Ngengat Luna, Serangga Malam yang Dibenci Kelelawar



Ngengat luna. (Rudolphous / wikimedia.org)

Ngengat luna (luna moth; Actias luna) adalah nama dari sejenis ngengat yang mudah dikenali berkat sayapnya yang khas. Seperti ngengat pada umumnya, ngengat berwarna kehijauan ini memiliki tubuh yang berbulu & sayap lebar berjumlah 4 helai. Apa yang membuat ngengat luna berbeda dari ngengat-ngengat pada umumnya adalah ngengat luna memiliki mata palsu & ekor panjang pada sayapnya.

Ngengat luna hanya dapat ditemukan di Amerika Utara, khususnya di wilayah timur karena di kawasan tersebut terdapat banyak hutan. Kebetulan ngengat luna memang menyukai habitat yang dipenuhi oleh pepohonan, khususnya pohon kesemek, kenari, & hickory (sejenis pohon dengan buah yang keras). Ngengat luna adalah hewan nokturnal / aktif pada malam hari. Pada siang hari, hewan ini diam sambil berkamuflase pada kulit pohon.

Sudah disinggung sebelumnya kalau ngengat luna memiliki ciri khas berupa adanya mata palsu & ekor panjang pada sayapnya. Ngengat luna memiliki 1 pola mata palsu pada masing-masing helai sayapnya. Jadi ngengat luna memiliki mata palsu berjumlah total 4 buah. Fungsi dari mata palsu tersebut adalah untuk mengelabui hewan predator yang berburu dengan mengandalkan penglihatan, misalnya burung.

Seperti yang kita tahu, mata terletak di bagian kepala & memiliki peran vital bagi hewan yang mengandalkan indra penglihatan untuk mengetahui kondisi sekelilingnya. Jadi ketika seekor hewan predator menyerang mata mangsanya, hewan mangsa tersebut diharapkan bakal langsung lumpuh & tidak bisa melarikan diri saat hendak dimakan oleh sang predator.

Di sinilah mata palsu ngengat luna memiliki peran penting. Saat seekor hewan pemangsa menyerang mata palsu milik ngengat luna, sayap ngengat luna mungkin akan sedikit mengalami kerusakan, tapi ngengatnya sendiri tetap selamat & bisa langsung terbang ke tempat yang aman tanpa mengalami luka yang parah.


Ngengat luna yang sedang hinggap pada jari manusia. (Zawbone / youtube.com)


EKOR PENANGKAL KELELAWAR

Ngengat luna juga memanfaatkan ekornya panjang untuk keperluan pertahanan diri. Jika mata palsu dimaksudkan untuk mengelabui hewan yang berburu dengan mengandalkan indra penglihatan, maka ekor digunakan untuk mengelabui hewan predator yang berburu dengan mengandalkan pantulan suara (misalnya kelelawar). Bagaimana cara kerjanya?

Kelelawar memiliki kebiasaan untuk terbang sambil mengeluarkan suara ultrasonik. Saat suara tersebut mengenai benda & terpantul kembali ke arah kelelawar, maka kelelawar bisa tahu kalau di lokasi tersebut ada benda. Dengan cara inilah, kelelawar bisa mengetahui keberadaan serangga mangsanya di tengah-tengah gelapnya malam.

Saat suara kelelawar mengenai ekor milik ngengat luna, pantulan suara tersebut bagi kelelawar terdengar seperti kepakan sayap hewan. Kelelawar pun kemudian langsung melakukan serangan ke arah sumber pantulan suara karena mengira posisi badan mangsanya berada di sana. Padahal yang diserang oleh kelelawar hanyalah ekor ngengat luna. Saat ngengat luna sadar kalau ada kelelawar yang menyerang ekornya, ngengat tersebut langsung terbang menjauh ke tempat yang aman.

Begitu pentingnya peran ekor bagi ngengat luna sehingga dari sekian banyak serangan yang dilakukan oleh kelelawar, hanya 35 persen di antaranya yang berakhir dengan keberhasilan kelelawar. Namun saat ilmuwan memotong ekor tersebut & menempatkan kawanan ngengat luna beserta kelelawar dalam ruangan yang sama, persentase keberhasilan kelelawar dalam mencaplok ngengat luna langsung meningkat menjadi 81 persen.

Ngengat luna bukanlah satu-satunya spesies ngengat yang memiliki ekor panjang pada sayapnya. Ngengat-ngengat dari genus Copiopteryx & Eudaimonia diketahui memiliki ekor sayap yang bahkan lebih panjang dibandingkan ekor sayap ngengat luna. Kebetulan dalam klasifikasi ilmiah, ngengat luna & kedua genus tadi sama-sama tergolong dalam famili Saturniidae. Ekor sayap tersebut diperkirakan juga berfungsi membantu melindungi ngengat dari kelelawar.


Ngengat luna betina & jantan. (Christopher C. Wirth / bugguide.net)


REPRODUKSI & SIKLUS HIDUP

Ngengat luna jantan & betina memiliki penampilan yang serupa, namun keduanya masih dapat dibedakan dengan melihat wujud antenanya. Ngengat luna jantan memiliki antena yang nampak lebih tebal & berbulu jika dibandingkan dengan ngengat betina. Karena ngengat jantan memiliki antena yang berbulu lebat & penuh dengan sensor penangkap bau, ngengat jantan pun memiliki indra penciuman yang amat tajam.

Saat hendak melakukan perkawinan, ngengat betina akan hinggap sambil melepaskan zat berbau / feromon. Saat pejantan mencium bau feromon tersebut, pejantan akan langsung terbang menuju lokasi betina & kemudian melakukan perkawinan dengannya. Perkawinan antara ngengat luna jantan & betina bisa berlangsung hingga malam berikutnya. Sesudah kawin, betina kemudian akan pergi untuk menaruh telur-telurnya pada daun.

Dari sekian banyak pohon yang bisa digunakan oleh ngengat luna betina untuk menaruh telur, pohon kesemek adalah pohon favoritnya. Ngengat luna menjalani metamorfosis sempurna yang berarti ngengat ini menjalani 4 fase dalam siklus hidupnya : telur, ulat, kepompong, & ngengat dewasa. Betina bisa menghabiskan waktu hingga beberapa lam untuk mengeluarkan telur-telurnya.

Jumlah telur yang dikeluarkan oleh betina berkisar antara 150 hingga 400 butir. Sesudah kurang lebih 1 minggu, telur-telur ngengat luna akan menetas menjadi larva / ulat. Semakin dingin suhu lingkungan, maka waktu yang diperlukan oleh telur ngengat luna untuk menetas bakal semakin panjang. Ulat ngengat luna memiliki tubuh panjang & berwarna hijau dengan bulu-bulu tipis & garis memanjang berwarna kuning di bagian sisi tubuhnya.

Ulat ngengat luna. (Kugamazog-commonswiki / wikimedia.org)

Ulat ngengat luna adalah hewan herbivora yang hidup dari memakan dedaunan. Saat tubuhnya bertambah besar, ulat ini akan melakukan pergantian kulit sebanyak 4 kali. Saat ulat sudah memasuki usia 3 - 5 minggu sesudah menetas, ulat ini akan memintal sutra di sekeliling dirinya & memasuki fase kepompong.

Sesudah 2 - 3 minggu, ngengat dewasa akan keluar dari dalam kulit kepompong. Ngengat luna dewasa tidak pernah makan karena ia tidak memiliki mulut. Sebagai gantinya, ia mengandalkan cadangan makanan yang dikumpulkannya selama fase larva sebagai sumber energinya. Seekor ngengat luna dewasa memiliki panjang rentang sayap maksimum lebih dari 11 cm.

Di Amerika Serikat, ngengat luna merupakan ngengat yang cukup akrab bagi anak-anak sekolah karena ngengat ini kerap dipelihara sebagai hewan peraga untuk memahami tahap-tahap dalam metamorfosis serangga. Nasib ngengat luna di alam liar sendiri tergolong memprihatinkan karena sejak tahun 1960-an, populasi mereka mengalami penurunan akibat penyempitan habitat, polusi cahaya dari lampu-lampu rumah, & masuknya lalat parasit Compsilura concinnata yang larvanya menjangkiti ulat & kepompong ngengat luna.  -  © Rep. Eusosialis Tawon



KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Saturniidae
Genus : Actias
Spesies : Actias luna



REFERENSI

Butterflies and Moths of North America. "Luna Moth Actias luna (Linnaeus, 1758)".
(www.butterfliesandmoths.org/species/Actias-luna)

Patlan, L.. 2000. "Actias luna".
(animaldiversity.org/accounts/Actias_luna/)

S.K. Kellog, dkk.. 2003. "Parasitism of Native Luna Moths, Actias luna (L.) (Lepidoptera: Saturniidae) by the Introduced Compsilura concinnata (Meigen) (Diptera: Tachinidae) in Central Virginia, and Their Hyperparasitism by Trigonalid Wasps (Hymenoptera: Trigonalidae)".
(academic.oup.com/ee/article/32/5/1019/338294)

Oehlke, B.. "Actias luna: Eggs to Adult Moths A Beginner's Guide".
(www.silkmoths.bizland.com/Actiaslunarearing.htm)

Oehlke, B.. "Luna moth: Actias luna (Linnaeus, 1758)".
(www.silkmoths.bizland.com/zlunmoth.htm)

Yong, E.. 2015. "Why Do Luna Moths Have Such Absurdly Long Tails?".
(www.nationalgeographic.com/science/article/why-do-luna-moths-have-such-absurdly-long-tails)
  





COBA JUGA HINGGAP KE SINI...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.