara AS gugur di tempat. Hanya 3 tentara AS yang berhasil tiba di Fort King dengan selamat untuk melaporkan musibah yang baru saja menimpa mereka. Dade sendiri menjadi salah satu korban tewas dalam peristiwa penyergapan ini sehingga peristiwa ini kelak juga dikenal dengan sebutan "Pembantaian Dade" (Dade Massacre).

Memburuknya kondisi di Florida lantas mendorong tokoh-tokoh militer AS berhamburan masuk ke Florida. Edmund P. Gaines yang sudah terlibat sejak Perang Seminole Pertama pergi ke Florida pada bulan Februari 1836 setelah sebelumnya berhasil mengumpulkan 1.000 prajurit di New Orleans, sebelah barat Florida. Sementara itu jenderal-jenderal AS yang sudah ditempatkan lebih dulu di Florida mencoba menjaga agar pasukannya selalu berada dalam kondisi cukup personil dengan cara merekrut milisi & relawan dari penduduk lokal.

Peta Perang Seminole. (floridahistory.org)

Kombinasi dari hal-hal tersebut membuat pasukan Seminole yang awalnya berada di atas angin berada dalam kondisi yang kian terpojok. Sadar kalau pihaknya tidak bisa terus menerus melanjutkan perlawanan bersenjata, Osceola kemudian pergi ke St. Augustine sambil membawa bendera putih pada bulan Oktober 1837 dengan maksud ingin berunding. Namun sesampainya di sana, ia justru ditangkap oleh pasukan AS & dipenjara hingga ajal menjemputnya pada tahun 1838.

Ditangkapnya Osceola tidak serta menghentikan perang karena milisi-milisi Seminole yang masih tersisa memilih untuk terus melanjutkan perlawanan dari kawasan pelosok. Namun karena tidak ada lagi tokoh Seminole yang memiliki kharisma layaknya Osceola, intensitas serangan yang dijalani oleh pasukan Seminole sejak itu mengalami penurunan tajam.

Dampaknya, banyak orang Seminole yang kemudian mengubah pendiriannya & bersedia dipindahkan ke sebelah barat Sungai Mississippi. Tahun 1842 seiring dengan kian membaiknya kondisi keamanan di Florida, Perang Seminole Kedua resmi dinyatakan berakhir oleh pemerintah AS.

Perang Seminole Kedua merupakan salah satu perang tersulit yang pernah dijalani oleh pasukan AS saat berhadapan dengan suku Indian. Akibat perang ini, AS harus kehilangan 2.000 orang tentara & harus mengeluarkan biaya hingga 60 juta dollar. Selama berlangsungnya perang, selainkan menerjunkan 5.000 tentara reguler, AS juga menerjunkan 20.000 milisi relawan. Seusai Perang Seminole Kedua, sebanyak lebih dari 3.000 orang Seminole berhasil dipindahkan ke wilayah di sebelah barat Sungai Mississippi.


Billy Bowlegs. (arpeika / pinterest.com)


PERANG SEMINOLE KETIGA (1855 - 1858)

Kendati ribuan orang Seminole sudah bermigrasi ke sebelah barat seusai Perang Seminole Kedua, masih ada orang-orang Seminole yang berkeras untuk tetap tinggal di kawasan pedalaman di ujung selatan Florida. Satu dari sedikit orang Seminole yang masih menetap di Florida adalah Billy Bowlegs.

Untuk memancing supaya Billy & para pengikutnya keluar dari persembunyiannya, pasukan AS memasuki perkebunan pisang milik orang Seminole & kemudian merusaknya. Sesuai keinginan militer AS, Billy yang merasa tersulut atas tindakan pasukan AS kemudian mengajak para pengikutnya untuk kembali melakukan perang gerilya melawan pasukan AS.

Karena kekuatan pasukan Seminole pada fase ini sudah jauh menurun, konflik yang berlangsung pada fase ini pada umumnya hanya berupa kontak senjata kecil-kecilan. Tahun 1858, Billy yang merasa tidak sanggup lagi melanjutkan perlawanan memutuskan untuk menyerah & setuju untuk pindah bersama dengan para pengikutnya ke Teritori Indian yang terletak di sebelah barat Sungai Mississippi.

Orang-orang Seminole di Florida sendiri tidak benar-benar menghilang sepenuhnya karena tidak semua pengikut Billy bersedia untuk ikut pindah ke Teritori Indian. Sementara pemerintah AS sendiri seusai Perang Seminole Ketiga memutuskan untuk tidak melakukan tindakan apa-apa kepada mereka.

Baru semenjak abad ke-20, pemerintah AS mengeluarkan aneka kebijakan untuk memperbaiki nasib orang-orang Seminole di Florida. Sekarang, dengan memanfaatkan kondisi Miami sebagai kawasan wisata yang ramai, banyak orang Seminole di Florida yang terlibat dalam bisnis cendera mata, perhotelan, hingga rumah judi / kasino.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



RINGKASAN PERANG

Waktu & Lokasi Pertempuran
-  Waktu : 1816-18, 1835-42, 1855-58
-  Lokasi : Florida

Pihak yang Bertempur
(Grup)  -  Seminole
       melawan
(Negara)  -  Amerika Serikat

Hasil Akhir
-  Kemenangan pihak Amerika Serikat
-  Ribuan orang Seminole dipindahkan keluar Florida

Korban Jiwa
Tidak jelas (korban di pihak AS mencapai lebih dari 2.000 jiwa)



REFERENSI

- . 2008. "Osceola". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

 - . 2008. "Seminole Wars". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Exploring Florida. "The Seminole Wars".
(fcit.usf.edu/florida/lessons/sem_war/sem_war1.htm)

Florida Memory. "Timeline of the The Florida Seminoles".
(www.floridamemory.com/learn/classroom/learning-units/seminoles/timeline/)

GlobalSecurity.org. "American Military Strategy In The Second Seminole War".
(www.globalsecurity.org/military/library/report/1995/WJC.htm)

GlobalSecurity.org. "Seminoles Conflict".
(www.globalsecurity.org/military/ops/seminoles.htm)

Seminole National Museum. "The Seminole Wars".
(www.seminolenationmuseum.org/history/seminole-nation/the-seminole-wars/)

U-S-History.com. "First Seminole War".
(www.u-s-history.com/pages/h1129.html)

U-S-History.com. "Second Seminole War".
(www.u-s-history.com/pages/h1139.html)

U-S-History.com. "Third Seminole War".
(www.u-s-history.com/pages/h1156.html)

Wasserman, A.. 2009. "The "Negro Fort" massacre".
(libcom.org/history/negro-fort-massacre)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



2 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.