Axolotl, Salamander Menakjubkan dari Bumi Aztec



Sepasang axolotl di dalam akuarium. (ZeWrestler / wikimedia.org)

Jika anda gemar membaca komik atau hobi menonton film-film bergenre superhero, maka anda pasti pernah mendengar karakter yang bernama Deadpool. Ya, itu adalah karakter dari seri komik X-Men yang digambarkan memiliki penampilan menyerupai ninja. Di dalam ceritanya, Deadpool diperlihatkan memiliki kemampuan penyembuhan diri yang luar biasa sehingga ia tidak bisa mati kendati terkena kanker ganas ataupun diberondong peluru.

Namun tahukah anda kalau di dunia nyata, ternyata ada hewan dengan kemampuan serupa? Hewan dengan kemampuan hebat tersebut adalah axolotl, sejenis hewan amfibi yang berasal dari Meksiko. Dalam bahasa Nahuatl (bahasa suku Aztec), nama "axolotl" berarti "makhluk air".

Nama "axolotl" juga digunakan karena terinspirasi dari nama Xolotl, dewa berkepala anjing dalam mitologi Aztec yang diceritakan mengubah wujudnya menjadi hewan axolotl supaya dirinya tidak dijadikan korban persembahan kepada matahari & bulan. Namun Xolotl pada akhirnya berhasil ditangkap & dibunuh sehingga sejak itu, ia menjadi dewa penunggu alam kematian.

Kembali ke soal hewannya. Axolotl (Ambystoma mexicanum) juga dikenal dengan sebutan "ikan berjalan Meksiko" (Mexican walking fish) karena hewan ini memiliki 4 kaki & menghabiskan seluruh hidupnya di bawah air. Namun nama ini sebenarnya tidaklah tepat karena axolotl bukanlah ikan, melainkan salamander.

Apa yang membuat axolotl berbeda dengan salamander pada umumnya adalah axolotl bisa tetap memiliki organ insang kendati sudah menginjak usia sekian tahun. Organ insang axolotl nampak seperti helai-helai bulu di bagian lehernya.

Habitat asli axolotl berada di danau yang terdapat di Lembah Meksiko, kawasan yang sekarang juga menjadi lokasi dari Mexico City. Kalau di masa lampau, kawasan tersebut juga menjadi lokasi dari Tenochtitlan, ibukota kerajaan bangsa Aztec.

Pada awalnya, axolotl dapat ditemukan di danau-danau yang terletak di Lembah Meksiko seperti Danau Texcoco, Chalco, & Xochimilco. Namun akibat kegiatan pengeringan danau yang dilakukan oleh manusia, danau-danau tersebut mengalami penyusutan drastis sehingga sekarang axolotl hanya dapat ditemukan di Danau Xochimilco.

Peta lokasi Xochimilco. (britannica.com)

Karena axolotl pada dasarnya adalah sejenis salamander, axolotl pun memiliki penampilan yang tidak berbeda jauh dari salamander kebanyakan. Tubuhnya berbentuk memanjang dengan ekor yang pipih vertikal & 4 kaki pendek di kedua sisi tubuhnya.

Axolotl memiliki warna yang beragam, di mana warna hitam & putih merupakan warna yang paling sering ditemui. Axolotl dewasa juga memiliki paru-paru, namun ia tidak pernah menggunakannya karena ia masih memiliki organ insang & lebih suka menghabiskan hidupnya di bawah air.



HEWAN PENGUASA DANAU

Axolotl bisa tumbuh hingga sepanjang 30 cm. Berkat ukurannya tersebut & pola hidupnya sebagai hewan karnivora, axolotl pun memiliki peran sebagai predator puncak dalam siklus rantai makanan di danau kecil yang menjadi habitat liarnya.

Axolotl pada dasarnya mau memakan hewan apapun selama hewan tersebut berukuran lebih kecil dari dirinya. Entah itu siput, ikan, cacing, hingga serangga air. Tidak jarang axolotl yang berukuran lebih besar memakan axolotl lain yang berukuran lebih kecil.

Axolotl pada dasarnya bisa melakukan perkawinan kapan saja, namun musim kawin mereka cenderung berlangsung pada bulan Maret hingga Juni. Saat hendak kawin, masing-masing axolotl akan saling menyentuh kloaka pasangannya & kemudian berjalan secara melingkar. Sesudah itu, pejantan akan pergi ke arah lain sambil mengguncangkan ekornya dengan diikuti oleh betina.

Pejantan selanjutnya akan mengeluarkan gumpalan selongsong putih yang berisi spermanya. Saat betina berjalan melintasi selongsong tersebut, betina akan menghisap sperma pada selongsong melalui lubang kloakanya.

Sesudah membuahi telurnya sendiri, axolotl betina kemudian akan pergi untuk mengeluarkan telur-telurnya. Sekali bertelur, jumlah telur yang dikeluarkan oleh axolotl betina berkisar antara 100 hingga 300 butir.  Axolotl betina sendiri diketahui bisa mengeluarkan lebih dari 1.500 butir telur sepanjang musim kawin.

Telur-telur tersebut dilekatkan oleh axolotl betina pada tanaman air atau batu. Sesudah 2 minggu atau kurang, telur-telur tersebut akan menetas menjadi bayi axolotl yang sudah harus mencari makan sendiri.

Fase berudu axolotl. (159cats / youtube.com)

Karena axolotl pada dasarnya adalah hewan amfibi layaknya kodok, axolotl pun juga menjalani metamorfosis semasa hidupnya. Axolotl menetas sebagai berudu / kecebong dengan organ insang yang terentang di belakang kepalanya.

Sesudah kurang lebih 2 minggu, kaki depan axolotl akan mulai nampak. Sesudah itu, giliran kaki belakangnya yang muncul. Seekor axolotl mencapai kematangan seksual pada usia 1 tahun & bisa hidup hingga usia 20 tahun.



REGENERASI TANPA HENTI

Sekarang mari kita bicara soal kehebatan axolotl yang membuatnya senantiasa mengundang kekaguman dari kalangan ilmuwan : kemampuan regenerasinya. Axolotl dikenal sebagai hewan yang amat tahan banting karena hewan ini bisa menumbuhkan kembali setiap bagian tubuhnya yang hilang. Entah itu kaki, ekor, mata, tulang, atau bahkan potongan otak & jantungnya! Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada tahun 1968, axolotl yang kehilangan kepalanya juga bisa tetap hidup saat dipasangi kepala baru yang diambil dari axolotl lain.

Menurut spekulasi ilmuwan, kemampuan regenerasi axolotl mungkin ada hubungannya dengan siklus hidup axolotl itu sendiri. Ilmuwan Stephen Jay Gould mendeskripsikan axolotl sebagai "berudu yang dewasa secara seksual" karena hewan ini bisa memasuki kedewasaan sambil tetap mempertahankan karakteristik berudunya : hidup sepenuhnya di bawah air, bernafas memakai insang, & memiliki ekor bersirip. Tidak seperti hewan-hewan amfibi kebanyakan yang kehilangan insangnya & hidup memakai paru-paru begitu sudah dewasa.

Karena axolotl dewasa secara biologis adalah makhluk yang muda & dewasa di saat bersamaan, axolotl dewasa pun memiliki kemampuan untuk terus meremajakan diri & memulihkan sel-sel tubuhnya yang hilang atau rusak.

Oleh ilmuwan, fenomena di mana axolotl dewasa tetap memiliki karakteristik larvanya dikenal dengan istilah "neotenic" atau "paedomorphic". Ilmuwan berharap dengan memahami cara kerja regenerasi pada sel-sel axolotl, mereka bisa turut menerapkannya pada manusia.

Axolotl dengan tipe pewarnaa hitam & Putih. (aileargentee / pinterest.com)

Selain menjadi hewan favorit ilmuwan di laboratorium, axolotl juga banyak dipelihara oleh pecinta hewan eksotis karena penampilannya yang terkesan lucu, perilakunya yang jinak, & metode perawatannya yang mudah.

Axolotl pada dasarnya bisa hidup selama akuariumnya berukuran cukup besar & suhu airnya senantiasa dijaga supaya tidak lebih dari 24 derajat Celcius. Sementara untuk urusan makanan, axolotl bisa diberi makanan yang mengandung daging semisal cacing beku, cacing tanah, ataupun pelet untuk ikan karnivora.

Kehebatan yang dimiliki axolotl sayangnya berbanding terbalik dengan nasibnya di alam liar. Akibat semakin menyusutnya danau di Lembah Meksiko yang turut diperparah oleh polusi air & masuknya hewan-hewan air yang sengaja diintroduksi oleh manusia (misalnya ikan nila), populasi axolotl di alam liar pun kini berada dalam ambang kepunahan. Pasalnya kendati axolotl dewasa tidak memiliki musuh alamiah, axolotl yang masih kecil rentan dimakan oleh ikan.

Jika pada tahun 1998 ada sekitar 6.000 ekor axolotl per kilometer persegi, maka pada tahun 2015 hanya ada sekitar 35 ekor axolotl per kilometer persegi. Jumlah axolotl yang ada dalam penangkaran manusia sendiri memang masih melimpah.

Namun karena axolotl pada dasarnya adalah hewan liar yang memiliki habitat aslinya sendiri, tentunya akan lebih baik jika axolotl bisa tetap melimpah di habitat liarnya. Jangan sampai axolotl bernasib seperti Xolotl dalam mitologi Aztec yang pada akhirnya menemui ajalnya setelah berhasil ditangkap & dibunuh.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Amphibia
Ordo : Urodela
Famili : Ambystomatidae
Genus : Ambystoma
Spesies : Ambystoma mexicanum



REFERENSI

Clare, J.. 2011. "Axolotl Breeding".
(reptilesmagazine.com/axolotl-breeding/)

Majchrzak, A.. 2004. "Ambystoma mexicanum".
(animaldiversity.org/accounts/Ambystoma_mexicanum/)

McLeod, L.. "Axolotl (Mexican Walking Fish): Species Profile".
(www.thesprucepets.com/axolotls-as-pets-1236714)

Mingren, W.. 2018. "Xolotl – The Underworld Dog God of the Aztecs".
(www.ancient-origins.net/myths-legends-americas/xolotl-underworld-dog-god-aztecs-009970)

Rehm, J.. 2019. "Axolotls: The Adorable, Giant Salamanders of Mexico".
(www.livescience.com/axolotl-facts.html)

Vance, E.. 2017. "Biology's Beloved Amphibian--the Axolotl--Is Racing toward Extinction".
(www.scientificamerican.com/article/biologys-beloved-amphibian-the-axolotl-is-racing-toward-extinction1/)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.