Cuman, Bangsa Petualang yang Mahir Berperang



Patung kavaleri Cuman di Kunhegyes, Hongaria. (KovacsDaniel / en.wikipedia.org)

Turk / Turkik adalah sebutan untuk kelompok suku bangsa yang populasinya tersebar mulai dari Turki hingga Rusia timur. Luasnya persebaran orang-orang Turk tidak lepas dari fakta bahwa di masa lampau, orang-orang Turk menganut pola hidup berpindah-pindah (nomaden).

Kendati suku Turk di masing-masing wilayah memiliki budaya khasnya sendiri-sendiri, mereka tetap memiliki kemiripan dalam sejumlah aspek budaya, khususnya bahasa. Dalam kajian etnolinguistik, suku-suku Turk semuanya dikategorikan sebagai bagian dari rumpun bahasa Altaik.

Satu dari sekian banyak suku yang tergolong sebagai bagian dari kelompok suku Turk adalah Cuman (dibaca "kuman"). Pada Abad Pertengahan, suku ini mendiami kawasan padang rumput / stepa yang terbentang mulai dari Hongaria hingga Siberia bagian timur.

Jika dibandingkan dengan suku-suku Turk lain macam Uighur atau Kazakh, Cuman memang bisa dibilang kalah tenar. Namun kalah tenar bukan berarti lantas mereka tidak memiliki peran penting dalam sejarah dunia. Karena nyatanya, orang-orang Cuman juga terlibat dalam aneka peristiwa penting yang mengambil tempat di Eropa, Asia, hingga Afrika.

Akibat terasimilasi dengan suku-suku bangsa lain di wilayah yang ditinggalinya, Cuman sebagai entitas suku tersendiri sudah tidak lagi eksis di masa kini. Namun jejak budaya mereka masih dapat ditemukan hingga sekarang.

Sebagai contoh, kota Kumanovo (Makedonia Utara) & Comanesti (Rumania) namanya diambil dari suku Cuman. Kemudian anjing peranakan Komondor namanya juga terinspirasi dari suku Cuman. Kalau dalam ranah budaya pop, nama Cuman belakangan kembali naik daun karena Cuman menjadi salah satu faksi baru yang bisa dimainkan dalam game "Age of Empires II : Definitive Edition" yang dirilis pada akhir 2019 lalu.



SEJARAH

Penguasa Stepa Eurasia

Tidak diketahui secara pasti asal-usul bangsa Cuman. Selain karena mereka memiliki pola hidup berpindah-pindah & tidak memiliki budaya menulis yang kuat, bangsa Cuman dikenal dengan nama sebutan yang berbeda-beda oleh bangsa-bangsa di sekitarnya.

Sebagai contoh, nama "Cuman" merupakan nama sebutan yang digunakan oleh bangsa Romawi & Yunani. Bangsa Rusia di lain pihak menyebut Cuman sebagai "Polovtsi". Sementara bangsa Hongaria menyebut bangsa Cuman dengan nama "Kun".

Bangsa Arab & Persia menyebut bangsa Cuman dengan nama "Kipchak". Namun kalau menurut pendapat sejumlah sejarawan, Cuman & Kipchak aslinya adalah 2 suku bangsa berbeda yang kemudian membaur. Lepas dari klaim versi manakah yang benar, suku Kipchak diperkirakan datang dari Pegunungan Altai di Asia utara & kemudian mendirikan negara bernama Khaganat Turk di wilayah modern Mongolia.

Peta lokasi Pegunungan Altai. (vagabondarev.com)

Setelah Khaganat Turk mengalami keruntuhan di abad ke-8, orang-orang Kipchak kemudian bermigrasi ke arah barat, tepatnya ke Asia Tengah & Siberia barat. Di sini, orang-orang Kipchak lalu membentuk konfederasi suku dengan orang-orang Cuman.

Sejak abad ke-11, orang-orang Cuman & Kipchak secara perlahan bermigrasi semakin jauh ke arah barat menuju Stepa Pontik yang terletak di sebelah utara Laut Hitam. Wilayah Eropa Timur & Asia Tengah yang ditempati oleh orang-orang Cuman & Kipchak ini kemudian dikenal dengan sebutan "Cumania".

Perlu diperhatikan kalau konfederasi yang dibentuk oleh orang-orang Cuman & Kipchak memiliki sistem desentralistik. Dengan kata lain, kelompok-kelompok suku / klan yang menempati wilayah ini masing-masingnya bertindak secara mandiri. Oleh karena itulah, tidak jarang klan-klan yang menempati wilayah Cumania terlibat konflik satu sama lain.

Peta Cumania di akhir abad ke-12. (Cumanian / commons.wikimedia.org)

Bangsa Cuman juga memiliki hubungan yang beragam dengan kerajaan-kerajaan di Eropa Timur karena di satu sisi pasukan Cuman kerap melakukan penjarahan & penculikan di wilayah setempat, namun di sisi lain mereka juga kerap direkrut sebagai tentara bayaran.

Cuman bukanlah satu-satunya suku bangsa nomaden asal Asia yang beroperasi di wilayah Eropa Timur. Selain mereka, ada pula suku-suku bangsa lain seperti Pecheneg, Bulgar, & Khazar. Pada abad ke-11, orang-orang Cuman & Pecheneg sempat terlibat aliansi supaya mereka bisa bersama-sama memerangi Kekaisaran Byzantium / Romawi Timur. Namun akibat adanya perbedaan pendapat mengenai pembagian harta jarahan, pasukan Cuman kemudian membelot ke pihak Byzantium.

Lewat aliansi baru tersebut, pada tahun 1091 pasukan gabungan Cuman & Byzantium melakukan penyerbuan mendadak ke perkampungan milik suku Pecheneg di Levounion sehingga suku Pecheneg sesudah itu nyaris mengalami kepunahan. Namun kesukesan tersebut tidak lantas membuat hubungan Byzantium & Cuman menjadi lebih bersahabat.

Pada abad ke-12, wilayah Byzantium di Balkan timur dilanda pemberontakan di mana orang-orang Cuman juga ikut terlibat sebagai bagian dari kubu pemberontak. Pemberontakan tersebut kemudian melahirkan negara kerajaan baru dalam wujud Kekaisaran Bulgaria Kedua.


Mengungsi ke Hongaria & Balkan

Zaman keemasan Cumania pada akhirnya harus berakhir secara dramatis menyusul munculnya kekuatan baru dari sebelah timur dalam wujud bangsa Mongol. Sejak permulaan abad ke-13, bangsa Mongol melakukan perluasan wilayah dengan amat cepat & bahkan berhasil meruntuhkan dinasti-dinasti adidaya pada masanya seperti Dinasti Jin Cina & Khwarezm Persia.

Wilayah Cumania juga tidak luput dari sasaran penaklukan bangsa Mongol. Banyak dari orang-orang Cuman yang gugur saat mempertahankan wilayahnya, sementara mereka yang selamat dijadikan budak, dipaksa menjadi prajurit baru pasukan Mongol, atau melarikan diri keluar Cumania.

Begitu mendengar kabar kalau pasukan Mongol sudah berada semakin dekat dengan Eropa Timur, salah seorang kepala suku Cuman yang bernama Koten / Kotyan memutuskan untuk menjalin aliansi dengan para bangsawan Rus Kiev dengan harapan bisa mengalahkan pasukan Mongol bersama-sama.

Namun pasukan Mongol ternyata jauh lebih lihai dari yang ia kira. Saat pasukan gabungan Cuman & Rus akhirnya berhadapan langsung dengan pasukan Mongol di tahun 1223, pasukan Mongol justru malah mundur setelah terlibat dalam pertempuran singkat.

Mengira kalau pasukan Mongol sedang mencoba melarikan diri dari medan perang, pasukan Cuman & Rus kemudian mengejar pasukan Mongol hingga ke tepi Sungai Kalka (sekarang terletak di Ukraina timur). Namun ternyata pasukan Mongol hanya sedang berpura-pura mundur & sengaja memancing lawannya ke tepi sungai supaya mereka tidak memiliki cukup ruang untuk mengubah arah.

Ilustrasi pertempuran di Sungai Kalka. (thejackmeister-mongolhistory.tumblr.com)

Saat pasukan Cuman & Rus akhirnya tiba di tepi Sungai Kalka, pasukan Mongol langsung menghujani pasukan Cuman & Rus dengan anak panah serta bom asap. Pertempuran Sungai Kalka pun berakhir dengan kekalahan telak pasukan Cuman & Rus.

Gagal menghentikan amukan pasukan Mongol, Koten & sisa-sisa pengikutnya kemudian bermigrasi ke Hongaria setelah Raja Bela IV selaku pemimpin Kerajaan Hongaria mengizinkan orang-orang Cuman pimpinan Koten untuk bermukim di wilayahnya.

Sebagai balas jasa atas kesediaan Bela menampung orang-orang Cuman, Koten kemudian berpindah agama ke Katolik. Alasan lain kenapa Bela bersedia menerima orang-orang Cuman adalah karena ia berharap pasukan Cuman pimpinan Koten bisa membantu melindungi Hongaria jika pasukan Mongol kelak benar-benar menyerbu wilayah Hongaria.

Sejumlah bangsawan Hongaria di lain pihak merasa curiga kalau Koten & para pengikutnya aslinya adalah mata-mata yang sengaja dikirim oleh pasukan Mongol untuk melemahkan Hongaria dari dalam. Maka, mereka pun kemudian nekat membunuh Koten dalam pesta jamuan makan pada tahun 1241. Merasa tidak terima karena pemimpinnya dibunuh, orang-orang Cuman kemudian pergi meninggalkan Hongaria sambil menghancurkan setiap desa yang mereka temui di sepanjang perjalanan.

Sebagian dari orang-orang Cuman tersebut kemudian bermukim di Bulgaria, sementara sebagian lainnya kembali ke Hongaria & menempati wilayah bernama Kunsag (bahasa Hongaria untuk "Cumania") atas undangan dari Raja Bela yang tidak mau disetir oleh para bangsawan Hongaria.

Di wilayah barunya ini, selain dipercaya sebagai pasukan bawahan raja, orang-orang Cuman dibebaskan dari kewajiban membayar pajak & diperbolehkan menjalankan gaya hidup turun temurunnya.

Tahun 1255, sebagai cara untuk mempererat hubungan antara Kerajaan Hongaria & komunitas Cuman, putra raja Bela yang bergelar Stephen V menikah dengan putri kepala suku Cuman yang bernama Elizabeth.

Seiring berjalannya waktu, pengaruh komunitas Cuman di Hongaria secara perlahan-lahan kian memudar. Salah satunya akibat timbulnya rentetan konflik antara Hongaria & Ottoman yang dampaknya turut dirasakan oleh penduduk Kunsag. Memasuki abad ke-19, wilayah Kunsag akhirnya kehilangan otonominya menyusul keputusan pemerintah pusat Austria-Hongaria untuk memecah Kunsag menjadi daerah-daerah administrasi baru.

Sementara itu di luar Hongaria, perbedaan pendapat mengenai siapa yang seharusnya menjadi kaisar baru Mongol menyebabkan Kekaisaran Mongol terpecah ke dalam 4 negara / khanat berbeda pada abad ke-13.

Salah satu negara pecahan tersebut adalah "Gerombolan Emas" (Golden Horde) yang terletak di bekas wilayah Cumania. Karena dulunya yang mendominasi wilayah Cumania adalah suku Cuman / Kipchak, Gerombolan Emas pun dikenal juga dengan nama lain "Khanat Kipchak" kendati yang memimpin khanat ini adalah orang-orang keturunan Genghis Khan yang notabene berasal dari suku Mongol.


Peta negara-negara pecahan Kekaisaran Mongol, termasuk Gerombolan Emas (Golden Horde). (Kally Pan / quora.com)


Mendirikan Dinasti Budak di Mesir & India

Sudah disinggung sebelumnya kalau orang-orang Cuman yang berhasil dikalahkan oleh pasukan Mongol ada yang dijual sebagai budak. Karena orang-orang Cuman yang dijual sebagai budak juga memiliki keahlian bertarung & menjinakkan kuda, mereka lantas menjadi budak yang banyak dicari oleh kalangan raja supaya bisa dijadikan mamluk (pasukan khusus yang semua anggotanya berasal dari golongan budak).

Satu dari sekian banyak budak tersebut adalah Baibars yang pada dekade 1240-an dibeli oleh Sultan Ayyub As-Salih, pemimpin Kesultanan Ayyubiyah. Tahun 1249, Sultan Ayyub meninggal dunia. Pasca kematiannya, gubernur wilayah Mesir kemudian mengangkat tokoh mamluk senior yang bernama Aibak sebagai sultan yang baru, sekaligus menandai berakhirnya era Kesultanan Ayyubiyah & dimulainya era Kesultanan Mamluk di Timur Tengah.

Karena Baibars tidak menyukai gaya kepemimpinan Aibak yang tidak segan-segan membunuh orang yang tidak sejalan dengannya, Baibars & tokoh-tokoh mamluk lainnya kemudian menyingkir ke Suriah. Saat sedang berada di Suriah itulah, Baibars menunjukkan kehebatannya di medan perang.

Pada tahun 1260, pasukan Mongol yang dipimpin oleh Kitbuga berencana menginvasi ibukota Dinasti Mamluk di Kairo, Mesir, karena Qutuz selaku sultan Dinasti Mamluk pada masa itu menolak menjadi negara bawahan Mongol. Di tengah jalan, pasukan Mongol berpapasan dengan pasukan Mamluk pimpinan Baibars.

Setelah kedua belah pihak terlibat dalam pertempuran singkat, pasukan Mamluk kemudian berpura-pura mundur supaya pasukan Mongol mengejar mereka. Saat pasukan Mongol sudah sampai di Ain Jalut, Palestina, pasukan Mamluk secara tiba-tiba langsung mengepung pasukan Mongol.

Prajurit mamluk. (ancient-origins.net)

Pasukan Mongol mencoba melawan, namun mereka sudah terlanjur berada dalam posisi terpojok. Hasilnya, pasukan Mamluk berhasil keluar sebagai pemenang sekaligus mematahkan mitos kalau pasukan Mongol tidak bisa dikalahkan. Berkat pertempuran ini pulalah, pasukan Mongol tidak pernah bisa mencapai Afrika & kelangsungan Dinasti Mamluk berhasil dipertahankan.

Baibars nantinya naik menjadi sultan Mamluk yang baru setelah ia membunuh Sultan Qutuz karena ia merasa tidak mendapatkan imbalan yang setimpal seusai mengalahkan pasukan Mongol. Hingga berabad-abad berikutnya, Kesultanan Mamluk sukses mendominasi kawasan Mesir & Syam (sebutan untuk kawasan Asia Barat yang berbatasan dengan Laut Mediterania). Namun pada abad ke-16, Ottoman berhasil menaklukkan Kesultanan Mamluk & menjadikan kesultanan tersebut sebagai negara bawahannya.

Kesultanan Mamluk bukan hanya ada di Mesir. Di sebelah selatan Cumania, terdapat suatu kesultanan bernama Ghurid yang pusat pemerintahannya berada di wilayah modern Afganistan. Seperti halnya sultan Ayyubiyah, sultan Ghurid juga memiliki pasukan mamluknya sendiri di mana ia mendapatkan personil mamluknya dari Asia Tengah. Satu dari sekian banyak mamluk tersebut adalah Qutb Ad-Din Aibak yang dipercaya memimpin ekspansi militer Ghurid ke India utara.

Saat sultan terakhir Ghurid meninggal dunia pada tahun 1206, Qutb naik menjadi sultan yang baru, sekaligus menandai dimulainya era Kesultanan Mamluk di Asia Selatan. Oleh Qutb, ibukota kesultanan dipindahkan ke kota Delhi. Itulah sebabnya kesultanannya juga dikenal dengan nama "Kesultanan Delhi".

Peta wilayah Kesultanan Delhi dari masa ke masa. (zum.de)

Qutb hanya menempati posisi sultan selama 4 tahun setelah ia meninggal akibat menderita cedera fatal saat bermain polo. Tokoh mamluk lain yang bernama Iltutmish kemudian naik menjadi sultan yang baru & sukses membendung invasi Mongol ke wilayah India.

Hingga beberapa abad berikutnya, Kesultanan Delhi menjadi kekuatan regional yang mendominasi wilayah India utara. Kesultanan Delhi akhirnya menemui ajalnya pada abad ke-16 setelah sultan terakhirnya gugur dalam pertempuran melawan pasukan pimpinan Babur, yang ironisnya datang dari wilayah Afganistan. Pasca runtuhnya Kesultanan Delhi, Babur kemudian mendirikan Kekaisaran Mughal di India & menggantikan peran Delhi sebagai salah satu dinasti Muslim paling dominan di Asia Selatan.



ASPEK-ASPEK DARI BANGSA CUMAN

Budaya & Gaya Hidup

Bangsa Cuman memiliki gaya hidup nomaden alias berpindah-pindah. Mereka menggantungkan hidupnya dari aktivitas berburu, beternak, & menggembala hewan. Setiap kali mereka menemukan suatu lokasi yang cocok untuk ditinggali, mereka akan membiarkan hewan-hewan ternaknya berkeliaran untuk merumput di lokasi tersebut secara bebas. Hewan-hewan ternak yang dipelihara oleh penduduk Cuman mencakup kuda, sapi perah, lembu, domba, babi, & lebah madu.

Bangsa Cuman juga membiakkan varian anjing gembala bernama Komondor, yang di masa kini lebih dikenal sebagai varian anjing khas Hongaria. Secara harfiah, nama "Komondor" berarti "anjing Cuman".

Anjing ini dapat dikenali dengan melihat ukurannya yang besar & bulunya yang amat panjang seperti kain pel. Berkat fisiknya tersebut, Komondor bisa membantu melindungi hewan ternak milik majikannya dari ancaman hewan liar semisal serigala. Jika Komondor terpaksa berkelahi melawan serigala, bulu Komondor yang tebal membuatnya lebih tahan terhadap gigitan serigala.

Anjing Komondor. (viovet.co.uk)

Dari sekian banyak hewan ternak yang dipelihara oleh penduduk Cuman, kuda merupakan hewan terpenting bagi mereka. Menurut catatan Ibnu Battuta saat mengunjungi perkampungan suku Cuman di sebelah utara Laut Hitam, makanan & minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Cuman di kawasan tersebut adalah daging & susu kuda.

Selain untuk dikonsumsi, kuda juga banyak dipelihara supaya bisa dijadikan hewan tunggangan & penarik kereta delman. Masing-masing penduduk Cuman memiliki beberapa ekor kuda, di mana jumlah kuda yang dimiliki oleh orang-orang tertentu bisa mencapai ratusan ekor.

Bangsa Cuman di Abad Pertengahan diperkirakan jarang melakukan praktik bercocok tanam akibat pola hidup nomaden & kondisi tanah tinggal mereka yang kurang menunjang untuk aktivitas pertanian berskala besar. Untuk mengatasinya, bangsa Cuman pun melakukan hubungan dagang dengan bangsa lain supaya mereka bisa memperoleh bahan makanan nabati.

Komoditas yang biasanya dibeli oleh orang-orang Cuman terdiri dari bahan pakaian & biji-bijian semisal gandum. Sementara komoditas yang dijual oleh orang-orang Cuman mencakup kuda, kulit serta daging hewan, & budak manusia.

Untuk menunjang pola hidup mereka yang berpindah-pindah, suku Cuman memiliki kebiasaan mendirikan yurt (sejenis tenda raksasa) sebagai tempat tinggalnya. Jika lokasi tinggal mereka sudah tidak lagi menunjang, penduduk Cuman tinggal mengepak kembali yurt miliknya & kemudian pindah ke tempat lain bersama dengan hewan-hewan ternaknya.

Berdasarkan ilustrasi yang dimuat dalam Kronik Radziwill / Konigsberg, bangsa Cuman bermigrasi dengan cara menunggangi kuda atau menaiki delman yang gerbongnya berbentuk menyerupai yurt. Di Ukraina, orang-orang Cuman memiliki kebiasaan bermigrasi ke arah selatan pada musim dingin & ke arah utara saat musim panas tiba.

Suku Cuman seperti yang diilustrasikan dalam Kronik Radziwill. (medievalists.net)

Penduduk Cuman pada awalnya menganut kepercayaan tradisional yang ritualnya banyak melibatkan praktik mengorbankan hewan. Di lokasi-lokasi ditemukannya kamennaya (semacam patung buatan orang Cuman yang menampilkan sosok orang yang sudah meninggal), para arkeolog kerap menemukan jejak abu & tulang belulang hewan di dekat patung. Kemudian dalam upacara pernikahan antara putra mahkota Hongaria & putri kepala suku Cuman, orang-orang Cuman membacakan sumpah kesetiaan sambil membunuh seekor anjing hingga badannya terbelah 2.

Dalam contoh kasus lain, saat kepala suku Cuman menjalin aliansi dengan Kaisar Latin Konstantinopel, Baldwin II, orang-orang yang menghadiri pertemuan tersebut beramai-ramai melukai dirinya sendiri, mencampurkan darah mereka dalam gelas minuman, & meminum darah dalam gelasnya. Sesudah itu, orang-orang Cuman membunuh seekor anjing sambil bersumpah kalau mereka yang terlibat dalam acara ini bakal tewas layaknya anjing tadi jika sampai ada yang berkhianat.

Bangsa Cuman memiliki cara pandang yang pragmatis terhadap agama & kebudayaan suku bangsa lain. Saat mereka pindah ke wilayah baru, mereka tidak segan-segan mengadopsi kebudayaan milik suku bangsa di wilayah tersebut supaya bisa lebih mudah beradaptasi.

Di Ukraina misalnya, sejumlah kepala suku Cuman berpindah agama ke Kristen & mengubah nama mereka supaya lebih berbau Slavik (misalnya Danylo Kobiakovych). Kemudian sejak abad ke-13, pasca gelombang invasi kedua yang dilakukan oleh pasukan Mongol & Tatar ke Ukraina, orang-orang Cuman beramai-ramai menganut agama Islam & membaur dengan orang-orang Tatar yang baru bermukim di Ukraina.

Sikap terbuka yang ditunjukkan orang-orang Cuman terhadap kebudayaan asing lantas coba dimanfaatkan oleh para misionaris Katolik di Eropa untuk memperkenalkan agama Katolik kepada orang-orang Cuman.

Untuk keperluan tersebut, pada abad ke-14 para misionaris tadi menerbitkan buku "Codex Cumanicus" di mana buku tersebut berisi panduan & informasi mengenai kosakata yang lazim digunakan oleh orang-orang Cuman. Di masa kini, buku "Codex Cumanicus" menjadi sumber informasi berharga bagi para sejarawan untuk memahami bahasa & gaya hidup masyarakat Cuman pada masa itu.


Patung peninggalan suku Cuman di museum kota Moskow. (Shakko / commons.wikimedia.org)


Taktik Militer

Sejak kecil, orang-orang Cuman sudah dididik untuk mahir berburu & menunggangi kuda. Oleh karena itulah, prajurit Cuman pun menjadi terkenal dengan kelihaiannya sebagai pasukan kavaleri / penunggang kuda. Pasukan Cuman umumnya bertempur sebagai unit kavaleri ringan yang berarti mereka jarang memakai baju zirah lengkap.

Di satu sisi, minimnya baju zirah yang dipakai membuat pasukan kavaleri Cuman lebih mudah terluka. Namun di sisi lain, sedikitnya baju zirah yang dikenakan menyebabkan kuda tunggangan prajurit Cuman memiliki keunggulan dalam hal stamina & kelincahan bergerak.

Prajurit Cuman biasanya dipersenjatai dengan panah supaya mereka bisa menyerang targetnya dari jarak yang aman. Dikombinasikan dengan kemampuan mereka dalam bergerak cepat berkat kuda yang ditungganginya, pasukan Cuman bisa dengan mudah mengobrak abrik formasi pasukan musuh yang berada dalam kondisi tidak siap. Pasukan Cuman juga sudah mengenal penggunaan pelana, sehingga mereka bisa menembakkan anak panahnya dari atas punggung kuda secara akurat tanpa harus khawatir bakal terjatuh dari atas punggung kuda.

Pasukan Cuman yang mendiami kawasan Asia diketahui memiliki kebiasaan mengenakan helm dengan topeng logam saat berperang. Berdasarkan pengamatan pada topeng-topeng peninggalan bangsa Cuman / Kipchak, topeng yang dikenakan oleh pasukan Cuman memiliki bentuk menyerupai wajah manusia dengan kumis yang panjang.

Pasukan Cuman sendiri bukanlah satu-satunya pasukan yang mengenakan topeng berbentuk demikian. Pasukan Persia & Ottoman diketahui juga pernah mengenakan topeng serupa.

Replika topeng prajurit Kipchak. (Silar / commons.wikimedia.org)

Berkat reputasi mereka sebagai pasukan berkuda yang terampil di medan perang, orang-orang Cuman pun kerap direkrut sebagai prajurit oleh pemimpin negara-negara Eropa serta Asia. Di Georgia misalnya, pada abad ke-11 raja David IV mengundang orang-orang Cuman untuk menetap di wilayahnya & merekrut ribuan di antara mereka untuk dijadikan pasukan elitnya.

Di Ukraina, munculnya komunitas Cossack diduga ada kaitannya dengan orang-orang Cuman yang tinggal di wilayah tersebut karena kata "kozak" dalam bahasa Slavik merupakan hasil serapan dari kata "qazaq" yang dalam bahasa Cuman memiliki makna "orang-orang bebas".

Sebagai tentara bayaran, pasukan Cuman memiliki tingkat efektivitas yang bervariasi di medan perang. Dalam Pertempuran Kressenbrunn (1260) antara pasukan Bohemia / Ceko melawan pasukan Cuman & Hongaria, pasukan Bohemia berhasil keluar sebagai pemenang akibat buruknya koordinasi antara pasukan Cuman dengan pasukan Hongaria. Namun dalam Pertempuran Marchfeld (1278) di wilayah modern Austria, pasukan kavaleri pemanah Cuman memiliki peran penting dalam mengalahkan pasukan kavaleri Bohemia

Orang-orang Cuman bukan hanya memanfaatkan keahlian berkudanya untuk bekerja sebagai tentara bayaran. Mereka juga memanfaatkan keahliannya tersebut untuk melakukan penjarahan ke wilayah milik kerajaan & klan lain. Saat melakukan penjarahan ke suatu wilayah, pasukan Cuman akan merampas harta benda & menculik penduduknya supaya bisa dijual sebagai budak.

Hal inilah yang menjadi penyebab kenapa dalam sejarahnya, banyak raja & bangsawan Eropa yang menaruh rasa curiga berlebihan kepada orang-orang Cuman. Misalnya saat Koten & para pengikutnya mengungsi ke Hongaria pasca invasi pasukan Mongol.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



REFERENSI

 - . 2008. "Delhi sultanate". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

 - . 2008. "Golden Horde". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

 - . 2008. "Mamluk". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

 - . 2008. "Turkic peoples". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Bartfai, I.. "Cumans in Kingdom Come: Deliverance".
(www.medievalists.net/2018/02/cumans-kingdom-come-deliverance/)

C.E. Bosworth & R. Islam. "The Delhi Sultanate".
(en.unesco.org/silkroad/sites/default/files/knowledge-bank-article/vol_IVa silk road_the delhi sultanate.pdf)

Curta, F.. 2019. "Eastern Europe in the Middle Ages" (hal. 177-178). Brill, Boston, AS.

Drobny, J.. 2012. "Cumans and Kipchaks: Between Ethnonym and Toponym".
(fphil.uniba.sk/fileadmin/fif/katedry_pracoviska/kksf/kf/GLO-2012_Drobny.pdf)

Golden, P.B.. "Codex Cumanicus".
(www.bibliotecapleyades.net/sociopolitica/esp_sociopol_khazar02.htm)

Gurevich, C.. 2017. "The Image of the Cumans in Medieval Chronicles".
(www.etd.ceu.hu/2017/gurevich_caroline.pdf)

Lyublyanovics, K.. 2015. "The Socio-Economic Integration of Cumans in Medieval Hungary. An Archaeozoological Approach".
(www.academia.edu/12664253/The_Socio-Economic_Integration_of_Cumans_in_Medieval_Hungary._An_Archaeozoological_Approach)

Moncure, B.. 2018. "Battle Of Levounion – Breathing New Life for the Byzantines".
(www.warhistoryonline.com/instant-articles/battle-of-levounion-byzantine.html)

Rabie, H.M.. 2008. "Baybars I". Encyclopaedia Britannica, Chicago, AS.

Regnal Chronologies. "Nomads".
(web.raex.com/~obsidian/siberia.html#Cumans)

VioVet. "Komondor".
(www.viovet.co.uk/breed_information/0-188/Komondor)

Wikipedia. "Battle of the Kalka River".
(en.wikipedia.org/w/index.php?title=Battle_of_the_Kalka_River&oldid=924426572)

Wikipedia. "Cossack".
(en.wikipedia.org/w/index.php?title=Cossacks&oldid=940581822#Etymology)

Wikipedia. "kunsag".
(en.wikipedia.org/w/index.php?title=Kuns%C3%A1g&oldid=933337983)

Zhdan, M.. "Cumans".
(www.encyclopediaofukraine.com/display.asp?linkpath=pages%5CC%5CU%5CCumans.htm)
   





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



6 komentar:

  1. Min, coba buat ulasan ttg perang Hizbullah (Lebanon) vs Israel

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sabar. Saya ngumpulin dulu bahan-bahannya.

      Hapus
    2. Adakah kaitan bangsa cuman dgn yajuz dan majuz min..??

      Hapus
    3. Entahlah. Soalnya sumber informasi utama soal Yajuj & Majuj itu dari kitab suci. Sementara interpretasi kitab suci itu bukan spesialisasi saya.

      Yang jelas, suku Cuman di masa kini sudah tidak ada karena bahasa aslinya sudah tidak lagi digunakan & sisa-sisa keturunannya sudah melebur dengan suku bangsa lain.

      Hapus
  2. Min coba ulas bagaimana bangsa Turki sampai bisa mendiami wilayah turki sekarang kan dulu itu wilayah yunani, banyak peninggalan dewa Yunani di turki.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.